Bab 5

“Whats? Bapak? Dokter cewek ini baru manggil lo bapak bro!” ujar si teman pria bule yang sudah tidak dapat menahan tawa nya. Fix, dokter ini sangat lucu.

“Maaf dokter cantik, boleh aku tahu nama mu?” Tanya teman si pria bule itu. Yang tidak memperdulikan temannya di seret oleh empat orang perawat ke sebuah tempat tidur pasien di ruangan IGD.

“Danil...! Hei!! Danil...!!” Teriak si pria bule yang tidak bisa melawan saat tubuhnya di seret oleh para perawat.

“Nama ku Stella Taher. Kau bisa memanggil ku Stella...” Jawab Stella ramah yang malah melayani teman si pria bule, bukannya pergi ke tempat si pria bule.

“Tolong kalian bersihkan dulu luka-lukanya. NANTI AKU AKAN DATANG KE SANA UNTUK MENJAHIT LUKA DI DADA NYA TANPA BIUS.” Ujar Stella yang sengaja memberikan penekanan pada kalimat terakhirnya.

“Crazy woman!!” pekik pria itu dengan wajah marah.

“Terima kasih bapak bule.” Jawab Stella yang kontan mendatangkan tawa lagi dari teman si bule.

“Astaga kau memang lucu sekali dokter Stella. Dan ya, kenalkan nama ku Danil Alessandro.” Ujar pria yang bernama Danil itu. “kau bisa memanggil ku Danil. Dan itu teman ku nama nya....”

“Awas kalau kau sebutkan nama ku pada nya!!” teriak si bule dari tempat tidur itu.

“Aku juga tidak tertarik dengan nama bapak-bapak seperti mu!!” Seru Stella sambil memasukan kedua tangan ke dalam jas putih nya.

“Dokter, lukanya sudah kami bersihkan. Apa dokter akan menjahit luka nya di sini?” Tanya salah seorang perawat.

“Tentu saja. Untuk apa kita bawa ke dalam. Toh dibius pun tidak.” Ujar Stella sambil berjalan mendekat pada si pria bule itu.

Teman si bule yang bernama Danil itu pun mengikuti Stella dari belakang, dia ingin melihat lebih banyak hiburan hari ini. Memang dasar teman lucknut.

Stella lalu menutup semua tirai yang mengelilingi tempat tidur itu. Dan menyeringai pada si pria bule.

Stella sengaja mengangkat tinggi-tinggi jarum yang dipegangnya.

“Aku ingin dokter yang lain!! Aku tidak mau di rawat oleh dokter gila ini!!” Teriak si pria bule.

“maaf tuan, tapi dokter Stella adalah dokter jaga malam ini. Tidak ada dokter lain selain dokter Stella. Dan jangan khawatir dokter Stella ada dokter terbaik disini.”Jelas si perawat membujuk si pria bule.

“terbaik kata mu?! Kau tidak lihat dia mau menjahit luka ku tanpa membius ku terlebih dahulu! Kau bilang dia terbaik? Cih kalau kau bilang dia dokter tergila maka aku akan percaya!!” Ujar si pria bule berang.

“hei pak.. bukannya bapak tadi yang diminta di jahit luka nya tanpa bius? Aku hanya sedang mengabulkan permintaan mu pak?!” Ujar Stella dengan raut wajah polos nya.

Danil yang mendengar temannya di panggil sekali lagi dengan sebutan bapak-bapak auto tertawa. Danil tahu kalau di rumah sakit apalagi di IGD di larang keras untuk tertawa tapi mau bagaimana lagi, adegan sahabatnya di panggil bapak-bapak oleh dokter cantik ini selalu bisa membuat Danil ngakak.

“Danil!! Apa kau bosan menjadi tangan kanan ku?” Segah si pria bule. Dan Danil pun auto mingkem, menelan semua tawa yang tersisa di dalam mulut nya sampai ke dalam perut.

“Memang kenapa kalau dia bosan menjadi tangan kanan mu? Apa kau mau menjadikannya sebagai tangan kiri mu? Atau mungkin kaki kanan mu? Eehmm atau mungkin kaki kiri mu? Tapi aku rasa menjadi tangan kanan itu lebih baik. Sebab orang sering mengatakan tangan kanan itu lebih baik dari kanan kiri,kecuali untuk orang kidal.” Cerocos Stella yang tiba-tiba menyela omongan si pria bule dengan temannya itu.

“Dokter Stella!!” Panggil salah seorang perawat. “Itu luka nya jadi di jahit gak?” si perawat mengingatkan kembali Stella.

“Astaga aku lupa. Hampir aja kita membiarkan luka nya menganga lebih lama. Tapi untuk bapak-bapak kekar seperti dia infeksi sedikit itu pasti tidak masalah. Aku benar kan pak?” ujar Stella yang sengaja memanggil pria bule itu dengan sebutan bapak-bapak. Sebab hati Stella empet di panggil dokter gila oleh si pria bule.