Enam bulan telah berlalu, Larasati kini sudah mulai sibuk dengan pekerjaannya. Toko kue yang telah dia sulap menjadi Caffe kekinian sangat ramai pengunjung, apa lagi saat jam makan siang menuju sore hari akan sangat ramai sekali.
Banyak mahasiswa yang akan bersantai pada siang hari untuk sekedar melepas penat setelah mengerjakan tugas dari dosen.
Banyak juga para pelajar yang memang sengaja nongkrong sambil bercanda ria bersama teman atau bahkan pacar.
Saat sore tiba, akan banyak karyawan kantor yang menikmati waktu senja mereka sebelum pulang ketempat peraduannya.
Larasati yang pandai dalam berbisnis, ternyata tak hanya menyediakan kue saja. Namun dia juga menyediakan berbagai macam minuman kekinian yang begitu diminati kalangan remaja.
Bahkan Larasati pun menyediakan berbagai macam menu kopi kekinian yang memang sedang laku di pasaran.
Larasati akan terus memantau berbagai macam makanan dan minuman yang sedang tren di seluruh penjuru negeri, hal itu dia lakukan agar pengunjung tak merasa bosan dengan menu yang dia sediakan.
Bahkan Larasati pun terus menciptakan resep-resep kue baru agar berbeda dengan toko kue yang lainnya, dia juga sering bereksperimen dengan minuman dan makanan yang dia ciptakan.
Jika rasanya sudah pas dan enak, Larasati pasti akan mengeluarkan produk baru tersebut.
Toko kue milik Larasati akan dibuka pada pukul delapan pagi dan akan tutup pada pukul delapan malam.
Berbeda dengan tempat gym yang dia kelola, tempat gym itu akan dibuka pukul sepuluh pagi dan akan tutup pukul delapan malam.
Larasati mempekerjakan enam orang di toko kue miliknya, sedangkan di tempat gym dia mempekerjakan tujuh orang, itu sudah termasuk pelatih kebugarannya.
Tempat gym yang Larasati bangun pun tak kalah ramai, banyak orang yang melakukan olah raga demi dasar kesehatan.
Apa lagi jaman sekarang tumpukan lemak dari makanan yang setiap hari masuk ke dalam tubuh kita seakan tidak bisa terkontrol, tentunya cara mudah untuk menyusutkan lemaknya adalah dengan cara pembakaran lemak dengan berolah raga.
Lebih mudah, lebih menyenangkan dan juga kita bisa tahu bagaimana cara yang baik dalam berolah raga.
Karena ada isntruktur fitnesnya dan juga olahraga di tempat gym dirasa lebih teratur sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan oleh sang instruktur.
Larasati bisa melakukan semua ini tentunya tak lepas dari bantuan Angga dan juga Bi Narti, dua manusia yang menjadi pahlawan di kala dirinya kesusahan.
Bi Narti begitu telaten mengurus putranya Satria, Baby berumur delapan bulan itu bahkan sudah mulai bisa berdiri.
Perkembangannya sangat luar biasa, Bi Narti memang sangat pandai dalam mengurus putra semata wayangnya.
"Kak, ini sudah sore. Kakak mau nge-gym, kan?" tanya Angga.
"Ya, seperti biasa. Kamu lihat' kan jika usaha Kakak sudah mulai terlihat?" tanya Larasati.
Mendengar pertanyaan dari Larasati, Angga pun lalu melihat penampilan Larasati dari atas sampai ke bawah.
Kemudian, dia pun langsung mengangguk-anggukkan kepalanya. Karena memang Larasati mengalami perubahan yang signifikan pada tubuhnya.
"Jadi, pasti Kakak akan lebih rajin lagi untuk berolah raga. Agar tubuh Kakak kembali sempurna seperti dulu," ucap Larasati.
"Ya, Kakak benar. Kakak harus semangat, aku setuju kalau Kakak berolahraga secara teratur. Karena itu akan lebih baik untuk kesehatan Kakak," ucap Angga.
"Hem, dulu berat badanku hanya enam puluh kilo. Aku yakin, aku pasti bisa mengembalikkan berat badanku kembali," kata Larasati.
Angga pun setuju dengan ucapan dari Larasati, selama enam bulan ini usaha yang Larasati lakukan sangatlah berhasil menurut Angga.
Berat badan Larasati yang awalnya seratus tiga puluh kilo turun menjadi seratus sepuluh kilo kala Larasati diet dengan mati-matian sampai sakit selama satu bulan.
Sekarang, selama 6 bulan ini Larasati melakukan olah raga dengan teratur dan tentunya sehat.
Berat badannya pun turun sebanyak tiga puluh kilo, hal itu merupakan hal yang luar biasa untuk Angga.
Karena tubuh Larasati kini sudah mulai terbentuk, Larasati bahkan selalu menari jika dia sedang merasa senggang.
Karena dari kecil ternyata Larasati memang menyukai seni tari tersebut, dia bahkan pernah mengikuti les tari sampai SMP.
Satu tahun kemudian.
Larasati berjalan dengan elegan kala dia mendampingi Angga untuk melakukan wisudanya.
Larasati memakai kebaya putih yang sangat cantik, tubuhnya yang dulu gempal kini sudah kembali ramping.
Berat badannya pun sudah kembali normal, enam puluh tiga kilo. Merupakan berat ideal untuk Larasati yang mempunyai tinggi 170 senti.
Wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu kini terlihat begitu memukau, bahkan wajahnya pun terlihat cantik walau hanya dengan sapuan make-up tipis.
Ternyata, selain berolah raga, Larasati juga melakukan perawatan wajah. Kini bahkan wajah larasati lebih cantik dan terawat.
Jika orang tua Larasati melihatnya, atau bahkan Yudha melihatnya pun akan sulit untuk mengenalinya.
Larasati tak melakukan operasi pelastik, hanya saja dia melakukan perawatan alami dan juga perawatan dengan menggunakan alat-alat canggih di jaman modern ini.
"Selamat ya, Angga. Kamu sudah jadi sarjana," kata Larasati.
"Terima kasih, Kak. Ini semua ta lepas dari campur tangan Kakak," ucap Angga.
"No! Ini semua berkat kerja keras kamu," ucap Larasati menyangkal.
"Jangan menyangkal seperti itu, Kak. Kalau tidak ada kakak yang hadir di dalam kehidupanku dan juga ibu, belum tentu aku bisa melanjutkan kuliah ku," ucap Angga.
"Baiklah-baiklah, jangan menangis. Kita semua saling menguntungkan, saling membutuhkan dan saling menguatkan," kata Larasati.
"Kakak benar, sekarang apa yang akan Kakak lakukan?" tanya Angga.
"Aku akan kembali ke ibu kota, kalau kalian tak keberatan, aku akan mengajak serta kalian," kata Larasati.
"Aku akan ikut kemana pun Kakak, pergi." Angga terlihat tersenyum manis.
"Terima kasih, tanpa kalian apalah artinya aku," kata Larasati.
"Kayak judul lagu," kata Angga seraya terbahak.
Larasati pun ikut tertawa, mereka tertawa bersama. Lalu setelah itu, Angga dan Larasati menghampiri Bi Narti yang sedang mengejar Satria yang terlihat begitu senang tertawa sambil berlari saat melihat banyak orang yang berkumpul.
"Sayang!" Larasati terlihat merentangkan kedua tangannya.
Satria langsung menghentikan aktivitasnya, lalu dia pun berlari ke arah Larasati.
"Buna!" ucapnya riang.
Larasati lalu meraih tubuh mungil Satria dan mendekapnya dengan erat, dia kecup setiap inci bagian wajah Satria dengan penuh kasih sayang.
Larasati bersyukur, jika Satria tak pernah merasa kekurangan kasih sayang. Walaupun tanpa ayah, tapi selalu ada Angga dan juga Bi Narti yang menyayangi dan mengasihi Satria.
Melihat keceriaan di wajah Satria, Angga langsung menghampirinya. Lalu, dia mengacak pelan puncak rambut bocah yang sebentar lagi berusia dua tahun tersebut.
"Yayah!" panggilnya kepada Angga.
Mendengar panggilan Satria kepadanya, membuat Angga langsung cemberut.
"Sudah aku bilang, panggil aku, Om. Jangan panggil Yayah," ucap Angga.
"No! Yayah!" ucap Satria lantang.
Mendengar ucapan Satria, Bi Narti dan juga Larasati hanya bisa tersenyum. Berbeda dengan Angga yang terlihat cemberut.
"Ck! Bisa-bisa aku ngga bakal laku kalau Satria terus saja memanggilku Yayah, nanti dikiranya akau sudah punya anak lagi!" gerutu Angga dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 277 Episodes
Comments
ℤℍ𝔼𝔼💜N⃟ʲᵃᵃ࿐ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈
seru juga ceritanya mak cu😆😆😆🥰🥰
2022-09-06
2
❤️⃟Wᵃf🍁Ꮮιͣҽᷠαͥnᷝαͣ❣️🌻͜͡ᴀs
ngakak angga2 🤣🤣🤣
2022-09-06
0
🍁MulaiSukaSamaKamu(tyas)✅
tuh kan alurnya ku suka
bagus banget ceritanya
berubah demi menjadi yg lebih baik apa salahnya
2022-09-06
0