Pagi-pagi sekali Larasati sudah terbangun dari tidurnya, dia baru teringat jika dia tidak membawa baju ganti.
Larasati sempat melirik jam dinding yang bertengger cantik di dalam kamar penginapan tersebut, ternyata waktu baru menunjukkan pukul setengah lima pagi.
Akhirnya Larasati memutuskan untuk keluar dari dalam kamarnya, dia ingin menemui seorang wanita yang bekerja sebagai resepsionis yang ada di sana.
Sampai di depan meja resepsionis, Larasati pun bertanya kepada wanita muda yang berjaga di sana.
"Selamat pagi, Mbak--"
"Gita," ucap resepsionis tersebut.
"Ah, iya Mbak Gita. Maaf mengganggu pagi-pagi begini," kata Larasati menyapa.
"Eh? Iya Nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya Gita.
"Begini, aku tidak membawa baju ganti. Apakah di sini ada yang menjual pakaian?" tanya Larasati sopan.
"Oh, ada Nona. Tapi belum pada buka, soalnya ini masih pagi," ucap Gita.
"Ya ampun, terus aku bagaimana dong? Aku kan mau mandi, tapi ngga bawa baju ganti. Mbak bisa tolong aku ngga?" tanya Larasati dengan wajah bingung.
Melihat raut bingung di mata Larasati, Gita pun menjadi kasihan.
"Begini saja, Nona. Biar saya telepon saja penjaga tokonya, kebetulan saya kenal orangnya, Nona," ucap Gita.
Wajah Larasati pun berubah menjadi senang, karena pada akhirnya dia bisa mendapatkan baju ganti untuknya.
"Wahh, kebetulan sekali kalau begitu. Tolong pesankan satu stel baju untukku, jangan lupa sama ********** juga ya?" ucap Larasati.
"Ya, Nona. Nona bisa tunggu di dalam kamar, biar nanti saya antarkan pesanannya," ucap Gita.
"Oke, saya tunggu di kamar. Nanti saya bayar di kamar langsung," ucap Larasati.
"Siap, Nona," ucap wanita itu.
Larasati tersenyum senang karena akhirnya dia bisa mendapatkan baju ganti, tak lupa dia mengucapkan terima kasih kepada Gita. Setelah itu, Larasati pun masuk kembali ke dalam kamarnya.
"Sepertinya aku mandi saja terlebih dahulu, supaya Gita datang aku tinggal pakai baju saja," ucap Larasati bermonolog.
Larasati pun langsung masuk ke dalam kamar mandi dan melakukan ritual mandinya, 10 menit kemudian dia pun keluar dengan hanya menggunakan kimono mandi saja.
Dia duduk di depan meja rias ambil mengeringkan rambutnya. Ternyata keputusan Larasati sangat tepat, karena setelah dia mengeringkan rambutnya Gita datang memberikan baju pesanan Larasati.
Dengan senang hati Larasati pun langsung menerimanya, setelah dia membayar baju yang dia pesan serta memberikan uang tips kepada Gita, Larasati pun langsung memakai baju tersebut.
"Bajunya bagus, ukurannya juga pas. Gita pinter juga milih bajunya," kata Larasati puas.
Setelah memakai bajunya, Larasati pun baru teringat jika dirinya belum melaksanakan shalat subuh.
Larasati pun kembali keluar dari kamarnya, dia ingin mencari mushola agar bisa melaksanakan sholat subuh.
Ternyata tak jauh dari kamar Larasati ada sebuah mushola kecil, di sana juga ternyata sudah ada mukenanya.
Larasati tersenyum, lalu dia pun melaksanakan kewajibannya terhadap Sang Khalik. Selesai dengan shalatnya, tak lupa dia pun mendo'akan putranya Satria, yang kini sedang berjauhan dengan dirinya.
Setelah selesai, Larasati pun terlihat keluar dari mushola tersebut. Dia kembali melangkahkan kakinya hendak kamarnya, namun langkahnya sempat terhenti kala dia melihat Yudha yang sedang berbicara dengan penjaga penginapan.
Larasati pun langsung bersembunyi di balik tanaman hias, karena penasaran dia pun menajamkan pendengarannya.
"Bagaimana? Apakah pesananku sudah siap?" tanya Yudha.
"Tentu saja, Tuan," jawab penjaga penginapan tersebut.
"Mana?" tanya Yudha.
Penjaga penginapan tersebut memberikan satu blitser obat perangsang kepada Yudha.
"Tuan harus membayar mahal kepada saya, karena saya mendapatkannya dengan susah payah," ucapan penjaga penginapan tersebut.
"Tenang saja," ucap Yudha seraya menyeringai.
Yudha terlihat merogoh saku celananya, kemudian dia pun mengambil dompet dan memberikan sejumlah uang kepada penjaga penginapan tersebut.
"Nah, ini baru cukup, Tuan," ucap penjaga penginapan tersebut.
Setelah mendapatkan apa yang Yudha inginkan, Yudha segera menyuruh penjaga penginapan tersebut untuk pergi.
Lalu, Yudha terlihat pergi menuju Resto yang tak jauh dari penginapan tersebut. Setelah kepergian Yudha, Larasati pun menjadi curiga.
Dia jadi takut jika Yudha merencanakan sesuatu hal yang buruk terhadap dirinya, apa lagi dia melihat seringai licik di bibir Yudha.
"Sepertinya aku harus waspada, jangan-jangan obat itu adalah obat berbahaya dan dia akan memberikannya kepada aku. Aku harus benar-benar waspada," ucap Larasati bermonolog sendiri.
Setibanya di dalam kamar, Larasati terlihat mondar-mandir tak karuan. Hatinya mulai gelisah, dia sungguh bertanya-tanya dalam hatinya. Sebenarnya apa yang direncanakan oleh Yudha?
Larasati benar-benar merasa ketakutan, haruskah dia meminta bantuan seseorang atau haruskah dia berusaha untuk menghandle semuanya sendiri.
"Ya Tuhan, tolong lindungi diriku," do'a Larasati.
Tak lama kemudian pintu kamar Larasati nampak diketuk, Larasati sudah bisa menduga jika itu adalah Yudha.
Dia mencoba menenangkan dirinya, menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan perlahan. Tidak mungkin bukan jika dia menemui Yudha dengan keadaan yang gugup?
Sekuat tenaga Larasati pun menormalkan perasaannya, menjauhkan rasa takut yang dia rasa. Setelah pintu kamar Larasati buka, nampaklah Yudha yang membawa nampan berisikan sarapan pagi untuknya.
Dia nampak tersenyum, namun dalam hatinya Larasati tetap waspada. Karena dia benar-benar takut jika Yudha memberikan obat yang bisa membuatnya mati dalam seketika, hanya itu yang terlintas dalam pikiran Larasati.
"Mas, bawakan sarapan untuk kamu, Baby." Yudha langsung masuk ke dalam kamar Larasati, lalu menyimpan nampan yang dia bawa di atas meja.
"Ke--kenapa repot-repot, Mas? Kan, kita bisa sarapan sambil menikmati indahnya pantai," ucap Larasati.
"Mas hanya takut kamu kecapean, jadi Mas membawakannya kesini. Makanlah Baby, sini duduk dekat, Mas. Biar mas suapin," ucap Yudha dengan lembut.
Melihat tingkah Yudha, Larasati menjadi tambah curiga. Dia benar-benar merasa takut, rasanya dia ingin berlari saja kalau tidak ingat dengan apa yang sudah direncanakan secara matang.
"Loh, kok kamu nggak kesini, Baby? Kenapa malah berdiri saja di gawang pintu? Kemarilah!" ucap Yudha penuh rayu.
"Bukan begitu, Mas. Perut aku mules, aku sarapannya nanti saja. Sekarang Mas keluarlah dulu, nanti kalau selesai sarapan aku nyamperin kekamar Mas," ucap Larasati.
Mendengar ucapan Larasati, Yudha langsung menyeringai. Itu akan lebih baik pikirnya, dia akan datang sendiri ke dalam kamarnya dan dengan mudahnya Yudha bisa menerkam Larasati di dalam kamarnya.
Yudha pun terlihat bangun dari duduknya, kemudian dia menghampiri Larasati dan langsung menarik pinggang Larasati hingga tubuh mereka saling bersentuhan.
"Mar, aku mules," ucap Larasati tegang.
"Aku hanya ingin memelukmu sebentar saja," ucap Yudha.
Setelah berkata seperti itu, Yudha langsung memeluk Larasati dan mengelus lembut punggungnya.
"Mas tunggu di kamar, kamu jangan lama," kata Yudha.
"Iya, Mas. Sebaiknya Mas cepat pergi, aku benar-benar sudah mules." Larasati berusaha untuk melerai pelukannya.
"Baiklah, nanti kalau kamu sudah selesai langsung kamar Mas, ya, ucap Yudha dengan kerlingan nakalnya.
"I--iya, Mas," jawab Larasati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 277 Episodes
Comments
🍁MulaiSukaSamaKamu(tyas)✅
Yudha bener bener kebangetan
minta di kasih pelajaran untuk gk lg menyakiti hati wanita nih
2022-09-06
3
Dirmayanti Maryam
tinggalkn kmrmu ras agar selamat🙂
2022-07-11
0
Alfred Jehani
kasih tinggal
2022-04-29
3