Selepas kepergian Yudha, Larasati terlihat mondar-mandir tak karuan. Dia bingung dengan apa yang harus dia lakukan, namun tak lama kemudian dia mengingat sosok temannya, Jelita. Dengan cepat Larasati mengambil ponselnya dan segera menghubungi Jelita.
"Ada apa, Ras? Tumben pagi-pagi banget elu udah telepon gue," sapa Jelita.
"Anu, Ta. Gue bingung, gue--"
Larasati lalu menceritakan awal kepergiannya bersama Yudha menuju pantai, saat mereka makan malam bersama dan juga saat dia memutuskan untuk menginap.
Larasati pun menceritakan kecurigaannya terhadap Yudha tentang obat yang diberikan oleh penjaga penginapan tersebut.
"Sudah ceritanya?" tanya Jelita.
"Sudah, terus gue harus bagaimana?" tanya Larasati.
"Elu buang makanannya, tapi jangan sampai Yudha curiga. Tunggu gue, setengah jam lagi gue sampai. Kalau Yudha mengetuk pintu jangan dikasih masuk! Gue curiga dia ngasih elu obat perangsang," pesan Jelita.
"Iya, segeralah datang." Larasati langsung menutup sambungan terlponnya.
Setelah itu, Larasati dampak menarik napas panjang lalu mengeluarkannya secara perlahan. Lalu, Larasati langsung membuang minuman yang Yudha bawa ke dalam closet.
Saat melihat menu sarapannya yang ternyata hanya dua potong sandwich berisikan daging, dia merasa lega.
Karena tidak terlalu sulit untuk membuangnya, dia mengambil pisau dan memotongnya sampai halus dan membuangnya ke closet.
"Beres! Kalau aku membuangnya ke dalam tong sampah pasti Yudha curiga," kata Larasati.
Dua puluh menit kemudian, Yudha merasa jika Larasati pasti sudah melakukan ritual sarapannya.
Namun, dia bertanya-tanya dalam hatinya. Kenapa Larasati tak kunjung juga menemui dirinya?
Karena lelah menunggu, Yudha pun akhirnya memutuskan untuk keluar dari dalam kamarnya.
Dia ingin segera menemui Larasati dan dia juga ingin tahu seperti apa efek obat perangsang tersebut.
Setelah sampai di depan kamar Larasati, dia pun mengetuk pintunya. Tak lama kemudian terdengar sahutan dari dalam.
"Siapa?" tanya Larasati.
"Ini, Mas, Baby. Kenapa lama sekali?" tanya Yudha.
"Em, itu Mas. Anu, tunggulah sebentar lagi, Mas. Nanti aku menyusul," ucap Larasati dengan nada cemas.
Mendengar nada bicara Larasati yang terdengar cemas, membuat Yudha yakin jika obat yang diberikan oleh dirinya sudah mulai bereaksi.
"Baiklah, Baby. Mas tunggu di dalam kamar, jangan lama-lama," ucap Yudha.
"I--Iya, Mas. Sepuluh menit lagi," ucap Larasati.
Setelah mendengar jawaban dari Larasati, Yudha pun kembali menuju kamarnya. Dia tersenyum-senyum lalu duduk di sofa dekat jendela.
Senyumnya kian terukir kala membayangkan sebentar lagi Larasati akan datang ke kamarnya dan hari ini juga Larasati akan menjadi miliknya seutuhnya. Itulah yang berada di pikiran Yudha.
Lima belas menit kemudian, Yudha terlihat melirik ke arah pintu kamar. Namun tak juga Larasati mengetuk pintunya, Yuda pun menjadi kesal dibuatnya.
"Kenapa lama sekali? Apa dia malah melakukannya sendiri?" tanya Yudha lirih.
Karena rasanya sudah terlalu lama menunggu, akhirnya dia kembali memutuskan untuk pergi ke kamar Larasati. Saat dia tiba di depan kamar Larasati, ternyata di sana juga sudah ada Jelita.
"Hey! Kamu di sini?" tanya Yudha pada Jelita.
"Ah, iya. Sorry aku ganggu acara kamu sama Laras, tapi ini urgent. Gue harus segera membawa Laras pergi," ucap Jelita dengan wajah penuh sesal.
"Ada apa sih?" tanya Yudha.
Ceklek !
Pintu kamar nampak terbuka, terlihatlah Larasati dengan wajah pucat dan terlihat seperti habis menangis.
"Kamu kenapa, Baby?" tanya Yudha panik.
"Aku ngga badan, aku juga ngga tahu kenapa. Aku mau ke rumah sakit saja," kata Larasati.
"Jangan ke Rumah Sakit, Baby. Kamu ikut Mas saja, nanti biar Mas yang obatin." Yudha mendekati Larasati dan memeluknya.
Yudha nampak mengusap punggung Larasati dengan gerakan sensual, Larasati menjadi yakin dengan apa yang diucapkan oleh Jelita.
Yudha memang sengaja memberikannya obat perangsang, sekarang dia sedang berusaha untuk memancing hasratnya.
Larasati terlihat menggoyangkan tubuhnya di dalam pelukan Yudha, dia juga menggigit dada Yudha dengan gemas.
"Aku harus pergi, Mas. Aku sudah ngga kuat," kata Larasati seraya melerai pelukannya.
"Baby, jangan pergi. Mas bisa obatin kamu, kok." Yudha memcoba bernegosiasi.
"Maaf, Mas." Larasati langsung pergi bersama Jelita.
Yudha terlihat prustasi melihat kepergian Larasati, dia berpikir pasti Larasati akan ke Rumah Sakit untuk mengobati efek dari obat perangsang yang dia berikan.
Yudha yang merasa kesal pun langsung masuk kedalam kamarnya, dia mengambil ponsel, kunci mobil dan juga dompetnya. Setelah itu dia pun langsung pergi dari sana.
Dia benar-benar merasa sangat kesal karena tidak bisa mendapatkan Larasati, setelah sampai di rumahnya dia langsung berjalan menuju kamar utama.
Tiba di dalam kamar utama dia merasa sangat sepi sekali, dia pun baru teringat kalau istrinya sedang berada di Rumah Sakit karena telah melahirkan putri mereka.
Yudha pun jadi berpikir untuk menemui istrinya terlebih dahulu, karena walau bagaimanapun dia telah melahirkan seorang putri untuk dirinya.
Untuk urusan Larasati, mungkin dia bisa pikirkan nanti lagi. Sampai di Rumah Sakit dia pun langsung berjalan menuju ruang perawatan Jesicca.
Saat dia masuk, nampak Jesicca sedang menyusui buah hati mereka. Yudha pun langsung menghampiri Jesicca dan duduk tepat di samping ranjang pasien.
"Maaf karena tidak bisa menemani kamu saat kamu melahirkan buah hati kita," ucap Yudha.
"Tidak apa," jawab Jesicca datar.
"Jangan marah, Mas habis kerja." Yudha menghampiri Jesicca dan memeluknya.
Bukannya mendapat sambutan baik, Yudha malah mendapatkan perlakuan buruk dari Jesicca, karena tiba-tiba saja Jesicca mendorong tubuh Yudha dengan sangat kencang.
Yudha bahkan hampir saja terjatuh, kalau dia tidak berpegangan pada ranjang pasien.
"Apa yang sudah kamu lakukan, Jesicca?" tanya Yudha kesal.
"Justru aku yang seharusnya bertanya sama kamu, Mas. Apa yang sudah kamu lakukan? Kamu bilang habis bekerja, bekerja di mana? Bekerja di atas ranjang?" tanya Jessica ketus.
"Maksud kamu apa berkata seperti itu? Apakah kamu menuduhku selingkuh?" tanya Yudha dengan nada tinggi.
"Mas, aku ini seorang istri. Feeling seorang istri itu kuat, aku bisa merasakan kalau kamu bukan pergi bekerja. Sekarang aku bisa merasakan kalau kamu benar-benar sudah berpaling ke lain hati," ucap Jesicca.
"Jaga ucapan kamu, Jesicca! Kamu tidak mempunyai bukti untuk hal itu, jangan menuduh sembarangan!" ucap Yudha kesal.
"Aku tidak menuduh kamu sembarangan, Mas. Kemeja kamu tercium aroma parfum perempuan, di kemeja kamu juga ada bekas noda lipstik. Apakah itu tidak cukup bukti jika kamu habis bermain perempuan?" tanya Jesicca.
Mendengar ucapan istrinya, Yudha langsung melihat kemeja yang dia pakai. Ternyata memang ada bekas noda lipstik di kemejanya, dia juga mengendus wangi parfum kemejanya.
Benar saja, ada wangi parfum Larasati di sana. Mungkin itu terjadi karena dia memeluk Larasati sebelum dia pulang.
"Kamu salah Jesicca, ini bukan noda lipstik. Bau parfum ini juga bukan karena aku habis bermain wanita, tapi klienku memang perempuan," ucap Yudha beralasan.
Yudha terlihat membela diri, sayangnya Jesicca merasa tak percaya. Akhirnya pertengkaran suami istri itu pun tak bisa dihindari.
Mereka adu mulut dan saling mengeluarkan argumen, banyak penghuni Rumah Sakit lainnya yang merasa terganggu.
Sampai keduanya terdiam kala ada dokter yang datang bersama dengan security.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 277 Episodes
Comments
fitriani
karma itu namanya jessica... udh nikmati aja krn karma gak semanis kurma😡😡😡😡😡
2022-10-14
1
🍁MulaiSukaSamaKamu(tyas)✅
ku kasian sama Jessica tp dia sendiri yg melakukan jd dapat karma sendiri tuh
2022-09-06
0
Emy Leo
lanjut laras 💪💪😤😂
2022-06-02
2