Bab 5
Luka di kaki shanum mulai mengering. Hari ini Shanum telah diperbolehkan untuk pulang. Selang infus telah dilepas dari tangan Shanum.
Shanum duduk termenung diatas Bed Pasien. Masih memandangi tongkat berjalannya yang disandarkan di dinding Rumah Sakit. Shanum bingung memikirkan kemana tujuannya setelah meninggalkan rumah sakit.
“Apa iya aku pulang ke rumah lagi? Aku kan sudah diusir Mama Erika. Aku bisa dibunuh kalau ketemu orang suruhan Mama Erika.” Shanum bergumam dalam hati sambil terus berpikir tempat yang akan ia tuju setelah keluar dari rumah sakit.
“Sayang, saatnya bersiap. Mami sudah mengurus semua administrasi Rumah Sakit. Oh iya, sebelumnya kamu tinggal dimana nak? Mami bantu beresin barang-barangmu ditempat yang lama yah?” Nyonya Aditama kemudian duduk disebelah Shanum.
Shanum hanya menggelengkan kepala karena ia sendiri tidak mempunyai jawaban untuk pertanyaan Nyonya Aditama.
“Shanum bingung mi. Shanum tidak tahu harus kemana setelah ini. Saat Shanum dibawa oleh suruhan Mama Erika keluar dari rumah, Shanum tidak membawa apapun kecuali baju yang melekat ditubuh Shanum. Sandal Shanum juga hilang dihutan saat Shanum terperosok dalam jurang.”
Nyonya Aditama turun dari ranjang Rumah Sakit untuk melihat kaki Shanum. “Maafkan aku Adelia. Aku tak tau penderitaan yang dialami putrimu.”
Nyonya aditama mengusap lembut telapak kaki putih yang penuh lecet bahkan sampai mengelupas dan telihat merah. “Wanita ular itu akan menerima balasan atas setiap luka yang ia berikan padamu! Aku bersumpah akan memberikan penderitaan yang lebih parah untuknya!”
Nyonya Aditama berniat mengajak Shanum tinggal bersamanya di kediamannya. “Sayang, kamu mau kan tinggal sama Mami dirumah Mami?”
Shanum hanya bisa pasrah dan menuruti Nyonya Aditama karena ia sendiri bingung karena tidak memiliki tempat tinggal.
*
Mobil telah memasuki halaman rumah yang sangat luas dengan dikelilingi taman yang tertata di sisi kanan dan kiri yang membentuk seperti lorong untuk sampai di depan pintu rumah dengan pilar-pilar besar yang memberi kesan megah untuk rumah yang lebih layak disebut seperti istana.
Seorang pelayan datang untuk menyambut kedatangan Tuannya. Saat mobil berhenti tepat didepan teras rumah, Pelayan tersebut bersiap membuka pintu mobil untuk majikannya.
Seorang wanita paruh baya yang terlihat cantik dan anggun turun dari mobil. Di usianya yang tidak lagi muda, Nyonya Aditama masih terlihat cantik dan menawan didukung dengan penampilannya yang sangat modis cocok dengan profesinya sebagai fashion designer yang memiliki Butik paling terkenal di Kota Besar ini.
Shanum juga turun dari sisi kiri mobil. Ia diam berdiri, memandang takjub kemegahan rumah dihadapannya. Nyonya Aditama mendekati Shanum dan merangkul pundaknya. “Ini rumahmu juga nak, Mami harap kamu betah tinggal disini.” Nyonya Aditama lalu memperkenalkan Shanum pada Pelayanannya bahwa Shanum adalah Putri angkatnya dan akan menjadi Nona Muda di rumah ini.
Nyonya aditama kemudian mengajak Shanum masuk dan menunjukkan kamar tidurnya. Kamar tidur yang sangat luas dengan tema pink and white menambah kesan girly.
Penambahan hiasan kamar yang serba pink seolah sudah dipersiapkan Nyonya Aditama untuk kamar seorang anak perempuan.
Nyonya Aditama memang sejak lama mendambakan anak perempuan di rumahnya. Namun dokter sudah mengangkat rahimnya saat Putranya masih berumur 5 Tahun sehingga ia tidak bisa memiliki anak lagi sampai sekarang.
Nyonya Aditama kemudian meninggalkan Shanum karena ia harus mengunjungi Butiknya siang ini. Nyonya Aditama sudah berpesan pada semua Pelayannya untuk melayani Shanum dengan baik.
Shanum yang merasa bosan dikamar berinisiatif untuk pergi ke dapur membantu untuk menyiapkan makanan. Ia menghampiri seorang Chef dan dua asistennya yang sedang menyiapkan menu makan siang untuk seluruh penghuni rumah, termasuk para Pelayan dan Penjaga didepan.
“Kenapa anda memasak banyak sekali Chef? Bukankah penghuni rumah ini hanya 3 orang? Tuan, Nyonya dan Tuan Muda? Lalu untuk siapa makanan sebanyak itu?” Shanum bertanya sambil mengaduk adonan diatas baskom besar.
Seorang Chef muda berwajah tampan itu lalu tersenyum kepada Shanum. “Nyonya besar tidak pernah membedakan perlakuan pada semua Pelayannya. Apa yang beliau makan sama dengan yang dimakan oleh seluruh Pelayan. Seolah derajat kami sama dengan Nyonya besar. Hal itulah yang menjadikan kami selalu mengormati Nyonya dan berusaha bekerja sebaik mungkin karena Nyonya juga mempelakukan kami dengan baik."
Shanum semakin mengagumi sosok Nyonya Aditama. Ia juga bertekad akan melakukan yang terbaik untuk Mami angkatnya itu.
Adonan yang selesai diaduk oleh Shanum kini siap dimasukkan kedalam Panci besar. Shanum mulai mengangkat Mangkok besar itu namun tangan kanannya yang besar tidak sengaja menyenggol Panci yang akan ia pakai.
Klontaaaanggg…
Suara Panci yang terguling itu memenuhi seluruh Ruangan dan sampai terdengar oleh Kepala Pelayan yang bernama Bu Imas.
Bu Imas lalu mengajak Shanum untuk kehalaman depan. “Biarkan para Pelayan yang membersihkannya Nona. Silahkan Nona ke taman Bunga untuk melihat beberapa desain karya Nyonya Besar.”
Shanum hendak keluar dari dapur. Tiba-tiba tubuh besarnya tidak sengaja menyenggol Pelayan yang sedang membersihkan adonan dan membuat Pelayan itu terjungkal lalu terpeleset adonan dilantai dan tertimpa panci yang ia bawa.
“ups, maaf, saya tidak sengaja. Maaf karena tubuh saya, anda jadi ketumpahan Adonan. Jadi belepotan yah. Pasti sakit yah Kepalanya kejatuhan panci?” Shanum menyesal sambil mencoba menolong Pelayan tersebut.
“Tidak apa-apa Nona. Ini sudah nasib saya.” Pelayan itu pun tidak berani mendekat ke tubuh Shanum.
Dengan sangat menyesal Shanum meninggalkan Dapur dan mengikuti Bu Imas menuju Ruang kerja Nyonya Aditama.
Begitu memasuki ruangan tersebut, Shanum terpesona untuk kesekian kalinya. Ruang kerja itu memiliki akses langsung ke taman bunga disamping rumah. Warna-warni bunga yang indah bermekaran seperti Background untuk ruangan tersebut. Suara gemericik air dan beberapa burung bersautan menambah ketentraman ruangan itu.
Shanum menghampiri meja dan melihat beberapa desain baju karya Nyonya Aditama. Ia juga melihat kertas kosong dengan pensil diatas meja. Shanum duduk dan mencoba menorehkan coretannya untuk membuat sketsa gambar model pakaian.
Untuk beberapa waktu, Shanum berhasil membuat 4 desain Gaun pernikahan yang sangat cantik dan 2 desain kebaya modern.
Tanpa Ia sadari bahwa Nyonya Aditama telah berada di ruangan tersebut dan menunggunya menyelesaikan coretannya.
“Wah, indah sekali sayang. Kamu bisa mendesain gaun sebagus ini? Hanya dalam waktu singkat kamu bisa membuat 6 model baju. Bakatmu sangat luar biasa sayang. Kamu mau membantu Mami di butik? Karyamu pasti sangat diminati orang-orang. Oh iya, Apa kamu mau melanjutkan sekolah dibidang Fashion Designer sayang ?” Nyonya Aditama menyusun gambar-gambar karya Shanum dalam deretan Karyanya.
“Shanum memang hobi menggambar dan mempelajari Fashion, tapi Shanum ingin melanjutkan sekolahnya bukan dibidang Fashion. Shanum ingin mempelajari ilmu bisnis. Shanum ingin kuliah dijurusan Manajemen Bisnis. Apa Shanum boleh melanjutkan pendidikan?” Dengan ragu Shanum mengemukakan keinginannya kepada Maminya.
“Ah, Kamu sama saja seperti putraku. Baiklah, aku akan membantumu mengurus semua keperluan kuliahmu. Dengan satu syarat, kamu harus membantu Mami di Butik. Kamu mau kan sayang?”
“Dengan senang hati Mi, Shanum memang suka mebuat desain baju.” Shanum tak dapat menyembunyikan rasa senangnya. Ia sampai melonjak kegirangan dan membuat lembaran kertas hasil gambarannya pun terbang karena tersapu tubuh besarnya.
Nyonya Aditama kaget karena lompatan Shanum membuat apa yang ada diatas meja menjadi berantakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
@ries 07
😂😂😂
2022-03-24
2
@ries 07
kamu sebesar apa si shanum
🤔🤔
2022-03-24
2
lala malala
nasib... nasib...
udah jatuh ketiban panci pula 😂
2022-03-07
0