Sudah puluhan kali Jesicca berusaha menelpon suaminya, Yudha. Sayangnya tak ada satu pun panggilan darinya yang diangkat oleh Yudha.
Jesicca benar-benar merasa prustasi, padahal perutnya sudah sangat sakit sekali. Namun suaminya itu seolah tak perduli dengan keadaannya saat ini.
Jesicca sempat melirik ke arah jam dinding yang bertengger cantik di dinding, matanya membola ketika melihat waktu yang menunjukan pukul tujuh malam.
Namun suaminya tak kunnung pulang, entah sedang apa dan sedang di mana. Jesicca benar-benar tak tahu, yang jesicca tahu saat ini perutnya terasa sangat sakit sekali.
Jesicca lalu berteriak memanggil Bi Minah, karena sudah merasa tak tahan dengan rasa sakit yang mendera.
"Bi, Bi Minah!" Jesicca berteriak dengan sangat kencang.
Bi Minah yang sedang menyiapkan makan malam pun, langsung berlari dengan tergopoh-popoh menuju kamar Jesicca.
Sesampainya di depan pintu kamar utama, Bi Minah terlihat membuka pintu kamar tersebut dengan perlahan, dia terlihat sangat kaget karena melihat Jesicca yang sedang terduduk di lantai sambil meringis menahan sakit.
Walaupun Jesicca selalu bersikap kasar terhadap Bi Minah, tetapi dia merasa tak tega saat melihat majikannya dalam keadaan seperti itu. Bi Minah segera berlari dan membantu Jesicca untuk bangun.
"Nyonya kenapa?" tanya Bi Minah.
"Perut saya sakit banget, Bi. Tolong antarkan saya ke Rumah Sakit," ucap Jesicca seraya meringis menahan sakit.
"Iya-iya, mari Nyonya. Saya bantu," ucap Bi Minah.
"Tunggu, Bi. Tolong ambilkan tas dan ponsel aku di atas nakas," ucap Jesicca.
Bi Minah pun menurut, dia segera mengambilkan tas dan juga ponsel milik Jesicca. Setelah itu, dia pun memapah tubuh Jesicca yang terlihat sangat lemah sekali.
Tiba di depan rumah, Bi Minah meminta pak sopir untuk mengantarkan Jesicca menuju Rumah Sakit. Pak sopir pun dengan sigap langsung membukakan pintu dan membantu Jesicca untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Bibi, ikutlah denganku. Aku tidak mau sendirian," ucap Jesicca.
"Tapi, Nyonya--"
"Sudahlah, Bi. Ayo antar aku, jangan banyak bicara lagi. Perut aku sudah sangat sakit," ucap Jesicca mengiba.
Karena tak tega, Bi Minah pun akhirnya ikut mengantarkan Jesicca ke Rumah Sakit. Tiba di Rumah Sakit, Bi Minah langsung meminta bantuan tim medis.
Pak sopir pun dengan sigap membantu Jesicca untuk turun dari mobilnya, tak lama kemudian dua orang suster pun datang dengan membawa kursi roda.
Jesicca pun langsung duduk di kursi roda tersebut dan kedua suster tersebut pun langsung mendorong Jesicca.
Sampai di ruang bersalin, dokter kandungan pun langsung memeriksa keadaan Jesicca. Ternyata bayi yang ada di dalam kandungan Jesicca sangatlah lemah.
Begitu pun dengan kondisi Jesicca, dia tidak memungkin untuk melahirkan secara normal. Dokter pun meminta Jesicca untuk menelpon suaminya.
"Maaf, Nyonya. Kondisi Baby anda sangat lemah, begitu pun dengan kondisi anda yang tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal. Jadi, saya harap anda segera melakukan operasi caesar dan segeralah hubungi suami anda," jelas Dokter.
Jesicca pun menurut, dia langsung mengambil ponselnya dan berusaha untuk men menghubungi suaminya, Yudha.
Sayangnya, berkali-kali Jesicca mencoba menelpon Yudha tapi sama sekali Yudha tidak mengangkatnya.
Akhirnya dengan berat hati Jesicca pun menyerahkan semuanya kepada dokter, namun tetap saja dokter membutuhkan tanda tangan penanggung jawab.
Mau tak mau Bi Minah pun akhirnya bersedia untuk menjadi penanggung jawab bagi Jesicca, walaupun pada awalnya dia merasa ragu karena takut Yudha akan marah kepadanya.
Namun, melihat kondisi Jesicca yang semakin melemah. Akhirnya dia pun menyetujuinya, demi kemanusiaan, pikirnya.
🌺🌺🌺
Di lain tempat.
Yudha ternyata seharian ini begitu sibuk memanjakan Larasati, setelah seharian mengajak Larasati berbelanja, malam harinya Yudha mengajak Larasati untuk makan malam di sebuah Resto yang berada di pinggir pantai.
Suasana romantis langsung terasa, karena Yudha meminta memiliki Resto tersebut untuk mendekorasi satu tempat khusus di pinggir pantai untuk dia makan malam bersama dengan Larasati.
Tentu saja pemilik Resto tersebut menyanggupi, karena Yudha berani membayarnya dengan uang yang sangat banyak.
"Kamu suka?" tanya Yudha seraya menarik satu kursi untuk Larasati duduki.
"Suka, Mas. Sangat suka, suasananya sangat romantis," ucap Larasati seraya duduk di bangku yang sudah disiapkan oleh Yudha.
Yudha tersenyum senang mendengar ucapan Larasati, kemudian Yudha pun ikut duduk tepat di samping Larasati.
Dia menggenggam erat tangan Larasati, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Larasati. Tentu saja tujuannya adalah ingin mencicipi manisnya bibir ranum yang terlihat begitu menggoda di matanya.
Namun, saat bibir mereka hampir bersentuhan. Larasati mendorong dada Yudha dengan sangat lembut.
"Jangan, Mas. Kamu masih suami orang, aku ngga mau kita mesra-mesraan dulu," kata Larasati.
Yudha terlihat kecewa dengan apa yang diucapkan oleh Larasati, namun dia juga tak bisa memaksakan kehendaknya.
Takutnya, Larasati malah akan pergi menjauh darinya kalau Yudha terlalu memaksakan keinginannya.
"Maafkan aku, Baby. Tapi, kalau nanti aku bercerai dengan istriku, kamu harus mau," kata Yudha.
"Hem, sekarang lebih baik kita nikmati saja moment kebersamaan kita," kata Larasati.
"Baiklah, aku akan menuruti apa pun keinginan kamu, Baby." Yudha terlihat mengusap punggung tangan Larasati dengan lembut.
"Kamu beneran, Mas? Aku boleh minta apa saja?" tanya Larasati.
"Tentu saja, memangnya kamu mau apa?" tanya Yudha.
"Aku mau sesegera mungkin menjalankan bisnisku, membuat Caffe dan juga toko kue. Karena itu impianku dari dulu," ucap Larasati manja.
"Baiklah, Mas akan mewujudkan keinginan kamu. Berapa nomor rekening kamu? Biar Mas transfer uangnya sekarang," kata Yudha.
"Siap Mas Yudha, Sayang," ucap Larasati seraya tersenyum senang.
Ternyata gampang sekali merayu Yudha, padahal dia sudah berpikir akan sedikit kesusahan dan harus mengeluarkan rayuan-rayuan maut untuk menarik Yudha ke dalam jebakannya.
Namun ternyata dia salah, karena Yudha gampang untuk diperdaya.
Larasati pun langsung mengambil ponselnya, lalu dia pun memberikan nomor rekeningnya kepada Yudha.
Dengan cepat Yudha mentransfer uang ke dalam nomor rekening yang Larasati berikan, mata Larasati langsung membulat dengan sempurna ketika melihat nominal angka yang tertera di layar ponselnya.
Ternyata Yudha dengan mudahnya memberikan uang yang sangat banyak kepada dirinya, dia seakan tak berpikir kedepannya akan seperti apa.
Namun, dalam hatinya Larasati mengucap syukur. Karena sebentar lagi aset miliknya akan kembali ke tangannya.
"Aku sudah mentransfer uang yang banyak untuk kamu, setidaknya berikanlah aku satu ciuman." Yudha terlihat bernegosiasi.
Larasati tersenyum, lalu dia mengusap dada Yudha dengan lembut.
"Sabar ya, Mas. Kalau nanti kita nikah, aku akan memberikan semuanya untuk kamu. Aku hanya milikmu, berapa kali pun kamu menginginkan aku, aku siap, Mas." Larasati mengusap pipi Yudha dengan lembut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 277 Episodes
Comments
fitriani
itu yudha bnr2 ogeb y masa dy gak ingat no rek itu punya istrinya dulu...
jessica gmn rasanya???? sedih... kecewa... sakit hati kan???? nah itulah yg dulu d rasain laras....
2022-10-14
2
❤️⃟Wᵃf🍁Ꮮιͣҽᷠαͥnᷝαͣ❣️🌻͜͡ᴀs
nah main cantik nihh🤣🤣
2022-09-06
0
🍁MulaiSukaSamaKamu(tyas)✅
gampang banget buat Yudha takluk sama Laras lg
semangat Laras untuk balas dendam nya
2022-09-06
0