Angga dan Larasati terlihat duduk di bangku tunggu, sedangkan pemilik toko tersebut langsung mengecek keaslian perhiasan milik Larasati.
Setengah jam kemudian, pemilik toko tersebut pun langsung datang menghampiri Larasati dan juga angga.
"Semua perhiasan anda sudah kami timbang dan kami hitung, lumayan banyak ya Nyonya?" kata pemilik toko tersebut.
Mendengar ucapan pemilik toko perhiasan tersebut, Larasati langsung tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
Tentu saja nominal uangnya pasti akan banyak, karena dia pun mengumpulkan perhiasan tersebut sampai tiga tahun lamanya.
Selama tiga tahun menikah dengan Yudha, Larasati memang begitu senang menginvestasikan uangnya lewat perhiasan.
Satu tahun di awal menjalani rumah tangganya bersama dengan Yudha, merupakan hal tersulit dalam hidupnya.
Dia harus banting tulang membangun usahanya, karena sesaat setelah menikah, Yudha mengalami kecelakaan.
Tangannya retak dan tak bisa digunakan untuk melukis, sedangkan kerjaan Yudha hanyalah pelukis jalanan.
Larasati pun kala itu harus ikhlas untuk menjual kalung berlian limitid edition yang diberikan oleh ayahnya saat ulang tahunnya yang ke dua puluh tahun.
Lalu, uang hasil penjualan perhiasan tersebut dia gunakan untuk membangun Rumah Makan sederhana.
Rumah Makan yang awalnya terlihat sangat sederhana kian berkembang dengan pesat, karena menu makanan yang disajikan oleh Larasati yang enak dan beragam.
Banyak pengunjung yang datang dari dalam atau pun dari luar kota yang ingin mencicipi makanan di Rumah Makan sederhana milik Larasati tersebut.
Hal itu membuat Rumah Makan sederhana milik Larasati, berkembang pesat menjadi sebuah Restoran ternama.
Sayangnya, hasil kerja kerasnya selama tiga tahun mendapatkan kejutan luar biasa dari lelaki yang selalu dia bela dan dia perjuangkan.
Hati Larasati selalu saja merasakan sakit jika mengingat akan hal itu, dengan teganya Yudha mencampakkan dirinya seperti sampah.
"Ehm, maaf, Tuan. Memangnya berapa jumlah semua hasil penjualan perhiasan tersebut?" tanya Angga penasaran.
"1,2 M, itu sudah termasuk potongannya," jawab pemilik toko tersebut.
Mendengar nominal angka yang disebutkan oleh pemilik toko tersebut, mata Angga langsung membulat dengan sempurna.
Bibirnya pun bahkan menganga dengan lebar, tangannya pun langsung memegang dada sebelah kirinya.
"Astaga! Itu duit semua apa daun?" tanya Angga setengah berteriak.
Larasati dan pemilik toko perhiasan tersebut langsung tertawa, Larasati bahkan langsung menepuk pundak Angga agar menyadarkan Angga dari rasa terkesimanya.
"Uangnya mau cash atau saya transfer lewat mobile banking?" tanya pemilik toko perhiasan tersebut.
"Lewat mobile banking saja, Tuan. Biar lebih aman," jawab Larasati.
Pemilik toko perhiasan tersebut langsung tersenyum, ternyata Larasati memanglah wanita pintar, pikirnya.
Dia sempat memperhatikan penampilan Larasati, tubuhnya terlihat gemuk namun wajahnya menampakan kepintaran yang tidak bisa disembunyikan.
Bahkan, walaupun tubuhnya terlihat gempal namun penampilannya terlihat sangat elegan. Dalam berdandan pun tak berlebihan, hanya memakai make-up tipis dan memoleskan gincu berwarna merah muda tipis-tipis.
"Baiklah kalau begitu, bolehkah saya meminta nomor rekening anda?" tanya pemilik toko perhiasan tersebut dengan sopan.
"Sebentar," ucap Larasati sambil mengambil ponselnya.
Larasati terlihat merogoh saku celananya, lalu dia pun mengambil ponselnya dan segera memperlihatkan nomor rekeningnya kepada pemilik toko perhiasan tersebut.
"Tunggu-tunggu! Jangan ditransfer, Tuan. Karena pemilik toko kuenya ingin uangnya diserahkan secara cash," ucap Angga.
Larasati langsung menatap Angga dengan tatapan heran, ini jaman modern pikirnya. Kenapa juga harus membayar dengan uang cash, bukankah itu akan memancing pencopet yang datang, pikirnya.
"Tapi, Angga. Terlalu berbahaya jika kita membawa uang cash," ucap Larasati berpendapat.
"Tenang saja, Kak. Kan ada aku," ucap Angga seraya menepuk dadanya.
"Baiklah, terserah kamu saja," ucap Larasati pasrah.
Setelah terjadi perdebatan, akhirnya semua perhiasan yang Larasati jual pun dibayar secara cash.
Setelah uangnya terhitung dengan sempurna, Angga langsung memasukkan uang tersebut ke dalam tas ransel yang selalu dia bawa kemana-mana.
"Ternyata uang 1,2 m itu nggak banyak ya, Kak, kalo udah masuk ransel aku kayak gini. Cuma kayak bawa gembolan baju kalau kita mau kemping," ucap Angga.
Larasati tak menjawab, ia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Setelah berpamitan kepada pemilik toko perhiasan tersebut, Larasati dan Angga pun langsung pergi ke tempat memiliki tokoh kue tempat Angga bekerja.
Tiba di sana, Angga dan Larasati langsung disambut dengan gembira. Apa lagi saat mengetahui, jika Larasati akan membeli toko kue yang sedang dia tawarkan.
Hal itu membuat Larasati dan Angga diterima dengan baik, saat bertamu ke rumah pemilik toko kue tersebut.
"Jadi, Nyonya ini yang mau membeli toko kue saya?" tanya pemilik toko kue tersebut.
"Ya," jawab Larasati singkat.
Setelah berbicara dan berbahasa basi, akhirnya toko kue tersebut pun resmi menjadi milik Larasati.
Bahkan mantan bos Angga itu pun langsung memberikan sertifikatnya dengan cepat, dia bahkan sempat berbicara kepada Larasati jika dia mempunyai saudara yang bekerja di BPN.
Jadi, Larasati bisa dengan mudah membalik nama sertifikat tersebut menjadi namanya. Dia juga memberikan nomor ponsel saudaranya kepada Larasati.
Beruntung toko kue tersebut berada di salah satu kota yang berada di jawa tengah, jadi... walaupun hanya 250 juta tetapi tempatnya lumayan luas.
Wajah Larasati terlihat berbinar, apa lagi saat dia diajak Angga untuk melihat tokoh kue yang sudah Larasati beli.
Rasanya hidup Larasati seakan bersemangat kembali, apa lagi saat mengingat wajah tampan putra semata wayangnya.
Hal itu membuat dirinya memikirkan hal apa lagi yang bisa dia lakukan agar menghasilkan uang yang banyak, dia ingin membahagiakan putranya dengan cara yang layak.
Walaupun dia tak mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah, yang terpenting dia bisa membahagiakan Satria dengan caranya.
"Apa Kakak, senang?" tanya Angga.
"Tentu, besok kita renovasi agar lebih menarik lagi. Kita bikin toko kue ini bergaya Caffe modern dengan gaya yang kekinian," kata Larasati.
"Setuju, sepertinya Kakak sangat pandai dalam berbisnis," kata Angga.
Larasati tak menjawab, dia hanya tersenyum saat mendengar ucapan dari Angga. Tentu saja dia sangat ahli dalam berbisnis, dia lulusan S2 manajemen bisnis universitas ternama di luar negeri.
"Ehm, Kak. Sisanya masih banyak, untuk apa uangnya?" tanya Angga.
Larasati lalu tersenyum, kemudian dia pun mengungkapkan keinginannya.
"Aku ingin membuka tempat nge-gym, sekalian agar aku bisa berolahraga dan menguruskan badanku. Rasanya kalau buat diet aku sudah menyerah, mungkin dengan berolahraga berat badanku akan berkurang secara bertahap," ucap Larasati.
"Ide yang bagus, Kak. Lagian olah raga itu akan menyehatkan badan Kakak," ucap Angga begitu mendukung keputusan dari Larasati.
"Tapi, Kak. Setahuku kalo buka tempat nge-gym gitu perlu biaya yang mahal," kata Angga.
"Ya, Kakak tahu itu. Yang Kakak perlukan saat ini adalah orang yang menyewakan rukoknya agar Kakak bisa membuka tempat nge-gym," kata Larasati.
"Ya ampun, Kak. Aku hampir saja lupa, tak jauh dari sini ada orang yang mau menjual tanahnya juga. Bagaimana kalau Kakak beli saja untuk membuka tempat nge-gym yang kakak inginkan," usul Angga.
"Kakak rasa itu lebih baik," ucap Larasati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 277 Episodes
Comments
Putry Anasthasya Kinasih
untung ada angga juga yg buat makin bersemangat buat laras
2023-10-02
2
Nuri Maulidia
ok
2023-09-26
0
fitriani
wah bnr2 gila si yudha... wanita sebaik larasati dbuang... dy lupa sm perjuangan laras d awal2 nikah.... bnr2 kacang lupa kulitnya😡😡😡😡😡
2022-10-14
0