Larasati pun langsung membenahi seluruh perhiasannya dan juga buku rekening miliknya sebelum dia vakum dari dunia bisnis.
Rencananya uang tabungan miliknya akan dia pergunakan untuk memulai hidup baru bersama dengan putranya.
Beruntung sebelum dia berhenti dari pekerjaannya, dia masih memiliki uang tabungan yang Yudha sendiri tak tahu.
Beruntung, Larasati selalu membeli perhiasan dalam setiap bulannya. Karena dia sempat berpikir, jika investasi emas itu adalah hal yang bagus.
Satu jam sudah Larasati membenahi pakaiannya dan juga pakaian putranya, dan memasukannya ke dalam dua koper besar miliknya.
Setelah selesai Larasati pun menggeret koper tersebut keluar dari dalam kamarnya, dia berjalan melewati ruang keluarga.
"Semoga ada jalan keluar dari masalah yang aku hadapi saat ini," ucap Larasati lirih.
Saat tiba di ruang keluarga, ternyata ada Yudha dan juga selingkuhannya yang sedang bermesraan di sana. Sakit, sangat sakit sekali yang Larasati rasakan saat melihat akan hal itu.
Tapi, dia berusaha untuk ikhlas. Mungkin ini balasan untuk dirinya, menikah tanpa restu orang tua.
Dia rela meninggalkan orang tuanya demi lelaki yang kini telah begitu tega menghianati cintanya, bahkan dia begitu rela mengusirnya dari rumahnya sendiri.
Tak jauh dari sana, ada seorang pelayan paruh baya yang menggendong putranya, Satria. Saat Yudha menyadari jika Larasati sudah selesai berbenah, Yudha pun langsung menghampiri Larasati.
"Sudah selesai?" tanya Yudha berbasa-basi.
Larasati terlihat menganggukkan kepalanya, "sudah."
Yudha terlihat tertawa jahat, lalu dia Dia menarik koper Larasati dengan kasar dan melemparkannya keluar rumah.
"Pergi sana! Bawa anakmu sekalian, aku sudah tak sudi lagi tinggal satu atap dengan kalian!" Yudha berucap dengan berapi-api.
Hal itu membuat Larasati bingung dan juga sedih dalam waktu bersamaan, seharusnya dia yang marah. Bukan lelaki yang kini dengan teganya berbahagia di atas penderitaannya.
Larasati langsung menangis, mungkin jika Yudha merasa bosan kepadanya dia tak akan sedih. Yang dia sedihkan, kenapa Yudha terlihat begitu tak menginginkan putra mereka, padahal Satria adalah putra Yudha.
Selama ini, Larasati tak pernah berhubungan dengan lelaki mana pun. Hanya Yudha lelaki pertama yang singgah di dalam hatinya, hanya Yudha lelaki yang Larasati cintai.
"Tega sekali, kamu, Mas! Kalau kamu benci padaku tidak apa, tapi Satria adalah anakmu, Mas!" kata Larasati.
Yudha terlihat kesal dengan apa yang diucapkan oleh Larasati, kemudian dia pun kembali berkata.
"Ngga usah ngoceh, aku tak butuh ocehan'mu." Yudha terlihat menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Pelayan yang sedari tadi menggendong Satria langsung menghampiri Larasati, wajahnya terlihat sendu saat menatap wajah Larasati.
"Nyonya, saya akan ikut bersama Nyonya," ucap pelayan tersebut.
Hati Larasati sangat bahagia, karena ternyata masih ada orang yang peduli terhadap dirinya. Berbeda dengan Yudha, mendengar ucapan pelayan yang sudah ikut dengan mereka selama 2 tahun itu, Yudha terlihat tersenyum meremehkan.
"Ya, pergilah bersamanya! Kalian sama-sama orang miskin, makanya kalian sangat cocok," ucap Yudha.
Setelah mengucapkan hal itu, Yudha langsung menutup pintu rumahnya dan menguncinya. Larasati sungguh tidak menyangka dengan kelakuan lelaki yang sudah menjatuhkan talak tersebut, dia pun kini bingung harus pergi ke mana.
Mungkin dia harus menyewa sebuah rumah kecil, pikirnya. Larasati terlihat menetap Bi Narti yang sedang menggendong putranya, lalu dia pun bertanya.
"Kenapa Bibi malah ikut dengan saya? Saya sudah jatuh miskin, Bi. Nanti saya tidak bisa membayar Bibi," ucap Larasati seraya tersenyum kecut.
Bi Narti terlihat tersenyum, lalu dia mengelus lembut tangan Larasati.
"Tidak usah khawatir, Nyonya. Nyonya ikut saya saja ke kampung Bibi, kita tinggal di sana, Bibi sudah terlanjur menyayangi Nyonya dan juga Den Satria. Tak usah memikirkan gaji," kata Bi Narti.
Antara senang dan sedih yang Larasati rasakan, rasanya Bi Narti terlalu baik terhadap dirinya.
Bahkan lelaki yang dia cintai saja membuang dirinya, namun Bi Narti malah berbaik hati untuk mengajak dirinya dan juga putranya untuk pergi bersama dengannya.
"Tapi Bibi, Bibi terlalu baik kepada saya," kata Larasati.
"Jangan sungkan, Nyonya. Selama ini Nyonya pun selalu berbuat baik kepada saya," ucap Bi Narti.
Setelah menimbang baik dan buruknya, setelah mempertimbangkan penawaran yang diberikan oleh Bi Narti.
Akhirnya Larasati pun mengiyakan, dia pun mengikuti saran Bi Narti untuk pergi ke kampung halamannya.
Awalnya, Larasati berpikir jika dia lebih baik untuk kembali ke rumah orang tuanya saja. Namun, setelah dipikir kembali lebih baik dia mengasingkan diri ke kampung Bi Narti.
Rasanya akan sangat malu jika dia pulang ke rumah kedua orang tuanya, dia yang meninggalkan orang tuanya demi lelaki yang bernama Yudha.
Dia yang rela pergi dari rumah, untuk meninggalkan orang tuanya demi membela lelaki yang kini menelantarkan dirinya.
Setelah mengalami kejadian seperti ini, Larasati pun bertekad ingin mengubah penampilannya kembali, dulu dia terlihat sangat seksi dan juga cantik.
Dia pun optimis akan bisa kembali cantik seperti dulu lagi, tidak berbadan gempal seperti sekarang.
Larasati terlihat menggendong putranya dengan menggeret koper di tangan kanannya, Bi Narti pun dengan setia mendampingi Larasati dan membawakan satu koper milik Larasati.
Bi Narti bahkan tak membawa pakaiannya satu lembar pun, karena dia terlalu memikirkan Larasati dan juga putranya.
Bi Narti hanya membawa dompet yang selalu dia selipkan di saku celananya, tapi dia tak menyesal. Karena baju bisa dia beli kembali.
Bi Narti terlihat mencegat taksi, lalu dia pun mengajak Larasati untuk pergi ke terminal. Tentu saja mereka hanya bisa pulang dengan menggunakan bus, karena uang mereka kini terbatas.
"Rumah Bi Narti di mana?" tanya Larasati.
"Jawa tengah, Nyonya." Larasati terlihat tersenyum sambil menyusui putranya
"Jangan panggil aku Nyonya lagi, Bi," pinta Larasati.
"Baiklah, Laras," kata Bi Narti.
Sepanjang perjalanan menuju kampung Bi Narti, Larasati tak bisa memejamkan matanya sama sekali.
Padahal perjalanan yang mereka lalui memakan waktu sampai 10 jam, namun entah kenapa matanya sama sekali tak bisa menutup.
Sesekali dia melihat ke arah Bi Narti yang terlihat begitu lelap dalam tidurnya, dalam hati dia sungguh sangat bersyukur karena dipertemukan dengan orang baik seperti Bi Narti.
Dalam hati Larasati sungguh bertekad ingin merubah penampilannya menjadi kembali cantik. Jika bisa, dia ingin merubah penampilannya menjadi lebih cantik dari dulu dan ingin membalaskan dendam kepada Yudha, mantan suaminya.
Lelaki yang dia perjuangkan, namun kini membuang dirinya tanpa rasa belas kasihan.
"Maafin Bunda ya, Sayang. Bunda janji akan berubah, Bunda janji akan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Agar Bunda bisa membesarkan kamu dengan layak," ucap Larasati seraya mengusap pipi putranya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 277 Episodes
Comments
neng ade
bagus Laras kamu harus bisa mengubah penampilan mu dan kamu harus bisa menjadi wanita yang kuat dan tangguh demi Satria putra mu .. ayo semangat Laras.. bersyukur lah karena bi Narti setia bersama mu
2025-03-23
0
Ardhita
yudha kok tega bNget sama istri ya ampun
2022-12-11
1
❤️⃟Wᵃf🍁Ꮮιͣҽᷠαͥnᷝαͣ❣️🌻͜͡ᴀs
ayo semangat laras
2022-09-06
0