Bab 18

“jangan ikut campur urusan ku dan Stella!” Ketus Arjuna dan melepakan tangan David dengan kasar.

“Cih! Apa kau tidak salah dengar? Ikut campur? Aku sama sekali tidak ada niat untuk ikut campur dengan urusan mu dan dokter itu. Tapi kedatangan mu ke ruangan ku, dan membuat ritual sarapan ku terganggulah yang membuat ku terpaksa buka mulut dan bicara dengan mu yang menurut ku sebenarnya sangat-sangat membuang waktu ku!” jawab David dengan pandangan yang sangat menakutkan.

“Melihat kau yang dirawat di ruangan VVIP hanya karena luka yang sama sekali tidak serius itu, aku yakin kau adalah orang yang sangat kaya! Tapi asal kau tahu, aku tidak takut dengan semua uang yang kau miliki itu.” Ujar Arjuna sombong.

Arjuna sungguh tidak sadar kalau dia sudah sombong pada manusia yang paling sombong di dunia.

“paling tidak, aku kaya..”Balas David dengan sebuah senyuman yang sangat sombong di wajahnya.

Arjuna tidak menghiraukan David lagi. Dia berlari mengejar Stella yang ternyata saat ini tanpa sengaja berpapasan dengan Gisel dan ayahnya yang tak jauh dari pintu kamar David.

“Dokter Stella?” Panggil Lendra, direktur Rumah sakit itu sekaligus ayah dari Gisel.

“Ya, prof..” jawab Stella. Selama ini Lendra memang sering di panggil Prof oleh dokter-dokter muda di rumah sakit itu.

“Bisa kamu ikut dengan saya sebentar?” Perintah Lendra, sambil melirik ke arah Arjuna yang berdiri tepat di belakang Stella.

“Baik prof. Tapi tunggu sebentar, ada yang mau saya sampaikan ke pasien saya dulu di dalam. Setelah itu akan saya susul prof ke ruangan ” Ujar Stella.

“Baiklah dokter Stella. Saya tunggu di ruangan saya.” Lendra pun menarik putrinya yang sedang menatap lekat ke arah Arjuna yang berdiri di belakang Stella.

“Gisel! Apa lagi yang kamu tunggu! Cepat ikut papa.” Perintah Lendra dengan suara pelan.

Stella pun membalikkan tubuhnya dan ternyata di belakangnya saat ini ada Arjuna, yang sedang menatap ke arah Gisel, yang sesekali masih melihat ke belakang.

Stella mendengus dan geleng-geleng kepala. Dia merasa muak dengan suasana yang ada saat ini.

“Kenapa diri ku serasa ada antara adegan Rahul dan Anjeli dalam film kuch kuch hotahe ketika di scene kereta api?” Stelle mengerlingkan mata nya.

Stella pun berlalu, melewati Arjun dan Gisel yang masih saling lihat.

“tokk.Tok!” Stella mengetok pintu kamar David dan membuka nya sedikit sebatas untuk kepala nya saja.

“Aku dipanggil direktur rumah sakit. Aku akan kembali ke sini setelah urusan ku selesai. Apa kau ingin perawat saja yang membantu mu melanjutkan sarapan mu, tuan David?” tanya Stella dari yang hanya terlihat kepala nya saja oleh David.

“Aku membayar seratus juta itu pada mu,bukan pada perawat.” Cetus David.

“Well! Baiklah.. kalau begitu kau terpaksa menunggu, sebab pelayanan VVIP seratus juta mu akan kembali setelah panggilan dari bapak negara.” Ujar Stella dan langsung menutup pintu itu.

Baru saja David akan bicara, Stella sudah menutup pintu itu.

Davide terpaksa menelan apa yang ingin dia katakan.

Tapi tak lama kemudian pintu itu kembali terbuka dan kepala Stella muncul lagi dari balik pintu itu.

“Kalau urusan ku dengan bapak negara lama, maka aku akan bawakan makan siang saja untuk mu. Aku rasa tubuh kekar mu bisa bertahan hanya dengan beberapa suapan bubur ayam tadi.” Ucap nya dan langsung menutup pintu itu kembali.

Dan sekali lagi tanpa mendengar apa yang akan di katakan oleh David.

Untuk kedua kalinya, David kembali hanya bisa menelan kata-kata yang sudah berada pas di balik gigi-giginya itu sebab Stella sama sekali tidak memberikannya kesempatan untuk menjawab walaupun sekedar iya atau tidak.

“Dasar dokter gila!!” Gerutu nya dan kembali membaca email-email yang masuk dari manager hotel nya.

Lefrand alias David Hardata di mata orang awam memang merupakan Ceo terkenal dalam bidang perhotelan tapi di balik itu tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya David lakukan.