Gavin memainkan game di ponselnya dengan raut wajah yang sangat sukar untuk dibaca. Antara biasa saja dan kesal bercampur menjadi satu. Namun rasa kesal lebih mendominasi daripada sikap biasa yang tampak jelas sangat dipaksakan.
Kekesalannya tidak lepas dari keinginan mama dan papanya yang ingin mengenalkan dirinya dengan gadis yang akan dijodohin dengannya hari ini.
"Oh, Sh*it!" umpat Gavin sembari melemparkan ponsel dengan keras. Beruntungnya ponsel itu tidak sampai terjatuh ke lantai.
Masih teringat jelas di ingatannya, 4 hari yang lalu, mama dan papanya yang memintanya untuk menikahi seorang gadis yang dibuat menjadi yatim piatu oleh kedua orangtuanya. Ingat ya, meminta bukan memohon, yang berarti ada unsur pemaksaan di sana.
"Kalau kamu tidak mau menuruti kemauan, Mama dan papa, seluruh harta dan perusahaan papa akan papa wariskan pada gadis itu dan kamu tidak akan mendapatkan apa-apa. Jadi, sekarang kamu putuskan mau tetap menolak dan siap menerima konsekuensinya atau memilih menikah dengannya dan kamu tetap menjadi ahli waris perusahaan papa." ucap Ganendra dengan tegas, yang disertai dengan adanya ancaman pada ucapannya.
"Pa, ma, kenapa jadi seperti itu? kenapa kalian tega mengancam anak kalian sendiri dengan caranya sekejam ini?" protes Gavin dengan raut wajah frustasi.
"Kami tidak kejam. Ini demi kebaikanmu. Daripada kamu menikah dengan gadis yang tidak jelas seperti Maya, yang melihat laki-laki hanya dari materi saja, lebih baik kamu menikah dengan Jelita!" Melinda, mamanya buka suara dengan nada lembut.
"Apaan? apa mama yakin dia mau menikah denganku, bukan karena harta? aku yakin, kalau dia sama aja seperti wanita lainnya," Gavin terlihat mendengus dengan sudut bibir yang terangkat sedikit ke atas, menyeringai sinis.
"Mama sangat yakin kalau dia tidak seperti itu." bantah Melinda, yakin.
"Dari mana, Mama bisa seyakin itu?" raut wajah sinis sama sekali tidak mau beranjak pergi dari wajah tampan Gavin.
"Feeling, mama tidak akan salah. Buktinya ketika mama tidak setuju kamu berhubungan dengan Maya, sampai-sampai kamu berpura-pura menjadi pegawai biasa untuk membuktikan kalau yang mama pikiran salah, itu benar kan? dia malah mencampakkan kamu, dan lebih memilih bersama dengan atasan kamu itu. Jadi, feeling mama berkata, kalau Jelita berbeda dengan wanita yang ada di sekelilingmu."
"Cih, aku sama sekali tidak percaya kalau dia berbeda. Bisa saja dia awalnya berpura-pura menolak, supaya tidak terlalu terlihat kalau dia sangat menginginkan pernikahan ini. Jangan terlalu percaya, Ma, dengan trik sok menolak seperti itu,"
"Kamu jangan su-udjon sama dia. Sudah mama bilang kalau feeling mama tidak akan salah, karena mama dan papa sudah menyelidikinya lebih dulu. Pokoknya kamu harus menerima permintaan mama untuk menikah dengannya, kalau tidak__"
"Baiklah, aku mau!" pungkas Gavin dengan cepat, sebelum mamanya mengulangi mengancamnya.
"Kalau tidak karena ingin membalas dendam pada Maya dan Haris, aku tidak akan mau menuruti permintaan mama dan papa. Aku benar-benar membutuhkan kekayaan ini untuk membuat Maya dan Haris menyesal karena telah merendahkanku," batin Gavin dengan raut wajah penuh kebencian dan amarah pada nama dua orang yang disebutkannya tadi.
Ya,Gavin awalnya memiliki seorang kekasih yang memiliki wajah yang sangat cantik bak bidadari dengan bentuk tubuh yang aduhai, sesuai dengan idaman para laki-laki. Gavin sangat mencintai Maya, dan selalu membanggakan wanitanya itu. Bahkan Gavin berniat ingin menjadikan Maya istrinya segera,tapi terhalang restu mama dan papanya.
Melinda mamanya mengatakan kalau Maya bukan wanita yang baik dan sesuai untuknya.
Gavin berpura-pura bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaan Haris yang jauh lebih kecil dibandingkan perusahaan milik orangtuanya untuk membuktikan kalau dugaan mamanya itu salah. Ternyata dugaan mamanya benar. Ketika dia melamar wanita itu, Maya menolaknya mentah-mentah dengan kata-kata yang sangat kejam. Mengatainya miskin dan tidak cocok bersanding dengan wanita cantik seperti dirinya. Wanita itu berkata kalau dia mau pacaran dengan Gavin, karena wajah tampannya saja yang bisa dibanggakan pada teman-temannya, tapi kalau untuk menikah, Maya mengatakan tidak akan tertarik untuk menikah dengan pria miskin sepertinya. Bahkan dengan santainya dia menerima ungkapan cinta dari Haris di depan matanya. Wanita cantik itu juga tega meminta Haris untuk memecatnya dari perusahaan pria itu. Mulai dari saat itu, Gavin berniat membuat Maya menyesal dengan apa yang sudah dia lakukan dengan kembali pada keluarganya.
Tok ... tok ... tok
"Den, Gavin! buka pintunya, Den!"
Suara ketukan di pintu menyadarkan Gavin dari lamunannya.
"Masuk!" teriak Gavin dari dalam. Namun orang yang mengetuk pintu tidak mengindahkan perintahnya. Pembantu yang dari suaranya merupakan bik Narti itu tetap saja mengetuk-ngetuk pintu.
"Astaga, kamar ini kan kedap suara, pantas saja dia gak dengar teriakanku," Gavin beranjak turun dari atas kasur dan melangkah ke arah pintu.
"Copot, copot!" pekik bik Narti sembari memegang dadanya, karena kaget melihat pintu yang terbuka tiba-tiba.
"Ada apa, Bik?" tanya Gavin dengan ekspresi datar, tidak merasa kalau ekspresi kaget dari bik Narti merupakan hal yang lucu.
"Anu, Den. Bapak sama Ibu lagi menunggu Den di bawah," sahut bik Narti gugup.
Gavin terlihat mengembuskan napasnya dengan sekali hentakan, karena dia yakin kalau perempuan yang mau dijodohkan dengannya pasti sudah berada di bawah juga.
"Bik,apa papa dan mama membawa seorang perempuan?" tanya Gavin yang dia yakin pasti dijawab ya, tapi dengan bodohnya dia tetap bertanya. Pria itu masih berharap dari 99 persen jawaban ya, dimenangkan dengan satu persen jawaban tidak.
"Ada, Den!" Gavin kembali mengembuskan napas dengan kasar karena harapan si satu persennya kalah.
"Cantik gak, Bi?" kembali Gavin bertanya, berharap wanita yang lebih tua dari mamanya itu, menganggukkan kepala, mengingat nama Jelita yang disandang oleh wanita yang akan dijodohkan dengannya itu.
"Emm, gimana ya, Den? bukannya setiap wanita itu memang terlahir cantik ya?"
"Aku tahu, Bi, tapi kadar kecantikan itu kan berbeda-beda. Aku yakin, Bibi juga pasti tahu apa maksudku,"
"Hmm, bibi tidak bisa menyimpulkan kalau perempuan tadi cantik atau nggak. Menurut bibi, dia itu cantik, tapi aku tidak tahu menurut pandangan, Den Gavin. Karena pandangan orang-orang itu kan beda, Den. Bisa aja bibi bilang dia cantik, tapi Aden bilang tidak. Jadi dari pada penasaran, lebih baik, Aden lihat, sendiri ke bawah." ujar bik Narti sembari berlalu pergi meninggalkan Gavin yang sudah dirawatnya sejak kecil itu.
"Bik!" seru Gavin yang sama sekali tidak digubris oleh bik Narti.
"Hmmm, perasaanku tidak enak nih, kalau dia cantik, pasti Bik Narti akan memuji-mujinya dari tadi. Ini, Bik Narti kesusahan bilang dia cantik," batin Gavin sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
Sebelum melangkah turun ke bawah, Gavin terlebih dulu, menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan kembali ke udara. Pria itu memejamkan matanya sekilas, berdoa dalam hati, berharap wanita yang dijodohkan dengannya, bisa menandingi kecantikan Maya, mantan kekasihnya.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Nor Azlin
biasalah anak orang kaya selalunya memandang rendah & melihat fizik seseorang yang tidak disukai ...jangan pandang rendah orangnya kerana kalau dia kaya sama sepertimu kemukinan dia juga akan berpenampilan bagus ...kerana hidupnya sederhana maka itu lah diri jelita seadanya ...kamu terlalu menilai orang ...kamu aja pura2 miskin maya aja enggak mau sama kamu nah tempat kan diri mu di tempat jelita ...kamu juga udah menerima kebencian maya kan ...jadi jangan membenci orang yang enggak mampu
2023-01-23
0
Santo Koba
belum apa apa udah cerai
2022-12-17
0
R Bendang
kata hati seorang ibu tak pernah bohong... setuju banget
2022-03-30
3