Xena berangkat ke pusat ibu kota bersama Gia, selama berada di pasar, Xena membeli banyak sekali barang. Setiba di butik pun, tanpa berpikir panjang dia memborong seluruh gaun yang ada di sana. Tidak lupa juga dia singgah di toko perhiasan, segala jenis perhiasan dia beli hingga menghabiskan beberapa puluh koin emas. Meskipun Xena telah memborong barang-barang dari yang tidak penting hingga yang penting, tetap saja jumlah koin emasnya tidak berkurang banyak.
“Kenapa uangnya tidak berkurang banyak? Apakah semua barang yang aku beli ini sungguh semurah ini harganya?” Xena mulai lelah dan mengeluh tentang uangnya yang tidak berkurang banyak.
“Nona, sebenarnya saya juga sedikit kaget dengan jumlah koin emas yang Anda miliki, sebenarnya kalau Anda mempunyai koin emas sebanyak ini, Anda bisa membeli beberapa hektar tanah,” tutur Gia.
Xena menghembuskan napas berat, dia tidak pernah memikirkan tentang bagaimana cara menghabiskan uang, sebab selama ini segala keperluannya diurus oleh Laiv dan beberapa orang pelayannya. Xena tidak tahu menahu apa yang mereka belikan untuknya, sampai kini dia baru mengerti bahwa dia terlalu mengabaikan jumlah uang yang dia simpan.
“Gia, ambil ini untukmu.” Xena memberikan sebuah kantong yang berisi seratus koin emas kepada Gia, tidak kehilangan akal untuk menghabiskan uang itu secepatnya.
“Tapi, Nona jumlahnya sangat banyak, saya tidak bisa menerimanya,” tolak Gia, dia nyaris pingsan melihat jumlah koin emas yang diberikan Xena kepadanya.
“Ambil saja, tidak apa-apa. Obati sakit Ayahmu dengan uang ini, bagaimana pun dulu Ayahmu pernah menjadi salah satu pelayan yang sangat baik kepadaku. Semisalnya kurang, kat—”
Xena panik sesaat melihat Gia yang mendadak menitikkan air mata, dia bingung apa penyebab Gia menangis kala itu.
“Eehh kenapa kau menangis? Apakah seratus koin emas masih kurang untukmu? Apa perlu aku tambahkan menjadi seribu koin emas?” Xena yang panik melontarkan pertanyaan beruntun kepada Gia.
Gia menyeka air matanya segera, ia perlahan tertawa melihat reaksi Xena yang panik, “Nona, Anda sangat lucu. Seratus koin emas jumlah yang terlampau besar bagi rakyat kecil seperti saya, dengan uang ini saya dapat membantu pengobatan Ayah saya sampai sembuh. Itulah mengapa saya menangis, bukan karena sedih tapi karena saya bahagia,” ungkap Gia.
“Jadi, orang yang bahagia bisa menangis juga? Aku kira menangis hanya untuk orang yang sedih saja,” ucap Xena mengangguk-angguk.
“Sebenarnya Anda hidup di mana selama ini, Nona? Mengapa Anda tidak mengetahui hal semudah itu?” Gia bertanya-tanya, selama ini Xena hidup di tempat yang seperti apa? Xena tumbuh menjadi wanita yang berbeda daripada umumnya.
“Aku selama ini menghabiskan waktuku untuk membunuh orang, aku tidak punya waktu untuk memikirkan masalah lain. Tempatku tumbuh tidaklah menetap, aku selalu berpindah-pindah mencari tempat baru. Duniaku terlihat seperti neraka bagi orang biasa sepertimu, Gia, di sana aku bertindak selayaknya dewa kematian yang mengatur hidup dan mati seseorang. Terkadang orang berpikir aku memiliki hati batu, selama ini aku menangis hanya pada saat kematian Alina,” papar Xena.
Gia semakin melihat perbedaan antara Alina dan Xena, jika Alina diibaratkan seperti mawar putih nan lembut, sedangkan Xena diibaratkan seperti mawar hitam. Sifat keduanya berbanding terbalik, jika Alina seorang wanita yang baik hati dan ramah, Xena sendiri tidak pernah diajarkan bagaimana caranya berperilaku lemah lembut layaknya seorang wanita pada umumnya.
“Pantas saja waktu itu seorang budak yang aku beri satu koin emas itu sampai bersujud menangis di bawah kakiku, aku pikir mereka menangis karena merasa uangnya kurang, jadi aku tambah lagi jumlah koin emasnya, tapi mereka malah semakin terisak menerima tambahan koinnya,” lanjut Xena yang teringat dengan peristiwa beberapa saat lalu.
Gia terkekeh, setidaknya Xena masih memiliki sisi kemanusiaan dan masih memikirkan orang lain tanpa memandang rendah sebuah status di masyarakat. Ketika mereka tengah asik berbincang, seorang pelayan datang mengabari kalau Yuliana – adik tiri Xena datang untuk menemuinya. Akan tetapi, gadis berumur tujuh belas tahun itu menolak untuk menanti di ruang tamu, lalu ia pun tanpa sopan santun menyelonong masuk ke dalam kamar Xena.
“Kakak! Aku dengar kau tadi baru selesai memborong banyak pakaian dan perhiasan bagus ya, aku kemari untuk melihatnya,” ujar gadis berambut jingga dan bermata biru itu.
Mimik wajah Xena berubah dengan cepat ketika melihat Yuliana, jujur saja dia baru kali ini bertemu Yuliana setelah sekian lama. Yuliana lahir ketika Xena masih berusia tiga tahun, kala itu Ibunya telah meninggal satu tahun sebelumnya atau pada saat dia serta Alina berusia dua tahun.
“Lalu kenapa kalau aku memborong? Ada yang salah?” ketus Xena.
Yuliana tersentak, dia tidak pernah melihat kakaknya berbicara dengan nada ketus kepada dirinya. Baru kali ini ia merasakan hawa menakutkan dari wanita yang berdiri di hadapannya kini, perasaannya menciut seketika berniat melontarkan beberapa kata menghina ke Xena.
“Tidak ada yang salah, aku hanya ingin melihat apa yang kakak beli.” Yuliana secara lancang mengacak-acak barang yang dibeli oleh Xena. Dia mengeluarkan semua gaun yang masih tersimpan di dalam kotak, Yuliana menjajalkan satu persatu gaun tersebut.
“Bolehkah aku meminta setengah gaunnya? Bukankah ini sangat banyak kalau untuk kakak seorang? Lagian aku ini lebih cantik dari kakak, jadi aku lebih cocok mengenakan gaun ini dibanding kakak.” Yuliana mengalihkan perhatiannya ke perhiasan, dia langsung mengklaim apa saja yang akan dia bawa pulang ke rumah, “Aku juga akan meminta setengah perhiasan ini, kakak tidak marah kan? Biasanya kakak tidak pernah pelit padaku.”
“Yuliana, siapa yang memberimu izin untuk menyentuh barang-barangku?”
Yuliana terkesiap mendengar suara Xena, sekujur badannya bergetar ketakutan, sorot mata Xena yang tajam membekukan Yuliana.
“B-bukankah aku a-adik kakak? Seharusnya kakak mengizinkannya,” gagap Yuliana.
“Daripada memberikan barangku kepadamu, lebih baik aku memberikannya kepada Gia. Mulai sekarang aku melarangmu untuk menyentuh barangku atau pun menginjakkan kaki di istanaku tanpa seizinku. Aku sangat membenci wanita tidak tahu malu sepertimu,” tekan Xena.
‘Ternyata apa yang dikatakan oleh Ayah itu benar, wanita ini tidak lagi mudah dibodohi seperti dulu. Biasanya dia akan memberikan barang bagusnya untukku, bahkan aku mengganti gaun bagusnya dengan gaun lusuh milikku, tapi sekarang aku tidak akan bisa membodohinya lagi,’ batin Yuliana syok dengan perubahan kakak perempuannya.
“Aku tidak mau tahu! Kau harus memberikan barang-barang bagus ini padaku. Aku berhak atas hartamu, memangnya dari mana kau mendapatkan semua ini? Kau bisa menjadi Permaisuri sekarang ini juga berkat Ayah, barang yang kau beli hari ini menggunakan uang pemberian Kaisar, bukan? Jadi, secara tidak langsung, barang-barang ini juga punyaku,” ujar Yuliana meninggikan suaranya karena murka.
“Kau ternyata sangat bodoh, kemarilah biar aku buat kepalamu terbebas dari pikiran bodoh itu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Oi Min
mang mo diapain kepala Yulia, Xena....??? mau kmu tebas??
2023-08-09
0
Putry D
semangat thor
2022-03-13
0
Andi Ilma Apriani
semangaatt thiorrr...up yang buaanyaaaaaaakkkkk
2022-02-15
1