Pagi-pagi sekali Yudha sudah datang ke hotel tempat Larasati menginap, dia sudah rindu dengan wanita yang sudah mencuri hatinya itu.
Sampai di sana dia terlihat sangat kecewa, karena ternyata Larasati sudah tak berada di sana lagi. Yudha pun dengan kesal langsung mengambil ponselnya dan menelpon Larasati.
Yudha pun berusaha untuk menelpon Larasati, namun sudah beberapa kali dia menekan nomor Larasati, dia tak kunjung mendapatkan jawaban.
Dia semakin kesal dibuatnya, dia merasa kalau Larasati sedang berusaha untuk mempermainkan dirinya.
"Kurang ajar! Awas saja kalau dia berani mempermainkan aku, aku pastikan hidup kamu tidak akan tenang, Laras!" kesal Yudha.
Yudha terlihat mengeram kesal saat mengetahui jika Larasati sudah tidak berada di hotel tersebut, dia langsung menuju Restorannya dan masuk ke dalam ruangan pribadinya.
Dia menghempaskan tubuhnya ke sofa, lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Dia tidak menyangka jika Larasati akan pergi begitu saja tanpa berpamitan kepadanya.
Bahkan Yudha terlihat benar-benar merasa dibohongi oleh Larasati, karena sudah berkali-kali dia mencoba menelpon Larasati namun tak kunjung Larasati mengangkat panggilan telepon darinya.
Dia terus saja mengumpat kasar perempuan yang sangat menarik perhatiannya beberapa hari ini, rasanya dia ingin segera menemukan Larasati dan memberikan pelajaran berharga kepada wanita yang sudah berani membuat dirinya kesal.
Namun, niatnya dia urungkan. Karena tiba-tiba saja teleponnya berdering, seulas senyum pun langsung mengembang karena nama 'Baby Laras' tertera di layar ponselnya.
"Yes, Baby." Seruan kesayangan langsung Yudha layangkan pada Larasati.
"Maaf, ya, Mas. Aku langsung datang ke rumah Jelita, tapi aku belum sempat bilang sama kamu." Ucapan Larasati terdengar mengiba.
"Tidak apa-apa, Baby. Bagaimana, apa sudah lebih baik?" tanya Yudha.
"Sudah, Mas. Oiya, Mas. Akhir-akhir ini aku tidak bisa bertemu dulu sama kamu, lagi sibuk nyari tempat buat usaha yang aku inginkan. Jangan marah," rayu Larasati dengan suara yang sangat lembut.
"Tidak apa-apa, Baby. Yang penting kamu senang, tapi kalau sudah selesai aku ingin segera bertemu sama kamu. Aku rindu," kata Yudha.
"Ya, Mas. Kalau sudah luang, aku akan segera menemui kamu," jawab Larasati.
Setelah terjadi obrolan panjang lewat sambungan telepon, akhirnya Yudha pun memutuskan sambungan teleponnya.
Hatinya merasa lega, karena ternyata Larasati tidak lari dari dirinya. Dia hanya sedang sibuk saja, dia pun jadi berharap semoga urusan Larasati cepat selesai.
Karena dia sudah rindu terhadap wanita itu, bahkan dia sudah tak sabar untuk memiliki Larasati seutuhnya.
Tentu saja Larasati tidak akan lari dari Yudha, karena Larasati belum bisa mengambil aset berharga milik Larasati semuanya.
Masih ada mobil, rumah dan juga beberapa bidang tanah milik Larasati yang Yudha ambil secara paksa dari dirinya.
Di lain tempat.
Larasati begitu sibuk mengurusi usaha yang akan dia jalani, dari mulai merenovasi, membeli perabotan yang diperlukan dan mencari orang-orang yang akan bekerja di Caffe miliknya secara langsung.
Bahkan ucapannya yang akan segera menemui Yudha, tak juga bisa dilaksanakan. Karena selama dua minggu ini ternyata Larasati sangat sibuk dengan pekerjaannya.
Yudha berusaha menelpon Larasati berkali-kali, namun Larasati selalu menjawab jika dia belum bisa bertemu karena pekerjaannya masih sangat banyak.
Selain itu, Larasati pun sedang mempersiapkan rumah yang akan dia tinggali bersama dengan putranya, Angga dan juga Bi Narti.
Hal itu Larasati lakukan karena angga sudah memutuskan jika esok hari dia akan datang ke ibu kota dengan membawa Bi Narti dan juga Satria. Karena dua hari lagi Satria akan berulang tahun yang ke dua.
Tentunya Larasati sangat senang sekali, hari ini dia sangat sibuk mempersiapkan sambutan untuk kedatangan buah hatinya.
Dia meminta pelayan untuk merapikan rumahnya, lalu dengan senyum penuh arti Larasati pergi ke pasar tradisional untuk membeli bahan-bahan untuk dia memasak dan membuat kue esok hari.
Karena Larasati ingin memasak-masakan yang spesial untuk putranya, Satria.
"Ah, senangnya. Aku sudah tak sabar untuk segera bertemu dengan Satria, aku sudah rindu. Satria, Bunda rindu," ucap Larasati dengan binar bahagia di wajahnya.
Setelah berkata seperti itu, Larasati pun langsung pergi menuju pasar tradisional. Dia pergi dengan menggunakan mobil yang baru saja dia beli, tentu saja uang yang dia gunakan untuk membeli mobil adalah uang yang dia minta kepada Yudha.
Dia beralasan jika Larasati akan kesusahan untuk menemui Yudha, jika dia tak memiliki kendaraan.
"Mas Yudha, Sayang. Aku perlu mobil untuk berkendara, malu dong kalau harus pergi naik angkutan umum," rayu Larasati kala itu.
Tentu saja dengan mudahnya Yudha kembali mentransfer uang untuk Larasati membeli mobil, sepertinya Yudha memang benar-benar sudah terjerat dengan pesonanya. Karena dengan mudahnya Yudha terus saja memberikan apa pun yang Larasati minta.
Tiba di pasar tradisional, dia langsung memarkirkan mobilnya. Lalu, dia pun mulai berbelanja.
Larasati terlihat membeli sayuran, bumbu dapur, buah-buahan, ikan, daging dan semua yang dia perlukan.
Setelah selesai, dia pun pergi menuju toko perlengkapan bahan kue. Karena dia ingin membuatkan kue untuk putranya, Satria.
Saat sedang asyik membeli bahan-bahan kue, tiba-tiba saja ada seorang wanita paruh baya yang menghampirinya.
Dia menatap Larasati dengan lekat, matanya terlihat berkaca-kaca. Larasati pun terlihat kaget dibuatnya, namun yang diherankan kenapa wanita itu menatap Larasati seolah dia mengenal Larasati dengan baik.
Setelah dia ingat-ingat, ternyata dia lupa merias wajahnya. Setelah dia shalat subuh, dia langsung cuci muka dan segera pergi.
"Nyonya Laras!" Wanita paruh baya itu memanggil Larasati.
"Masya Allah, Nyonya. Saya pangling lihat Nyonya, Nyonya ngga gendut lagi. Nyonya cantik banget," katanya.
Larasati tersenyum, antara senang dan takut karena sudah bertemu dengan Bi Minah. Ya, wanita yang memeluknya adalah Bi Minah.
Bi Minah dan Bi Narti ikut Larasati di saat dia mulai mengembangkan usahanya, tentu saja dia tahu bagaimana rupa Larasati sebelum badannya berubah menjadi gendut.
Bi Narti pergi bersama dengan Larasati, berbeda dengan Bi Minah yang masih setia mengabdi pada Yudha.
Dia berada di pasar karena di minta Jesicca untuk membeli perlengkapan dapur, apa lagi dia baru melahirkan butuh banyak makan sayur dan juga buah agar air asinya tetap lancar.
"Bibi masih mengenali saya?" tanya Larasati seraya mengurai pelukannya.
"Masih, Nya. Masih inget saya sama Nyonya, Den Satria mana?" tanya Bi Minah.
"Kita ngobrol di tempat lain ya, Bi?" ajak Larasati, Bi Minah mengangguk.
Larasati pun lalu mengajak Bi Minah menuju mobilnya, dia pun menceritakan kisah hidupnya setelah keluar dari rumah miliknya yang diambil paksa oleh Yudha.
Bi Minah nampak sedih sekali saat mendengar Larasati menceritakan kisah hidupnya, bagaimana perjuangannya hingga dia bisa mendapatkan tubuh proporsional.
Larasati juga menceritakan bagaimana caranya dia bisa membangun usahanya kembali, beruntung selalu ada Bi Narti dan juga Angga yang selalu menjadi penyemangat untuk dirinya.
Angga dan Bi Narti juga selalu membantu dirinya baik untuk kepentingan dirinya, ataupun kepentingan Satria.
Mendengar kisah hidup Larasati setelah keluar dari rumah Yudha, Bi Minah terlihat menangis sambil memeluk Larasati.
"Nyonya wanita kuat, Nyonya wanita hebat. Semoga Nyonya bisa lebih sukses dari Tuan Yudha," do'a Bi Minah.
"Aamiin, oiya, Bi. Boleh aku meminta sesuatu?" tanya Larasati.
"Apa Nyonya?" tanya Bi Minah.
"Tolong jangan katakan pada siapa pun kalau Bibi sudah bertemu dengan aku," ucap Larasati.
Bi Minah akan mengerti akan permintaan dari Larasati tersebut.
"Baiklah Nyonya. Saya tidak akan memberitahukannya kepada siapa pun," Kata Bi Minah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 277 Episodes
Comments
🍁MulaiSukaSamaKamu(tyas)✅
yes akhirnya dimulai juga
semoga lancar Laras untuk balas dendam dan mengambil alih semua yg telah diambil Yudha
2022-09-06
1
Ulul azmi Ulul
jwje
2022-05-05
0
Alfred Jehani
lanjut
2022-04-29
0