Angin malam yang berhembus kencang membuat rambut Larasati terlihat melambai-lambai seakan minta disentuh.
Yudha begitu gemas melihatnya, ingin rasanya dia mengikat rambut Larasati tinggi-tinggi agar bisa mengecupi leher jenjang wanita yang ada di hadapannya tersebut.
Sayangnya wanita yang dia ajak berkencan tersebut tidak bisa dengan mudah ditaklukan, bahkan hanya untuk meminta satu ciuman saja terasa begitu sulit.
Padahal saat dulu dia berkencan dengan Jesicca, Yudha bahkan bisa langsung menikmati keindahan tubuh dari Jesicca.
Bukan hanya itu saja, dia juga bahkan bisa langsung meniduri wanita itu di hari mereka berkenalan.
Yudha dan Larasati terlihat begitu menikmati acara makan malam romantis mereka, Yudha bahkan tanpa ragu menyuapi larasati.
Tentu saja Larasati mau menerima setiap suapan yang diberikan oleh Yudha, yang terpenting baginya Yudha tidak melakukan hal yang tidak-tidak.
Walaupun sebenarnya dia sangat sakit hati dengan kelakuan Yudha terhadap dirinya, namun dia tahan. Semuanya dia lakukan agar dia mendapatkan kembali aset miliknya, haknya Satria.
"Ehm, Baby. Mas punya kalung berlian untuk kamu, diterima, ya?" kata Yudha seraya memasangkan kalung berlian tersebut di leher jenjang milik Larasati.
Tentu saja Larasati menerimanya dengan senang hati, karena sudah pasti uang yang dipakai oleh Yudha untuk membeli kalung berlian itu, adalah hasil dari keuntungan Restoran yang Yudha kelola.
Restoran yang dengan susah payah Larasati bangun dulu ketika awal mula dirinya berumah tangga dengan Yudha. Dia sengaja membuat Restoran, karena memang dia suka memasak dan membuat kue.
"Ya, Mas. Aku terima, terima kasih banyak loh. Kamu memang sangat pengertian," ucap Larasati seraya mengusap-usap dada Yudha dengan lembut.
Untuk sesaat Yudha memejamkan matanya, dia menikmati setiap sentuhan lembut yang Larasati berikan.
Yudha sebenarnya sudah benar-benar tidak tahan ingin segera membawa Larasati ke atas tempat tidur dan menikmati tubuhnya.
Namun, rasanya dia harus bersabar karena Larasati tak seperti perempuan lainnya yang bisa dengan mudahnya diajak bercinta.
"Sudah malam. Baby, mau pulang atau mau nginep aja?" tanya Yudha.
Larasati melirik jam yang melingkar di tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Jika dia memutuskan untuk pulang, maka membutuhkan waktu satu jam untuk sampai di hotel tempat dia menginap.
Akhirnya, Larasati pun berpikir untuk menginap saja di sana. Karena memang di dekat Restoran pinggir pantai tersebut terdapat banyak penginapan.
"Aku mau menginap di sini saja," jawab Larasati.
Mendengar ucapan Larasati, Yudha langsung tersenyum. Kemudian, dia mengusap kedua bahu Larasati dengan sangat lembut.
"Kalau begitu, Mas pesan kamar dulu," ucap Yudha sambil menyeringai.
Larasati yang sudah paham dengan otak Yudha langsung menepis dengan lembut tangan Yudha yang mulai mengusap tengkuk lehernya.
"Biar aku saja masih yang memesan kamarnya, karena aku ingin memilih kamarku sendiri," ucap Larasati.
Senyum di bibir Yudha pun langsung menghilang, dalam hati Larasati tertawa dengan puas.
Sudah dapat dipastikan jika Yudha yang memesan kamar, pasti hanya akan memesan satu kamar saja.
Dia pasti akan beralasan kalau kamarnya sudah penuh, makanya Larasati memutuskan untuk dia sendiri yang memesan kamar. Agar dia bisa memesan dua kamar sekaligus, satu untuk dirinya dan tentu saja satu untuk Yudha.
Larasati langsung bangun dan berjalan ke arah penginapan yang tak jauh dari Restoran tempat dia melakukan makan malam dengan Yudha.
Tiba di sana, dia pun memesan dua kamar penginapan terbaik. Satu untuknya dan satu untuk Yudha.
Setelah mendapatkan kunci kamar penginapan tersebut, Larasati mengambilnya satu kunci dan yang satunya untuk Yudha.
Yudha pun mengantarkan Larasati terlebih dahulu menuju kamarnya, saat tiba di depan kamar Larasati, Yudha pun menahan tangan Larasati.
"Tunggu sebentar, Baby," kata Yudha.
Yudha terlihat mendekatkan tubuhnya ke arah tubuh Larasati, tangan kanannya mengusap tengkuk leher Larasati. Sedangkan tangan kirinya mengusap pinggang Larasati dengan lembut.
Untuk sesaat Larasati terlihat memejamkan matanya, bukan karena merasa senang namun dia berusaha untuk menahan rasa mual yang kini dia rasakan.
Entah kenapa saat Yudha memperlakukan dirinya seperti itu, Larasati malah teringat akan Yudha yang sedang bercinta dengan Jesicca saat di kamar hotel dulu.
Yudha terlihat memiringkan wajahnya, bibirnya pun bahkan semakin mendekati bibir Larasati. Namun ketika bibir mereka sudah hampir bertautan, tiba-tiba saja Larasati menunduk.
"Aduh, Mas. Kaki aku kok tiba-tiba sakit gitu, ya? Kayaknya aku harus segera istirahat dan mengolesi kaki aku ini dengan minyak hangat," ucap Larasati seraya mengusap-usap betisnya.
"Ck!" terdengar decakkan dari bibir Yudha.
Larasati tertawa dalam hati, namun dia berusaha untuk menormalkan wajahnya.
"Mas, kenapa? Mas cape juga, ya? Ya udah, Mas istrirahat dulu. Terima kasih untuk semuanya, Mas yang terbaik." Larasati terlihat mengecup dua jari tangannya, lalu menempelkannya ke bibir Yudha.
Mendapatkan perlakuan seperti itu dari Larasati, Yudha langsung terkekeh. Dia sudah berumur pikirnya, bukan anak abg yang akan senang hanya dengan diperlakukan seperti itu.
"Mas maunya di cium bibir kamu, LANGSUNG." Yudha langsung mengusap bibir Larasati.
"Sabar, Mas. Nanti kalau Mas sudah jadi duda," ucap Larasati seraya tersenyum.
Mendengar ucapan Larasati, Yudha hanya bisa menggelengkan kepalanya. Perempuan di depannya itu benar-benar susah sekali untuk dirayu, pikirnya.
Larasati kembali tersenyum, lalu dia pun segera masuk ke dalam kamar penginapan yang sudah dia sewa.
Ralat, lebih tepatnya Yudha yang membayar kedua kamar yang mereka sewa malam ini. Setelah pintu kamar Larasati tertutup, Yudha mengusap pintunya, lalu dia pun berkata.
"Kenapa sulit sekali untuk mendapatkan kamu, Baby? Apakah aku harus memakai cara licik agar bisa lebih cepat merasakan nikmatnya tubuhmu?" ucapnya lirih.
Yudha pun jadi berpikir, mungkin nanti pagi saat mereka sarapan Yudha harus memberikan obat perangsang di menu sarapan pagi Larasati.
Agar Yudha bisa segera mendapatkan Larasati seutuhnya, dia sudah tak sabar ingin merasakan nikmatinya bercinta dengan Larasati.
Apalagi saat melihat kemolekkan tubuh Larasati, sungguh celana Yudha terasa sangat sesak.
Setelah berbicara seperti itu, Yudha pun langsung masuk ke dalam kamar penginapan miliknya dengan wajah penuh seringai.
Di Rumah Sakit.
Jesicca terbaring lemah, Begitupun dengan bayi cantik yang dia lahirkan. Tak ada tangis menggema dari bayi cantik itu, dia hanya terdiam dengan keadaan yang sangat memprihatinkan.
Melihat keadaan putrinya, Jesicca merasa sangat sedih sekali. Apa lagi mengingat suaminya yang tidak bisa dihubungi sama sekali, membuat dirinya benar-benar terpuruk.
Hanya ada Bi Minah yang menemaninya dengan setia, bahkan yang mengadzani putrinya pun bukan Yudha namun pak sopir yang mengantarkannya ke Rumah Sakit.
Hal itu membuat Jessica benar-benar merasa sakit hati terhadap suaminya tersebut, dia pun jadi bertanya-tanya, sebenarnya ke mana suaminya itu? Kenapa sampai tak bisa dihubungi sama sekali?
Menjelang tengah malam, ponsel Jesicca terdengar berdenting, hal itu menandakan ada satu pesan singkat yang masuk ke dalam ponselnya.
Jesicca pun dengan cepat mengambil ponselnya dan memeriksanya, benar saja ada satu pesan dari Yudha.
"Maafkan aku, Sayang. Aku tidak bisa menemani kamu saat melahirkan, aku sedang berada di luar kota. Aku sedang ada pekerjaan," isi pesan singkat tersebut.
Mendapatkan pesan singkat dari suaminya, Jesicca pun nampak tersenyum, kemudian dia pun segera menelpon suaminya.
Sayangnya ponselnya sudah tidak aktif lagi, senyum di bibir Jesicca langsung memudar, berganti dengan air mata yang luruh begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 277 Episodes
Comments
sur yati
jes jes tuh kan pa yg kau tanam itu yg kau tuai
2024-03-07
0
❤️⃟Wᵃf🍁Ꮮιͣҽᷠαͥnᷝαͣ❣️🌻͜͡ᴀs
gimana nikmatnya kurma jes , ga sabar kurma buat yudha
2022-09-06
2
🍁MulaiSukaSamaKamu(tyas)✅
akhirnya Jessica sudah kena karma nya sendiri
suami kayak Yudha patut untuk di tinggalkan
2022-09-06
0