Pagi hari selanjutnya.
Dunia dan sang ibu tengah sarapan bersama di meja makan.
"Ma, Dunia ada perjalanan bisnis agak lama, mungkin sampai sebulan, apa mama tak keberatan menjaga kak Langit sendirian?" Dunia memulai percakapan untuk meminta izin ibunya itu.
"Dunia akan kirimkan staf untuk membantu mama kapanpun" pria itu kembali menambahkan.
"Kenapa begitu lama nak?" Bu Bintang sedikit khawatir dengan rencana putranya itu.
"Iya ma, sedikit lebih lama dari biasanya, tapi ini menyangkut misi menyelamatkan kak Langit" Dunia menjelaskan sekilas mengenai Lufita dan rencana lanjutannya.
"Bu Bintang dengan berat hati menyetujui rencana sang putra. Ia hanya berpesan untuk selalu mengabari apapun perkembangannya, dan meminta Dunia menjaga kesehatan.
Setelah mengurus semua yang dibutuhkannya, termasuk surat rekomendasi untuk menjadi guru tamu di sekolah tempat Lufita berada, pria tampan itu kembali berangkat menuju bandara dengan diantar Zayn, sahabat sekaligus asisten kepercayaannya.
"Gue masih gak paham, ada misi apa sebenarnya?" Zayn terus mencoba mengorek informasi apa yang sedang dilakukan bosnya itu. Namun tak mendapatkan jawaban apapun. Dunia bungkam seribu bahasa.
"Pokoknya lu kembali ke kodrat lu semula, jadi asisten perusahaan selama gue gak ada, jangan ikut campur urusan pribadi gue. Urus perusahaan dengan benar, dan jagain mama juga" perintah lengkap dari Dunia terdengar sangat tegas.
"Baiklah bos maha besar, gue siap melaksanakan perintah dengan catatan lu tepati janji, gaji gue naik tiga kali lipat" Zayn tersenyum licik.
"Tenanglah, gue bayar lu sesuai kinerja" Dunia menanggapi dengan santai. Baginya mengeluarkan biaya lebih banyak untuk mengurus perusahaan selama ia tinggalkan tak terlalu masalah. Misi yang sedang ingin dilakukannya lebih penting dari apapun.
Zayn tersenyum penuh kemenangan. Ia tak tahu sama sekali tentang apa rencana sahabatnya itu. Tapi yang penting, sebentar lagi kantongnya akan menebal dan ia bisa bersenang senang menikmati hidup dengan uang banyak dari bos tajirnya itu.
Sepanjang perjalanan menuju pedesaan dimana Lufita berada, hati Dunia tak tenang. Iya terus gelisah mengatur rencana dan strategi untuk menemui gadis itu.
"Apa yang nanti dia pikirkan saat aku kembali menemuinya?" Dunia bergumam sendiri.
Tak terasa, hampir setengah hari dihabiskan untuk melewati jalan yang sulit dan berliku menuju desa. Akhirnya Dunia sampai kembali di depan di gerbang desa tujuannya itu.
Mobil yang mengantarkan Dunia parkir tepat di depan rumah kepala desa. Suasana yang sudah gelap dan penerangan yang tak cukup membuat sorot lampu mobil terlihat jelas dan mencolok. Beberapa warga yang berada di sekitaran langsung merapat ke rumah pak kades melihat siapa yang datang berkunjung.
"Selamat malam semuanya" Dunia turun dari mobil dan menyapa para penduduk.
"Tuan Dunia, anda datang kesini lagi? apa ada masalah?" pak kades yang juga tak dikabarkan akan kedatangan pemuda itu ikut terkejut.
"Ada beberapa hal yang harus saya pantau sendiri disini, jadi kemungkinan untuk beberapa lama saya akan stay di desa ini" Dunia memberi alasan bohong.
"Maafkan kami tak menyambut kedatangan anda, kami tak mempersiapkan apa apa" pak kades kembali berucap.
"Tak perlu berlebihan pak, saya hanya butuh disediakan rumah sewa di dekat sini, apakah ada?" Dunia tancap gas mengatur rencana.
"Kebetulan ada satu kamar kontrakan di depan rumah Bu Rima, jika anda bersedia mari saya antar" pak kades memberikan informasi.
"Semesta mendukung" gumam Dunia senang. Ia sedikit lebih dekat dengan Lufita.
Dunia menggeret sendiri travel bag nya menuju rumah yang dimaksud oleh pak kades. Sungguh jauh dari ekspektasinya. Rumah sangat kecil dengan interior lusuh dan agak kotor. Jauh berbeda dengan istananya di kota. Namun karena posisinya untuk memantau Lufita sangat strategis, Dunia setuju menempatinya.
Maka resmilah mulai malam itu Dunia berbaur dengan warga desa. Ia tinggal sendirian di rumah kecil nan sangat sederhana itu.
22.00 wib.
Setelah selesai membersihkan diri dan menyusun rapi beberapa barang bawaannya, Dunia berinisiatif duduk di teras rumah yang menghadap langsung ke rumah Lufita konveksi.
Dunia sengaja membiarkan lampu teras itu tak dinyalakan. Dia duduk dalam gelap dengan menggunakan sarung serta kemeja berwarna gelap. Jika tak diperhatikan seksama tak ada yang tau kalau ada orang yang sedang duduk disana. Jarak antara rumah yang sekarang ditempati Dunia dengan rumah Lufita hanya sebuah jembatan kecil, sehingga apapun yang dilakukan Lufita di teras rumahnya, nampak jelas dari posisi Dunia berada saat ini.
Deg....
Baru saja Dunia memperbaiki posisi duduknya, Lufita keluar dari arah pintu rumah dengan menggendong seekor kelinci. Lufita memakai pakaian tidur normal dan tak menggunakan masker. Ini pertama kalinya Dunia melihat Lufita dalam keadaan seperti ini. Rambut hitam sebahu yang terurai serta penampilan natural tanpa riasan. Dunia merasakan getaran aneh di hatinya.
"Dia sangat mempesona" tak sadar kalimat itu lolos dari bibir pemuda itu.
Lufita terus bermain main dengan kelincinya itu tanpa menyadari sepasang mata sedang menatapnya. Cahaya lampu yang terang membuat wajah Lufita begitu jelas.
Lufita tak mengetahui jika rumah di depannya telah ditempati oleh orang lain, ia selalu menikmati rutinitas malamnya seperti ini. Disaat suasana desa sudah sepi dan tak ada lagi orang berlalu lalang, disitulah Lufita merasa tenang, bermain sendirian dengan kelinci kesayangannya, tanpa alat pelindung kesehatan apapun yang dipakainya.
Dunia tersenyum sendiri melihat tingkah Lufita yang menggemaskan. Gadis itu menganggap kelinci dalam pelukannya seperti seorang anak kecil. Ia mengobrol bahkan menciumi hewan mamalia itu.
Namun pemandangan indah itu tak berlangsung lama. Lufita segera masuk kedalam rumah saat ada beberapa langkah kaki berjalan mendekat kearah rumahnya.
Dunia diam mematung di posisinya yang tak terlihat. Ia memperhatikan dua orang pemuda berpakaian hansip tengah berpatroli. Mereka hanya lewat dan terus berjalan kearah lain.
"Dia takut dilihat orang?" Dunia tak habis pikir melihat kelakuan Lufita yang aneh.
"Tapi tanpa masker, wajahnya sangat cantik" Dunia tersenyum sendiri mengingat betapa manisnya gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
I Gusti Ayu Widawati
Dunia baru malam ini melihat fdengan jelas wajah Lufita tanpa masker spt biasanya sampai melihat rambut yg tergerai panjang.
Diam2 Dunia mulai mengagumi kecantikan natural gadis itu.
Semakin penasaran.
2022-07-03
0
I Gusti Ayu Widawati
Penasaran.
Ada gadis cantik di desa
2022-03-23
1
Pieh Widya Yanti
lanjut thor seruuu
2022-02-13
1