Larasati terlihat sedang merapikan bajunya ke dalam koper kecil, dia sudah memutuskan untuk pergi ke ibu kota esok hari.
Tentu saja dia ingin mencari tempat tinggal yang layak untuk dia nanti tinggali bersama dengan Bi Narti, Angga dan juga Satria, putranya.
Larasati pun sengaja pergi ke ibu kota terlebih dahulu, karena ingin mencari tempat usaha yang strategis untuk dia nanti kembangkan.
Tak mungkin bukan, jika dia tinggal di ibu kota tanpa pekerjaan. Larasati pun ingin sekali mencari rekan bisnis di ibu kota, agar dia bisa memulai usahanya dengan mudah.
Siapa tahu masih ada teman-temannya di masa lalu yang mau diajak berbisnis oleh Larasati, besar harapannya untuk membangun bisnisnya di ibukota.
Walaupun dia sangat sadar, jika dia tak pernah berkomunikasi lagi dengan teman-temannya. Namun, dia berharap bisa kembali akrab dengan semua temannya.
Walaupun dia harus datang bukan sebagai Larasati yang gampang diperdaya seperti dulu, namun dia datang sebagai Larasati yang baru. Larasati yang lebih smart, lebih cantik dan lebih kuat.
Di desa terpencil saja bisnisnya bisa berkembang dengan pesat, apa salahnya dia mencoba untuk mengembangkan bisnisnya di ibu kota.
Selain untuk mencari rezeki, tentu saja Larasati juga ingin memberikan balasan untuk sang mantan suami yang telah rela menyakitinya.
Padahal, dia sangat mencintai Yudha, dia sangat menyayangi lelaki yang menghadirkan rasa cinta untuk pertama kalinya di hatinya.
Lelaki yang mampu menggetarkan hatinya, lelaki yang membuat Larasati merasakan indahnya cinta dan kasih sayang.
Sayangnya, lelaki itu pula yang telah menghancurkan dirinya. Lelaki itu pula, yang telah menjatuhkan dirinya sejatuh-jatuhnya ke lubang penderitaan yang paling dalam.
"Ras, kamu yakin besok mau ke ibu kota sendirian?" tanya Bi Narti.
"Yakin, Bi. Do'akan yang terbaik untuk Laras, setelah Laras mendapatkan tempat tinggal untuk kita dan juga sudah mendapatkan jalan usaha yang baik, Laras akan menghubungi kalian untuk menyusl," kata Larasati yakin.
"Tapi, Ras. Bibi hanya takut kamu akan kenapa-napa kalau tinggal di sana sendirian, apa lagi lagi di sana ada mantan suami kamu yang jahat itu. Bibi takut kalau kalian bertemu, Yudha akan menyakiti kamu," kata Bi Narti khawatir.
Larasati nampak tersenyum melihat kegundahan di wajah Bi Narti, kemudian Larasati pun memeluk Bi Narti dan mengelus punggungnya dengan lembut.
"Apa Bibi lupa jika aku kini sudah bukan Larasati yang dulu lagi? Apa Bibi lupa jika satu bulan ini aku belajar merias wajah pada sang ahli? Bahkan Bibi sangat tahu jika aku begitu pandai dalam merias wajahku, Bibi bahkan berkata jika aku memakai make-up, aku bukan seperti Larasati lagi. Namun, seperti bidadari yang dikutuk menjadi manusia," ucap Larasati seraya terkekeh.
"Ya, kamu benar. Namun tetap saja Bibi khawatir, apa tidak sebaiknya kamu pergi bersama dengan Angga saja?" tanya Bi Narti.
"Tidak, Bi. Bibi tetaplah di sini. Jagalah Satria dengan baik, Angga pun tak usah ikut bersamaku. Uruslah dahulu beberapa usaha kue dan Caffe yang ada di sini," ucap Larasati.
"Ya, Bibi paham," ucap Bi Narti.
Larasati terlihat melerai pelukannya, lalu dia pun terlihat menggenggam tangan tua
Bi Narti dengan sangat erat.
"Terima kasih karena berkat Bi Narti dan juga Angga hidup aku dan juga Satria kini menjadi lebih baik lagi," ucap Larasati tulus.
"Sama-sama, Laras," jawab Bi Narti.
Keesokan harinya, Larasati pun pergi menuju ibu kota dengan menggunakan pesawat terbang.
Awalnya Larasati terlihat begitu enggan untuk pergi, karena dia tak ingin berpisah dengan putranya dan juga dua orang yang berperan penting dalam hidupnya.
Namun ini semua sengaja dia lakukan karena memang ada misi yang harus dia laksanakan, tentu saja selain acara balas dendam untuk sang mantan, dia juga ingin memajukan usahanya dan juga ingin memperbanyak cabang toko kue dan Caffe yang dia miliki.
Dia juga berencana akan membuat Caffe-Caffe kekinian yang sedang banyak diminati oleh anak muda.
Sesaat sebelum berangkat, Larasati terlihat memeluk Satria dengan sangat erat. Awalnya Satria tak ingin ditinggalkan oleh sang Bunda, namun setelah diberi pengertian dengan sangat hati-hati, akhirnya Satria pun menurut.
"Hati-hati, Buna. Pergina jangan lama-lama," ucap Satria manja.
Akhirnya dia mau ditinggalkan dengan Bi Narti dan juga Angga, anak kecil yang sebentar lagi berusia dua tahun itu seakan mengerti dengan apa yanga akan dilakukan oleh Bundanya.
Setelah melakukan perjalanan selama satu jam, Larasati kini sudah sampai di Bandara Soetta.
Dia langsung menaiki taksi agar bisa sampai di ibu kota, dia sudah tak sabar ingin melihat bagaimana perubahan ibu kota setelah dua tahun dia tinggalakan.
Empat puluh lima menit kemudian, dia pun telah sampai di depan hotel milik Awan. Hotel tempat di mana dia memergoki suaminya berselingkuh dengan wanita lain.
Saat Larasati keluar dari taksi, dia menatap lamat-lamat bangunan megah yang menjadi saksi di mana dua tahun yang lalu dirinya ditalak oleh suaminya sendiri.
Hal itu terjadi karena perubahan tubuhnya yang menjadi gempal, karena telah melahirkan putera kandung dari lelaki yang sangat dia cintai kala itu.
Rasa sesak seakan menyeruak di dalam dadanya, sakit sekali rasanya jika mengingat akan hal itu kembali.
Namun, dia harus kuat. Dia harus membuktikan kalau sekarang ini dia bukanlah Larasati yang lemah, dia bukanlah Larasati yang gampang ditindas dan dipermainkan seperti dulu.
Kini Larasati sudah menjelma sebagai wanita yang sangat cantik, wanita yang memiliki body yang sangat sempurna.
Larasati terlihat berjalan ke arah meja resepsionis dengan gayanya yang terlihat elegan, seorang wanita muda di balik meja resepsionis langsung menyapanya dengan sangat ramah.
"Selamat siang, Nona. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita muda itu dengan sopan.
Setelah mendapatkan sapaan dari wanita muda tersebut, Larasati pun langsung mengungkapkan keinginannya.
Dia, ingin menginap selama beberapa hari di hotel tersebut, sebelum akhirnya dia menemukan tempat untuk dia bernaung.
Tentu saja wanita muda tersebut langsung mengiyakan keinginan Larasati, setelah mendapatkan kunci kamar hotel, Larasati langsung masuk ke dalam hotel tersebut.
Dia menyimpan kopernya dan duduk di tepian ranjang, untuk sesaat dia termenung. Dia pun bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, apakah yang dia lakukan saat ini sudah benar?
Terlepas dari kata benar atau pun tidak, yang penting saat ini Larasati ingin menunjukkan jika dia bisa menjadi lebih baik dari Larasati yang dulu.
Dia juga ingin membuktikan, jika dia bisa membalaskan rasa sakit hatinya terhadap Yudha sang mantan suami.
"Sebaiknya aku mencoba berkunjung ke Resto itu, aku ingin tahu bagaimana perkembangan Resto itu setelah diambil alih oleh si brengsek itu!" monolog Larasati.
Larasati terlihat berjalan ke arah meja rias, dia pun merapikan riasan wajahnya. Dia mematut dirinya di depan cermin selama beberapa saat.
Setelah penampilannya dirasa perfect, Larasati pun langsung keluar dari kamar hotel tersebut.
Tentu saja tujuannya adalah pergi ke Resto miliknya yang telah diambil alih oleh sang mantan suami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 277 Episodes
Comments
❤️⃟Wᵃf🍁Ꮮιͣҽᷠαͥnᷝαͣ❣️🌻͜͡ᴀs
ayoo laras datang ke resto kalo pun ktmu mantan suamimu anggp aja ga kenal🤣🤣🤣
2022-09-06
2
🍁MulaiSukaSamaKamu(tyas)✅
bagus idenya tuh laras
semoga aksi balas dendam untuk ambil harta mu lg akan di mulai tunggu aja yudha
2022-09-06
0
Dirmayanti Maryam
setuju klo perlu ambil kembali resto rsb
2022-07-11
1