Tugas Mulia

Empat orang pelayan yang tengah asik berghibah tadi langsung terperanjat kaget dengan kedatangan Xena. Mereka segera merapatkan mulut dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa, mereka juga tidak memberikan salam kepada Xena, sehingga emosi Xena sungguh diuji oleh mereka. Xena menyunggingkan senyum, menyaksikan keangkuhan mereka kala itu membuat tembok kesabaran Xena terbobol.

Xena berdiri di hadapan mereka seraya melipat kedua tangan di dada, mengamati wajah mereka yang tertegak lurus menatap Xena disertai ekspresi sombong dan tak takut di garis wajah keempatnya. Terlebih dahulu Xena menghela napas, kemudian menurunkan kedua tangannya, entah kemarahan macam apa yang akan ditunjukkan oleh Xena saat ini.

“Ada apa Anda kemari, Yang Mulia?” tanya salah seorang pelayan tersebut, “Seharusnya Anda berdiam diri saja di dalam kamar seperti biasanya dan menyantap sarapan dingin itu. Kenapa Anda malah repot-repot kemari? Apa Anda mau menggantikan pekerjaan kami?” ujarnya kemudian meledek Xena, tiga pelayan yang lain ikut menertawakannya.

Xena lalu meraih segelas air yang ada di nampan dibawa Gia, sembari menyeringai ia mendekat ke depan wajah pelayan yang baru saja dengan lancang meledeknya.

“Ada apa ya? Tadi aku mencium bau bangkai dari arah dapur, ternyata baunya berasal dari kalian. Jadi, aku dengan senang hati ingin membasuh bau bangkai itu.” Xena mengguyurkan air minum itu ke atas kepala pelayan tersebut. Ketiga pelayan yang lain langsung menghentikan tawa mereka, terdiam, dan menundukkan kepala tanpa menatap wajah Xena.

“Saya rasa Anda sudah sang—”

Bugh!

Xena meninju perut pelayan itu sebelum ia selesai berbicara hingga membuat tubuh si pelayan terbang jauh ke belakang. Pelayan itu terbatuk darah ketika punggungnya menghantam permukaan dinding yang keras. Mimik wajah Xena berubah dingin, aura kekejaman dari dirinya menyeruak keluar dari tubuh. Gia menelan liur menyaksikan amarah Xena, sedangkan ketiga pelayan yang lain sudah tenggelam di dalam rasa takut.

“Aku baru ingat, Nona Xena dijuluki dengan iblis kejam bercangkang bidadari, beliau membunuh dua puluh orang pelayan di kediaman Duke Alister ketika berusia tujuh tahun. Membunuh dengan sadis para ksatria yang mencoba melecehkan seorang anak kecil di umur delapan tahun, melenyapkan satu bar tempat berkumpulnya para pencuri di umur sembilan tahun. Lalu yang terakhir, beliau pernah membunuh beberapa orang penyihir serta Paman dan Bibinya kala usia sepuluh tahun. Inilah alasan mengapa Duke Alister menjual Nona Xena ke pasar budak,” gumam Gia.

Xena mengarahkan pandangannya ke tiga pelayan yang hendak kabur keluar dari dapur, namun Xena dengan cepat menutup pintu keluar. Xena menghajar para pelayan tersebut secara kejam, dia tidak berhenti walau keempat pelayan itu sudah memohon sampai tidak sadarkan diri. Sekujur tubuh keempat pelayan itu dilumuri oleh darah, luka serius tergores di mana-mana. Xena belum puas menyiksa mereka, kemudian dari ujung jemarinya keluar cairan hitam beracun, Xena pun melentikkan racun itu ke permukaan tubuh keempat pelayan.

Para pelayan yang awalnya tidak sadar, kini mereka menggeliat kesakitan begitu cairan racun itu meresap masuk ke dalam luka mereka. Racun Xena ialah yang terhebat, setitik racun saja sanggup membunuh satu orang dalam hitungan detik. Sekarang keempat pelayan itu dipastikan sudah tak bernyawa, anyir darah bisa tercium di hidung Gia.

“Hahaha kenapa kalian begitu lemah sekali? Seperti seekor nyamuk saja. Tadi kalian dengan beraninya menghina saudariku, merundung Gia, lalu menghinaku juga. Sekarang kalian malah mati? Bangun! Aku belum mengizinkan kalian untuk mati.”

Xena menginjak-injak keempat jasad pelayan itu sembari tersenyum dan tertawa seperti seorang psikopat. Gia merinding menyaksikan aksi Xena di luar bayangannya itu, dia ingin menegur Xena tapi tertahan oleh rasa takut. Lalu Xena melirik sekilas Gia yang menekan getaran tubuhnya, ia pun langsung menghentikan aksinya itu.

“Nyaris saja lupa kalau di sini juga ada Gia,” gumamnya, ekspresi Xena segera berubah drastis. Piyama berwarna putih yang dikenakannya turut menjadi korban. Bercak darah memercik ke setiap titik piyama tersebut.

“Nona, sebaiknya kita kembali sekarang sebelum ada yang melihat,” ucap Gia menengok kiri kanan memastikan tidak ada orang lain selain mereka.

Bukannya cemas dan beranjak pergi, Xena malah duduk di atas meja yang tersedia sarapan lebih layak di sana. Xena mengambil beberapa jenis makanan untuk dia makan, perutnya sudah keroncongan sekali sebab belum makan sejak tadi malam.

“Nona, apa yang Anda lakukan? Ayo kita kembali ke kamar!” Gia menarik-narik tangan Gia untuk segera balik ke kamar, tapi Xena menolak untuk bangkit dari tempat duduk.

“Nanti kita balik, biar saja orang lain melihat mayat orang-orang tak berguna itu. Perutku sangat lapar, jadi mari kita makan lebih dulu sebelum pergi ke kamar,” balas Xena menarik tangan Gia untuk duduk di bangku samping.

“Anda masih bisa makan dengan lahap ya, Nona. Padahal Anda saat ini sangat kotor oleh noda darah,” ujar Gia menggeleng-geleng pasrah.

“Pekerjaanku selalu berhubungan dengan darah, makanya aku tidak terlalu mempermasalahkan hal sekecil ini. Aku makan karena aku butuh tenaga untuk marah-marah.” Xena menyantap makanannya dengan lahap, dia harus memenuhkan energi supaya bisa marah dengan sempurna.

“Sebenarnya, pekerjaan Anda selama ini apa, Nona?” tanya Gia penasaran.

Xena menghentikan suapannya, dia menatap lekat Xena, “Pembunuh.”

Deg!

Gia tersentak, Alina tidak pernah memberitahu dirinya tentang pekerjaan yang dijalani oleh Xena selama 10 tahun ini.

“Pembunuh? Ternyata sangat sesuai dengan Anda.”

“Tentu saja, sudah hobiku membunuh manusia yang tidak beradab. Apabila manusia itu tidak berguna bagi bumi dan selalu mendatangkan kerugian, lebih baik dibunuh saja agar bumi ini lebih lapang. Lagian setiap hari ada kelahiran di dunia ini, walau aku membunuh seratus orang sekali pun, itu tidak akan mengurangi populasi manusia di muka bumi.”

Pemikiran Xena sungguh di luar pemikiran manusia biasa, dia sangat membenci orang-orang tak beradab dan kurang ajar. Tak terhitung jumlah manusia yang telah dia bunuh selama ini, tidak ada sedikit pun penyesalan atas dosa membunuh yang dia perbuat. Menurut Xena, pekerjaannya sudah sangat membantu para dewa melenyapkan orang-orang jahat.

Ketika Xena tengah asik menghabiskan sarapannya, dua orang ksatria tanpa sengaja menghirup bau darah yang menyeruak hingga keluar dapur. Mereka bergegas menuju dapur dan mengecek apa yang terjadi di sana. Alangkah kagetnya mereka menemukan empat mayat pelayan wanita yang berada di kondisi teramat parah. Xena tidak mempedulikannya, tapi Gia sangat gelisah saat ksatria itu masuk ke dapur.

“Yang Mulia Permaisuri, apakah Anda yang membunuh mereka?” tanya seorang ksatria seusai memperhatikan bercak darah di piyama Xena.

“Aku tidak membunuh mereka, aku hanya membantu mengurangi orang tidak berguna di muka bumi. Bukankah tugasku sangat mulia?”

Terpopuler

Comments

Yusuf Syaifullah

Yusuf Syaifullah

sangat mulia Xena teruskan libas habis para pendosa

2024-11-02

0

Susmiati ningsih

Susmiati ningsih

perbuatan yg mulia dan terpuji.. Xena.../Smile/

2025-01-03

0

Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati

Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati

バックスはバンゲット Q トール彼のキャラクタージーナが好き

2024-12-26

0

lihat semua
Episodes
1 Malam Kemalangan
2 Kedatangan Xena
3 Tingkah Gila Xena
4 Maaf Gia
5 Amarah Pagi
6 Tugas Mulia
7 Xena Barbar
8 Pertemuan dengan Sang Ayah
9 Ayah nan Serakah
10 Xander Geraldo
11 Pikiran Bodoh
12 Tekanan
13 Pembunuh
14 Tamparan Derryl
15 Pembalasan Dendam Dimulai
16 Racun Mematikan
17 Serangan Lagi
18 Berkencanlah denganku
19 Wanita yang Melelehkan Manusia Kutub
20 Amukan Xander
21 Jangan Tinggalkan Aku Lagi, Istriku
22 Tersipu Malu
23 Kesempatan Terakhir
24 Penaklukan Kerajaan Miley
25 Ibu Suri
26 Pembeberan Aib
27 Wadah Ratu Setan
28 Permaisuri Menghilang
29 Ciuman Pertama
30 Tuduhan
31 Sebuah Peringatan
32 Penyerangan di Markas
33 Penahanan Gylda
34 Kedatangan Lima Bawahan
35 Suasana Hati yang Buruk
36 Kediaman Duke Alister
37 Gejolak Amarah
38 Amukan Xena
39 Pertengkaran Yuliana dan Luisa
40 Rencana Perebutan Aset
41 Gedung Pengelola Aset
42 Serangan Lagi
43 Lingkaran Sihir Teleportasi
44 Pria Misterius
45 Kekhawatiran Xena
46 Perasaan yang Tidak Disadari
47 Surat Alina
48 Berita Kematian
49 Perseteruan dengan Luisa
50 Fakta Mengejutkan
51 Mengadili Xena
52 Mengunjungi Markas
53 Kematian Beruntun
54 Kehamilan Brisia
55 Murka Tak Terbendung
56 Kabar Kehancuran
57 Bebas
58 Nidia si Wanita Suram
59 Aku Bukan Alina
60 Selamat Tinggal
61 Jebakan
62 Kemunculan Makhluk Sihir
63 Pembinasaan Makhluk Sihir
64 Ular Raksasa
65 Pria Tak Dikenal
66 Rencana Luisa
67 Menginap
68 Pertemuan dengan Sang Anak
69 Rencana Sukses
70 Luisa Terpojokkan
71 Pertemuan Penting
72 Dalang Perbudakan
73 Kisah dari Buku Kuno
74 Dewi Cinta
75 Kehidupan Pertama
76 Promo Novel
77 Perangkap Brisia
78 Kematian Luisa
79 Di Balik Kehamilan Brisia
80 Kenyataan yang Lama Tersembunyi
81 Fakta yang Terkuak
82 Maafkan Aku
83 Ketahuan
84 Tidak Ada Lagi Pengampunan
85 Bebas
86 Memancing Emosi
87 Pembeberan Kebenaran
88 Bertemu Kakek dan Paman
89 Pertunangan yang Telah Diatur
90 22 Tahun Silam
91 Penyerangan Dimulai
92 Pengepungan Charise
93 Melepaskan Segala Dendam
94 Selamat Tinggal, Kaisar Charise
95 Bertahanlah Sebentar Lagi
96 Kondisi Xander Memburuk
97 Sebuah Kebohongan
98 Bertemu Kepingan Jiwa
99 Kemunculan Nidia
100 Kedatangan Thorn
101 Pertarungan Xena dan Thorn
102 Kebencian Xena
103 Happy Ending
104 Numpang Promosi~
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Malam Kemalangan
2
Kedatangan Xena
3
Tingkah Gila Xena
4
Maaf Gia
5
Amarah Pagi
6
Tugas Mulia
7
Xena Barbar
8
Pertemuan dengan Sang Ayah
9
Ayah nan Serakah
10
Xander Geraldo
11
Pikiran Bodoh
12
Tekanan
13
Pembunuh
14
Tamparan Derryl
15
Pembalasan Dendam Dimulai
16
Racun Mematikan
17
Serangan Lagi
18
Berkencanlah denganku
19
Wanita yang Melelehkan Manusia Kutub
20
Amukan Xander
21
Jangan Tinggalkan Aku Lagi, Istriku
22
Tersipu Malu
23
Kesempatan Terakhir
24
Penaklukan Kerajaan Miley
25
Ibu Suri
26
Pembeberan Aib
27
Wadah Ratu Setan
28
Permaisuri Menghilang
29
Ciuman Pertama
30
Tuduhan
31
Sebuah Peringatan
32
Penyerangan di Markas
33
Penahanan Gylda
34
Kedatangan Lima Bawahan
35
Suasana Hati yang Buruk
36
Kediaman Duke Alister
37
Gejolak Amarah
38
Amukan Xena
39
Pertengkaran Yuliana dan Luisa
40
Rencana Perebutan Aset
41
Gedung Pengelola Aset
42
Serangan Lagi
43
Lingkaran Sihir Teleportasi
44
Pria Misterius
45
Kekhawatiran Xena
46
Perasaan yang Tidak Disadari
47
Surat Alina
48
Berita Kematian
49
Perseteruan dengan Luisa
50
Fakta Mengejutkan
51
Mengadili Xena
52
Mengunjungi Markas
53
Kematian Beruntun
54
Kehamilan Brisia
55
Murka Tak Terbendung
56
Kabar Kehancuran
57
Bebas
58
Nidia si Wanita Suram
59
Aku Bukan Alina
60
Selamat Tinggal
61
Jebakan
62
Kemunculan Makhluk Sihir
63
Pembinasaan Makhluk Sihir
64
Ular Raksasa
65
Pria Tak Dikenal
66
Rencana Luisa
67
Menginap
68
Pertemuan dengan Sang Anak
69
Rencana Sukses
70
Luisa Terpojokkan
71
Pertemuan Penting
72
Dalang Perbudakan
73
Kisah dari Buku Kuno
74
Dewi Cinta
75
Kehidupan Pertama
76
Promo Novel
77
Perangkap Brisia
78
Kematian Luisa
79
Di Balik Kehamilan Brisia
80
Kenyataan yang Lama Tersembunyi
81
Fakta yang Terkuak
82
Maafkan Aku
83
Ketahuan
84
Tidak Ada Lagi Pengampunan
85
Bebas
86
Memancing Emosi
87
Pembeberan Kebenaran
88
Bertemu Kakek dan Paman
89
Pertunangan yang Telah Diatur
90
22 Tahun Silam
91
Penyerangan Dimulai
92
Pengepungan Charise
93
Melepaskan Segala Dendam
94
Selamat Tinggal, Kaisar Charise
95
Bertahanlah Sebentar Lagi
96
Kondisi Xander Memburuk
97
Sebuah Kebohongan
98
Bertemu Kepingan Jiwa
99
Kemunculan Nidia
100
Kedatangan Thorn
101
Pertarungan Xena dan Thorn
102
Kebencian Xena
103
Happy Ending
104
Numpang Promosi~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!