Balasan Untuk Sang Mantan
"Ra, kamu itu jadi orang jangan terlalu percaya banget sama suami kamu," ucap Bu Desi tetangga Larasati.
Larasati yang sedang menjemur bayi yang baru saja dia lahirkan tiga hari yang lalu, langsung menatap wajah Bu Desi.
"Loh, memangnya kenapa Bu? Selama ini suami saya sangat baik, dia tidak pernah berbuat macam-macam," ucap Larasati dengan yakin.
Bu Desi terlihat mencibir ke arah Larasati, dia terlihat kesal karena ucapannya seakan tak dipercaya oleh Larasati.
"Tapi, Ra. Saya sering lo ngelihat suami kamu jalan sama cewek cakep, tubuhnya terlihat seksi dan juga ramping. Nggak kaya--"
Bu Desi tak meneruskan ucapannya, namun matanya menyisir setiap lekuk tubuh Larasati yang terlihat gempal.
Bahkan timbunan lemak pun terlihat menumpuk dimana-mana, Larasati terlihat memperhatikan dirinya dari atas sampai bawah.
Dia sadar jika tubuhnya kini tidak ramping seperti dulu lagi, itu semua karena saat hamil dia mengalami pendarahan dan dokter berkata jika Larasati harus bedres.
Larasati tak boleh melakukan apa pun, maka dari itu Restoran miliknya pun dikelola oleh suaminya. Karena dia benar-benar harus istirahat dengan total.
Melihat Larasati yang hanya diam saja, Bu Desi pun langsung kembali berkata.
"Kalau kamu tidak percaya dengan ucapan saya, kamu bisa mencari tahu sendiri. Jangan hanya diam saja, nanti kamu menyesal loh," ucap Bu Desi lagi.
Setelah berkata seperti itu, Bu Desi pun langsung pergi meninggalkan Larasati. Dia pun terlihat kembali ke dalam rumahnya.
Setelah kepergian Bu Desi, Larasati pun memutuskan untuk masuk kedalam rumahnya.
Hatinya merasa tak tenang, rasanya dia ingin segera bertemu dengan suaminya dan menanyakan hal tersebut.
Namun, jika dia bertanya pasti suaminya bisa mengelak. Dia pun berpikir dengan keras, akhirnya dia pun memutuskan untuk membuntuti suaminya sendiri.
"Baiklah, besok aku akan mengikuti suamiku. Semoga saja apa yang diucapkan oleh Bu Desi tak terbukti," ucap Larasati penuh harap.
*/*
Keesokan harinya, setelah suaminya pergim Larasati pun langsung bersiap, dia ingin segera menyusul suaminya ke Restoran.
Sebelum pergi, Larasati memompa asinya terlebih dahulu. Lalu dia menitipkan bayinya kepada asisten rumah tangganya.
"Bi, tolong jaga Satria. Aku akan pergi, asinya sudah aku siapkan dalam botol." Larasati terlihat mengecup pipi gembil putranya.
"Baik, Nyonya," jawab Bi Minah.
Setelah menitipkan putranya, Larasati pun langsung pergi menuju Restoran menggunakan taksi.
Sampai di sana, Larasati tidak masuk ke dalam Restoran miliknya, dia menunggu tak jauh dari Restoran memiliki tersebut.
Dia terlihat memperhatikan gerak-gerik suaminya, sungguh dia merasa penasaran dengan apa yang diucapkan oleh Bu Desi.
Tak lama kemudian, Larasati melihat ada seorang wanita cantik yang berdiri tepat di depan Restoran miliknya.
Lalu, tak lama kemudian suaminya terlihat keluar dari dalam Restoran tersebut. Yudha terlihat langsung mengecup kening wanita cantik tersebut dengan sangat mesra.
Hati Larasati terasa mendidih, namun dia tak bisa melabrak suaminya bersama dengan perempuan itu begitu saja.
Dia masih ingin tahu, seberapa jauh hubungan suaminya dengan wanita tersebut. Dengan menahan rasa sakit di hatinya, Larasati pun mengikuti kemana perginya suaminya dengan wanita itu.
Setelah Larasati perhatikan, ternyata suaminya dan perempuan tersebut pergi ke sebuah hotel yang tak jauh dari Restoran miliknya.
Hati Larasati terasa sangat sakit, bahkan darahnya terasa mendidih. Untuk apa lagi seorang lelaki dan perempuan masuk kedalam hotel kalau bukan untuk menyewa kamar dan melakukan hubungan suami istri.
Larasati terlihat menahan amarahnya, dia benar-benar tak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh suaminya di belakangnya.
Setelah lima belas menit dia terdiam, akhirnya dia pun memutuskan untuk itu masuk kedalam hotel tersebut.
Beruntung Larasati mengenal pemilik hotel tersebut, dia pun meminta tolong kepada pemilik hotel tersebut agar memberikan kunci cadangan kamar hotel yang dipesan oleh suaminya.
Awalnya Awan sang pemilik hotel tak mau memberikannya, namun karena kasihan kepada Larasati dia pun memberikan kunci cadangan kamar hotel tersebut.
Sebenarnya Awan sudah mengetahui perselingkuhan suami Larasati dengan wanita tersebut, namun dia tak mau ikut campur.
Menurutnya, itu adalah urusan rumah tangga Larasati. Bukan urusannya, apa lagi sampai dia mengadukannya kepada Larasati.
"Terima kasih," ucap larasati setelah mendapatkan kunci cadangan kamar hotel tersebut.
Larasati berjalan dengan langkah gontai, menuju kamar hotel yang disewa oleh suaminya beserta dengan wanita selingkuhannya.
Kalau saja membunuh itu tidak haram, rasanya Larasati ingin membawa pisau dan menusuk suaminya bersama dengan selingkuhannya tersebut.
Rasanya dia ingin membunuh suaminya beserta dengan selingkuhannya dengan tangannya sendiri.
Namun, Larasati masih waras. Tiba di depan kamar hotel tersebut, jantung Larasati berpacu dengan sangat cepat.
Keringat bercucuran di dahinya dengan deras, matanya pun mulai memanas. Perasaannya sudah tak menentu, rasanya dia tak sanggup untuk melihat kemungkinan yang akan terjadi.
Namun, sebelum dia melihat semuanya dengan jelas. Larasati pantang untuk pulang.
Perlahan-lahan Larasati pun membuka pintu kamar hotel tersebut, setelah terbuka dengan lebar, nampaklah suaminya yang sedang menggagahi wanita selingkuhannya.
Bahkan saking asiknya mereka bercinta, mereka sampai tak menyadari kedatangan Larasati.
Air mata Larasati langsung luruh seketika, dia melihat suaminya dan perempuan itu begitu menikmati permainan yang sedang mereka lakukan.
Perempuan itu nampak mendongakkan kepalanya lalu mencium bibir suaminya dengan bringas. Sedangkan suaminya terlihat menghentakkan pinggulnya dengan cepat.
"Faster, Honey!" teriak wanita itu.
"Tentu, Sayang. Apa pun yang kamu inginkan, akan segera aku lakukan," kata Yudha.
"Tentu, Sayang. Kamu harus memberikan apa pun yang aku inginkan, bukankah aku lebih cantik dan seksi dari istri kamu?" tanya wanita itu dengan napas tersenggal.
"Tentu saja, Sayang. Kamu sangat cantik, kamu menarik. Kamu sangat seksi, kamu lebih segala-galanya dari istriku yang gendut itu. Dia tidak apa-apanya, dia hanya wanita menjijikkan yang tidak pernah bisa membuat aku puas di atas ranjang."
Yudha terlihat membalikkan tubuhnya, lalu dia mengangkat tubuh wanita selingkuhannya tersebut dan memintanya untuk memimpin permainan.
Wanita itu pun dengan senang hati langsung melakukan penyatuan, tak lama kemudian wanita itu pun terlihat menggoyangkan pinggulnya.
Larasati yang melihat dengan mata kepalanya sendiri perbuatan suaminya merasa jijik, mual dan juga marah serta sakit hati secara bersamaan.
Larasati hanya bisa menangis sambil menutup mulutnya, agar suara tangisannya tak terdengar kencang.
"Bagaimana, Sayang. Enak bukan?" tanya wanita tersebut.
"Tentu saja enak, si gendut itu mana bisa bermain seperti ini. Dia hanya bisa diam saja seperti patung," ucap Yudha lagi.
Larasati benar-benar sudah tak kuat, mendengar penghinaan demi penghinaan yang terlontar dari mulut suaminya tersebut.
Larasati lalu mengambil pas bunga yang berada di atas meja, lalu dia melemparkannya ke arah tembok yang berada di samping ranjang tempat berlangsungnya kegiatan panas suaminya dengan wanita selingkuhannya tersebut.
PRANG!
Vas bunga berbahan dasar keramik itu pun hancur berkeping-keping, Yudha dan perempuan tersebut pun langsung menghentikan aksinya karena kaget.
Lalu, mereka pun melihat ke arah Larasati yang kini sedang menangis sambil menatap mereka dengan tatapan penuh kebencian.
+
+
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak, ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 277 Episodes
Comments
Soraya
permisi numpang duduk dl ya kak
2023-10-02
3
🌈Rainbow🪂
Wah wah wah,,seharusnya vas bunga itu km lempar ke kepala suami mu Laras biar tambah nikmat berc....nya..hahaha
Aq mampir di karyamu Thor...🙏
2023-07-29
0
ayu nuraini maulina
emng knp klo badan gemuk, q g HBS pikir sama orang yg keluar dr fisik mau bdn gemuk n kurus ,jelek,cupu bg q itu hak privasi masing2 orang yg menilai aja mulut nya lemes
2023-07-12
0