Permaisuri Beracun
Di malam nan gelap di mana sinar rembulan memancar menerangi gemerlap kegelapan. Waktu di kala manusia menghentikan segala aktivitas lalu beristirahat untuk menyongsong hari esok. Namun, hal berbeda tengah terjadi di hutan yang rimbun dan menyeramkan, suara burung gagak serta auman serigala saling bersahutan satu sama lain. Tampak seorang wanita bergaun merah menyala tengah melarikan diri dari kejaran pembunuh.
Wanita bersurai pirang itu menerjang semak-semak dengan kaki telanjang, gaunnya telah sobek sana-sini terkena dahan ranting serta duri yang bersarang di dalam semak belukar. Sepasang netra biru jernihnya tidak berhenti mengeluarkan air mata, ditambah lagi jalan yang dia lalui penuh dengan lintah dan lumpur sebab beberapa saat lalu hujan deras mengguyur daratan. Suara napasnya tersengal-sengal, tatapannya lurus ke depan, dia memegangi perutnya yang terasa sakit. Wanita tersebut ingin menyelamatkan diri serta menyelamatkan nyawa lain yang tengah bersemayam di rahimnya.
“Berhenti kau, wanita bodoh!”
Berulang kali dia mendengar suara tiga orang pria berteriak di belakang punggungnya, dia memilih untuk terus berlari ke depan tanpa harus menghadap ke belakang. Perih ia rasakan di hati sekaligus di kulit wajah dan beberapa bagian tubuhnya yang terluka akibat menyusuri hutan belantara nan gelap gulita ini tanpa penerangan, sehingga banyak benda-benda tajam sejak tadi menggores kulitnya. Telapak kaki wanita itu dipenuhi oleh tetesan darah segar karena tanpa sengaja menginjak beling kaca.
“Bertahanlah sebentar lagi tubuhku, aku tidak mau mati di tangan pembunuh itu.” Dia terus bergumam pada dirinya sendiri untuk bertahan lebih lama lagi, namun semakin lama kekuatannya makin berkurang dan menyebabkan tubuhnya tak dapat berlari lebih cepat lagi.
“Kena kau!” Sepasang tangan kekar menarik tubuhnya ke belakang, wanita itu berusaha memberontak, tapi dia tidak punya tenaga lebih untuk itu. Salah satu pria membekap mulut wanita tersebut menggunakan sebuah sapu tangan berisikan cairan bius. Tidak butuh waktu lama bagi mereka sampai akhirnya kesadaran wanita itu terenggut sepenuhnya.
“Cepat suntik mati dia!” seru salah seorang pria yang memiliki bekas luka di wajahnya.
Jarum suntik dikeluarkan dari kantong baju, lalu mereka menancapkan jarum suntik tersebut ke sisi leher sebelah kanan wanita itu. Cairan suntik yang berbahaya mengalir ke dalam badan hingga membuat detak jantung serta pernapasan wanita itu berhenti total. Tidak sampai di sana saja, mereka menyeret tubuh wanita itu ke tempat yang agak lapang. Mereka menggali tanah di sekitar sana untuk menguburkan jasad wanita tersebut.
“Apakah tidak apa-apa kita membunuhnya seperti ini? Tidak ada orang lain kan di sini?” salah seorang rekan pembunuh itu terlihat cemas setengah mati, bisa dilihat bahwa mereka bukanlah pembunuh profesional. Mereka hanyalah orang suruhan yang dibayar mahal untuk mengakhiri hidup seorang wanita yang dianggap pengganggu.
“Tidak usah kau pikirkan, apa kau tidak mau bebas dari status budak? Aku melakukan ini karena aku tidak mau menjadi budak lagi,” jawab rekannya kembali.
“Jangan banyak bicara! Sekarang lemparkan wanita itu ke dalam lubang ini segera! Setelah itu, kita laporkan kematiannya kepada beliau,” pungkas rekan yang lain.
Mereka pun melemparkan jasad wanita itu dengan kasar ke lubang galian yang cukup dalam. Selepas itu, mereka menimbun jasadnya serapi mungkin dan tanpa meninggalkan jejak yang mencurigakan. Namun, siapa sangka kalau aksi mereka rupanya disaksikan oleh dua orang pria di balik sebuah pohon besar.
“Apa kau lihat wajah wanita itu?” tanya pemuda berbadan kekar itu ke temannya.
“Ya, dia terlihat mirip dengan Nona bos. Aku yakin yang mereka bunuh itu adalah saudaranya Nona bos, ayo cepat kita tangkap mereka sebelum kabur.”
Keduanya keluar dari persembunyian, gerakan mereka sangat lincah layaknya orang yang pernah dilatih khusus untuk membunuh. Mereka berdua berhasil mengepung ketiga orang yang membunuh wanita tadi. Para pembunuh itu tidak bisa membela diri, sebelum mereka angkat bicara, kedua pria tadi menyuguhkan mereka asap yang berisi bius kuat. Ketiga pembunuh tersebut langsung tepar tidak sadarkan diri. Kedua pria itu menggunakan sihir untuk membongkar kuburan wanita tadi. Alangkah terkejutnya mereka karena dugaan mereka tentang siapa identitas wanita itu sepenuhnya benar.
“Kau pergilah ke kastil, laporkan kepada Nona bos bahwa saudarinya meninggal karena dibunuh!”
...***...
Sebuah kastil mewah berdiri di atas tanah kerajaan yang terbengkalai dan terhapus dari peta. Kerajaan yang dulunya dikenal makmur, namun berakhir menjadi kerajaan tertinggal karena beberapa tahun lalu terjadi pembunuhan secara besar-besaran, sehingga kerajaan ini menghilang dari peta pencarian. Akan tetapi, kerajaan tersebut tidak sepenuhnya tak berpenghuni, di dalam kastil istana yang mewah, ditempati oleh seorang perempuan cantik. Tidak hanya perempuan itu saja, bahkan para bawahannya yang tidak terhitung jumlahnya juga menetap di kerajaan itu.
Perempuan cantik itu kini tengah berada di ruang kerjanya, tapi raut wajahnya tidak terlihat baik. Kegelisahan bercampur firasat buruk menghantui perasaan, ia tidak berhenti sedari tadi mengacak-acak rambut pirangnya. Mata berwarna peraknya terus mencari cara untuk menenangkan perasaan yang selama beberapa hari ini campur aduk. Kulit putih bersinar dan bibir ranum nan seksi itu tidak berhenti mengoceh sendiri. Keganjalan di hati pun akhirnya memuncak pada hari ini, dia bangkit dari tempat duduk kemudian menghadap ke arah bulan purnama yang sedang bersinar bahagia usai hujan.
Wanita cantik itu bernama Xena Alister, dia seorang pemimpin dari kelompok pembunuh paling dicari oleh seluruh dunia. Kelompok pembunuh tersebut bernama Higanbana, di mana setiap korban yang akan mereka bunuh, beberapa hari sebelumnya akan dihantui dan dikirimi bunga higanbana yang merupakan bunga simbol kematian. Bunga cantik berwarna merah ini menjadi sumber ketakutan dari seluruh orang di dunia ini. Namun, tidak satu pun orang yang dapat menemukan tempat persembunyian kelompok pembunuh misterius ini.
“Kenapa aku sangat resah beberapa hari ini? Alina juga tidak membalas suratku. Apa mungkin keresahanku ada hubungannya dengan Alina?” gumamnya.
“Astaga, tidak bisakah Anda berhenti mondar-mandir? Teh yang disediakan oleh pelayan bahkan tidak Anda sentuh sedikit pun,” tegur seorang pria bersurai coklat, mata berwarna hijau mudanya dihiasi oleh kacamata. Pria tampan itu ialah tangan kanan Xena, selama ini dia selalu menjadi bawahan paling setia.
“Tidak bisa, Laiv. Aku tidak mendapatkan kabar apa pun dari saudara kembarku, sekarang aku tidak tahu kemungkinan terburuk apa yang sedang menimpanya,” ujar Xena.
Brakk
Tiba-tiba seorang bawahan Xena menerobos masuk ke dalam ruangan, napasnya terdengar terputus-putus.
“Nona bos! Nona Alina ditemukan tidak bernyawa di dalam hutan!” lapor pria itu secara lantang dan terang-terangan.
“Huh? Apa kau bercanda?” tanya Laiv tak percaya.
“Tidak, saya tidak bercanda.”
Garis-garis wajah Xena menegang akibat syok berlebihan, tanpa berlama-lama Xena langsung beranjak pergi dari ruang kerjanya dan menuju hutan tempat yang dimaksudkan oleh bawahannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Anonymous
keren
2024-11-05
0
Dede Mila
mulai baca
2024-10-21
0
Ayunda Abdullah
Aku mampir thor semoga tdk mengecewakan wkwkwk
2024-03-11
0