Siapa sangka pertengkaran antara Belinda dan Zack beberapa hari yang lalu berakibat fatal? Honey kesal karena Belinda menuduhnya sebagai seorang pelayan jelek yang sengaja cari perhatian kepada Tuannya.
Awalnya Honey lolos bisa kabur ke kamarnya, tetapi karena Zack belum menyelesaikan amarahnya yang memuncak itu, akhirnya dia menggedor pintu kamar pelayannya dan meninggalkan Belinda begitu saja.
Dor dor dor.
Merasa terganggu, Honey membuka pintu dan melihat Tuannya sedang berkacak pinggang di sana.
"Bagus tingkahmu seperti itu, hah? Mana pertanggungjawabanmu untuk menggantikan klienku yang hilang?" bentak Zack.
Honey terdiam. Dia cuman bisa menatap kasihan pada duda di hadapannya itu. Hidupnya tidak bahagia karena amarah selalu menguasainya. Pikiran tentang orang lain yang selalu salah membuat Honey berusaha mengatur pemikiran pria itu, tetapi sayang, Honey belum menemukan kelemahan pria itu.
Belinda yang merasa diabaikan ikut menyusul Zack. Pertengkaran demi pertengkaran berlanjut di sana. Dia berusaha untuk membuat Zack memberikan perhatian. Namun, Zack terlalu fokus mengurus pelayannya yang tidak jelas itu.
"Sayang, sudah kubilang untuk melepaskan pelayan itu. Kamu tetap saja mengikutinya. Ada hal lain yang lebih penting dari itu. Apa ucapanku masih kurang jelas, hah?" keluh Belinda.
"Bel, tolong kali ini kamu pulang dulu. Aku harus menyelesaikannya dengan pelayan jelek ini. Kamu tahu kan kerugian yang diderita perusahaanku karena kehilangan klien penting itu," balas Zack.
Honey hanya bisa terdiam dan membatin.
Ck, Daddyku bisa memberikan lima puluh klien seperti itu, Tuan Zack. Kalau kamu bangkrut, Daddyku bisa membeli perusahaanmu dengan sangat cepat. Kehilangan klien satu saja sudah seperti itu. Makanya jangan hobi marah.
Daripada Honey ikutan pusing mendengarkan pertengkaran yang tidak berujung itu, dia berusaha meminta izin pada Zack untuk kembali ke rumahnya yang berada di kampung sebagai alasannya.
"Tuan Zack dan Nyonya atau Nona Belinda, tolong berhentilah sebentar untuk tidak melanjutkan keributan ini. Izinkan aku untuk berbicara sebentar saja," ucap Honey.
"Diam kamu!" bentak Zack dan Belinda bersamaan.
Honey cuman bisa mengelus dada dan bersabar menghadapi majikan dan tamunya yang sama-sama tidak mau mengalah itu.
"Hemm, baiklah. Tuan Zack, aku mau izin untuk pulang kampung sebentar. Ada keluargaku yang harus diurus. Aku minta waktu untuk izin libur beberapa hari," pamitnya.
Zack sebenarnya tidak mau Honey pergi dari rumahnya. Berhubung pelayan itu ada urusan yang sangat penting, Zack akhirnya mengizinkan.
"Baiklah, tetapi jangan lama-lama. Kamu masih berurusan denganku masalah ini." Zack terus saja mengingatkan masalahnya.
Kejadian itu terjadi beberapa hari yang lalu ketika Honey ingin pulang ke rumah orang tuanya. Dia sangat rindu suasana rumah yang hangat dan penuh kedamaian itu. Berbeda sekali dengan berada di rumah keluarga Leoline yang mempunyai pria model Zack itu.
Rasa kehilangan kini mulai didera oleh Zack. Pelayan jelek itu mulai dirindukannya. Saat ini Zack sedang berada di kamarnya. Dia berusaha untuk memikirkan cara mencari klien yang baru, tetapi malah bayangan pelayan jelek itu menari indah dipelupuk matanya.
"Sial! Kenapa pikiranku selalu ada bayangan pelayan jelek itu? Lama-lama aku bisa gila terus memikirkannya. Dia juga sering membuat onar, tetapi aku malah mengharap kedatangannya. Dia kan baru saja pulang beberapa hari yang lalu." Zack mengusap kasar wajahnya. Dia yang kesal, tetapi juga berharap pelayan itu kembali. Bayangan tentang Ara malah nol persen di dalam ingatannya. Apalagi tentang Belinda, wanita yang menjadi kekasihnya beberapa tahun terakhir ini malah tidak nampak di dalam angannya.
Zack merindukan kemarahannya pada pelayan itu. Dia tidak memberikan perlawanan, tetapi sering membuat Zack kesal. Dia sering menyalahkan Honey walaupun itu murni kesalahan orang lain. Terkadang perang mulut terjadi antara keduanya. Memang kenyataannya antara Zack dan Honey seperti kucing dengan tikus.
Zack berusaha pindah ke ruang tamu. Semua yang dilihatnya seperti gambar Honey yang sedang mengejeknya. Seperti sedang mengajaknya untuk ribut.
"Kamu kenapa, Zack?" tanya Mamanya.
"Ma, pelayan jelek itu kapan kembali?"
"Hemm, apa kamu merindukannya? Bukankah dia sudah pamit kepadamu? Kenapa kamu malah tanya Mama?" protes Nyonya Beatrix.
Honey memang berpamitan pada Zack, tetapi kapan dia kembali tidak ada ucapan apapun darinya.
"Dia hanya pamit, Ma. Tidak bilang kapan kembali. Kalau sampai besok dia tidak kembali, aku pasti akan memecatnya," ancam Zack.
"Kamu jangan bersikap kaku seperti itu, Zack. Honey hanya bekerja sebagai pelayan untuk menghidupi keluarganya. Apa kamu tega selalu memarahinya?" Nyonya Beatrix berusaha mengingatkan putranya.
Kenyataannya hampir setiap hari Zack memarahinya. Ucapan mamanya akan dipertimbangkan lagi. Dia tidak tahu, semakin hari tidak terkontrol mengenai emosinya. Dia bahkan pernah sangat gila telah mempermalukan seseorang dari kalangan rendahan. Bahkan orang itu sengaja meminta maaf padanya, tetapi Zack tidak pernah memaafkannya.
Rasanya aneh tidak ada pelayan itu. Ingin marah, tetapi dengan siapa? Hanya pelayan itu yang selalu bisa menerima kemarahanku. Hanya dia yang kuat bertahan selama ini. Mungkin saja aku terlalu kasar padanya, tetapi untuk bersikap lembut padanya juga tidak mungkin. Pelayan itu akan semakin melunjak.
"Kalau dibaikin malah nglunjak, Ma. Dikasarin saja masih nglunjak," gerutunya.
Nyonya Beatrix terdiam. Dia merasa kalau Honey adalah lawan yang tepat untuk putranya. Walaupun pelayan, tetapi gadis itu mampu membuat Zack kelabakan. Biasanya Nyonya Beatrix akan membuka lowongan pekerjaan setiap hari hanya untuk mencari seorang pelayan sepertinya.
Kini, tugas Nyonya Beatrix mulai berkurang karena semua kebutuhan Zack sudah diatasi oleh Honey.
"Jangan seperti itu, Zack. Sesekali berikan pelayan itu kebebasan misalnya. Atau ajak berlibur kemana gitu?" usul Nyonya Beatrix.
"Itu tidak akan pernah terjadi, Ma. Aku kehilangan klien penting gara-gara siapa? Dia, Ma. Aku sudah cukup menahan sabar untuk membiarkannya pulang walau hanya beberapa hari saja."
Nyonya Beatrix mendekati putranya. Dia memegang pundak pria itu.
"Kamu akan menyesal telah berlaku kasar padanya!"
Setelah itu, wanita paruh baya itu melepaskan tangannya dari pundak putranya.
"Itu tidak akan pernah terjadi, Ma. Mana mungkin aku menyesal memarahi pelayan itu. Justru aku sangat senang melampiaskan kemarahan padanya."
Ucapan Zack mungkin saat ini seperti itu, tetapi kelak ketika pelayan itu resign dan kembali ke kampungnya, Zack akan menyesal.
Zack memang merasa kesepian tanpa kehadiran pelayan itu. Bukan karena memiliki rasa cinta padanya, tetapi butuh pelampiasan amarahnya walaupun hanya sesaat. Zack butuh itu agar lebih lega.
"Kalau tiba-tiba pelayan itu memutuskan untuk resign, bagaimana?" tanya Mamanya.
Deg!
Kenapa tidak terpikirkan dibenaknya sebuah kata itu? Kata yang akan menjadi jurus pamungkas seorang bawahan jika sudah jenuh kepada majikannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Mut Shemut
ha...benar itu. beli aja perusahaan sekalian sama pemiliknya ha..ha.haa
2022-05-18
0
Mbak Rin
benci tp rindu y bang
2022-03-04
1
Ayu Ningrum
🙃
2022-03-03
0