Iblis tampan, mungkin dua kata itu sangat cocok untuk menggambarkan seperti apa seorang Kenzo Alvian. Seminggu menjadi pelayan nya sudah seperti seminggu berada di neraka bagi seorang Zendaya. Kenzo Alvian bukan hanya memeras keringat nya tapi juga air mata nya, pekerjaan Zee sebenarnya sangat gampang. Hanya bersih bersih dan masak sekedr nya namun perlakuan Kenzo benar benar membuat nya selalu ingin menangis. Bagaimana Ken mengintimidasi nya, membentak nya bahkan Ken juga sering mengumpat pada nya. Zee hanya bisa mengelus dada, mencoba bersabar dengan apa yang sedang di jalani nya saat ini.
"Sabar, Zee. Roda kehidupan itu berputar, nanti akan ada saat nya kamu di atas. Dan saat kamu di atas, kamu harus mempertahankan diri supaya kamu tidak jatuh lagi" Zee berkata pada diri nya sendiri, saat ini ia sedang menyapu rumah majikan nya. Hingga tiba tiba terdengar suara dering telfon, Zee segera berlari dan mengangkat telfon.
"Zee, ke kantor sekarang. Bawakan berkas yang ada di kamar, di atas ranjang" terdengar suara dingin Kenzo dari sebarang telfon dan setelah itu sambungan telfon langsung terputus begitu saja. Zee tentu tidak terkejut, ini sudah menjadi hal biasa bagi nya. Zee pun segera berlari naik ke kamar sang tuan muda dan menumpukan tumpukan berkas di atas ranjang. Zee mengambil nya dan suara telpon kembali berdering, Zee dengan cepat berlari menuruni tangga dan mengangkat telpon.
"Pakai sepeda motor biar cepat, paling lambat 20 menit. Kalau telat satu menit saja, aku pecat kamu tanpa pesangon" lagi lagi perintah penuh arogan dari sang tuan muda yang hanya bisa membuat Zee menelan ludah.
Ia pun segera menyambar kunci motor nya dan juga helm nya, Zee memasukan berkas berkas itu ke dalam plastik yang ia ambil dari dapur. Karena berkas itu tidak mungkin muat di ransel nya yang kecil.
Matahari tepat berada di atas kepala, terik matahari seolah membakar kulit Zee yang hanya memakai kaos lengan pendek. Apa lagi jalan masih macet namun Zee harus bisa sampai ke kantor secepat mungkin. Saat di jalan, Zee sambil mengecek alamat kantor Kenzo dan Zee mengerutkan kening nya saat menyadari kalau itu adalah perusahaan yang menolak nya mentah mentah karena Zee tak berpenampilan menarik, bukan hanya menolak tapi perusahaan itu juga melukai rasa percaya diri nya.
Zee sudah sampai di kantor nya dan ia berlari masuk, Zee melihat Ken ada di lobi dan ia sedang berjalan bersama beberapa orang. Tanpa fikir panjang Zee langsung menghampiri Ken dan menyerahkan berkas yang ia bungkus dengan plastik, yang tentu membuat Ken tercengang begitu juga dengan beberapa orang di samping nya.
"Kenapa di bungkus pakai plastik? Kampungan" hardik Ken.
"Saya buru buru, kalau pakai tas saya ya tidak muat" jawab Zee.
"Ken..." seru seorang wanita yang muncul dari belakang Zee dan Zee pun menoleh, Zee dan wanita itu sama sama terkejut dengan keberadaan mereka masing masing.
"Kamu kan yang...."
"Ada apa, Sabina?" tanya Ken dingin .
"Kamu memperkerjakan dia?" tanya Sabina sambil melirik sinis Zee.
"Dia pembantu di rumah" Ken menjawab dengan santai dan jawaban itu berhasil membuat Sabina berseringai penuh ejekan, sementara Ken langsung bergegas pergi begitu saja.
Sabina masih berdiri di depan Zee dan memperhatikan Zee dari ujung kepala hingga ujung kaki. Wajah Zee kusam karena ia baru saja berjemur di bawah terik nya matahari dan juga terkena polusi dari luar.
"Ya ampun, kamu jadi pembantu? Itu lebih cocok sih buat kamu dari pada bekerja di perusahaan sebesar ini. Bahkan cleaning service Di kantor Ini tuh penampilan nya jauh lebih baik dari pada kamu" tukas Sabina yang tentu saja membuat Zee begitu malu, apa lagi ketika ada beberapa karyawan yang memperhatikan nya.
"Coba kamu lihat Mita, itu Mita..." kata Sabina menunjuk salah satu resepsionis yang terlihat cantik "Dia melamar barengan sama kamu, dia cantik dan berpenampilan menarik. Jadi dia pantas mendapatkan pekerjaan di sini"
Zee menarik nafas dan kemudian pergi meninggalkan Sabina begitu saja dengan air mata yang coba ia tahan.
Sementara Ken yang belum pergi jauh sempat mendengarkan apa yang di katakan sepupu nya itu pada pembantu nya namun Ken tak mau perduli.
.........
Keesokan hari nya, Zee bekerja seperti biasa dan kali ini Ken kembali berulah. Ia meminta Zee mengantarkan sepatu nya ke kantor dan lagi lagi itu di tengah hari. Saat di kantor, lagi lagi Zee bertemu dengan Sabina dan lagi lagi Sabina melontarkan hinaan yang begitu menyayat hati Zee. Kali ini Zee tak hanya di hina secara fisik, tapi tempat asal nya juga di ungkit.
Zee segera bergegas masuk ke dalam lift dan kali ini ia tidak bisa menahan air mata nya. Zee menangis dalam diam namun saat lift terbuka, Zee langsung menghapus air mata nya dan pergi menuju ruangaan Ken.
Ken yang melihat wajah Zee sebab mengernyit bingung namun Ken tak bertanya, Ken bukan tipe pria yang mau tahu masalah atau urusan orang lain.
"Bawa sepatu ku yang ini dan letakkan di tempat nya" titah Ken dan Zee hanya mengangguk malas.
.........
Keesokan hari nya lagi, Ken kembali berulang dan sekarang ia meminta Zee datang ke sebuah restaurant dimana Ken bertemu dengan klien nya. Masalah nya lagi lagi berkas yang tertinggal dan Ken memberi waktu hanya 15 menit untuk sampai ke sana, ancaman nya masih sama. Di pecat tanpa pesangon.
Zee pun pergi ke restaurant itu dan ternyata di sana juga ada Sabina, melihat wanita itu sudah seperti lonceng peringatan dalam otak Zee.
"Hey, Mbak pembantu sudah datang..." kata Sabina yang membuat nafas Zee langsung tercekat di tenggorokan nya, sehina itukah pekerjaan nya?
Sementara Ken hanya melirik Sabina sekilas dan ia meminta berkas nya pada Zee.
Setelah memberikan berkas itu, Zee langsung pergi tanpa mengucapkan permisi pada Ken dan sekilas Ken melihat mata Zee yang sudah memerah.
"Kamu kenal dia dari mana?" tanya Ken kemudian pada Sabina.
"Dia sempat melamar di perusahaan, Ken. Tapi tentu saja kami tolak" ujar Sabina enteng.
"Kenapa?" tanya Ken dan kali ini raut wajah nya tampak penasaran, benar benar bukan seorang Kenzo.
Tentu saja Ken penasaran, bagaiamana bisa seorang pembantu melamar pekerjaan di perusahaan sebesar perusahaan nya?
"Kamu tidak lihat penampilan nya kampungan begitu? Cleaning service di perusahaan kita saja berpenampilan lebih baik dari dia" ujar Sabina yang membuat Ken sedikit tercengang namun kemudian ia mengabaikannya
.........
Saat malam hari, Ken kembali teringat dengan ucapan Sabina dan itu membuat Ken mulai penasaran dengan Zee. Ken menyuruh orang untuk mengirimkan CV Zee yang pasti masih ada di email perusahaan. Dan setelah mendapatkan nya, Ken langsung memeriksa nya dan dia tidak menyangka ternyata Zee punya gelar sarjana ekonomi dengan nilai yang bagi nya cukup bagus.
"Lalu kenapa dia menjadi pembantu?" gumam Ken dengan dahi mengkerut.
Keesokan pagi nya, jam 7 tepat seperti biasa Zee sudah sampai di rumah Ken dan karena hari ini hari minggu, Nyonya Celine dan Ken pun tetap di rumah.
"Buatkan aku kopi..." titah Ken pada Zee yang baru saja sampai.
Tanpa menjawab, Zee langsung bergegas ke dapur untuk membuatkan Ken kopi dan Ken mengekori nya ke belakang. Ken memperhatikan Zee dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Di mata Ken, Zee punya tubuh yang bagus namun memang seperti nya tidak terawat, cara berpakaian Zee juga asal asalan dan jauh dari kata fashionable.
"Kamu tahu..." kata Ken tiba tiba yang membuat Zee tersentak karena Zee tidak tahu kalau Ken mengikuti nya ke dapur
"Terkadang, kesempatan dalam hidup itu tidak bisa di tunggu, tapi harus di ciptakan" Zee hanya mengernyit mendengar ucapan Ken yang tak ia mengerti itu.
"Yang membangun perusahaan ku, aku yakin kamu pasti tahu. Nenek dari Ibu ku, dia awal nya wanita biasa. Mencari kerja kesana kesini tidak bisa, hingga akhir nya ia menciptakan celah untuk diri nya sendiri dan dia terus mengasah celah itu sampai ia menjadi orang sukses dan di akui. Membangun perusahaan pun ia mampu meskipun dengan jalan yang pasti tidak mudah" Zee mendengarkan dengan baik namun ia masih bingung, tak ada angin tak ada hujan, si tuan muda tiba tiba berceramah?
"Dan kamu tahu apa yang membuat dia tidak pernah menyerah dalam hidup?" tanya Ken lagi dan ia menatap Zee, untuk pertama kali nya Zee dan Ken beradu pandangan dan itu membuat dada Zee berdebar kencang.
"Cinta, Zee..." jawab Ken karena Zee hanya terdiam "Dia mencintai diri nya sendiri, mencintai hidup nya, keluarga nya. Jadi dia harus bisa merubah cerita hidup nya, hal negatif yang orang lontarkan pada nya ia rubah menjadi hal positif sehingga orang berhenti memandang nya sebelah mata"
"Begitu pun kamu, cintai diri kamu, rawat diri kamu. Hal negatif apa yang orang katakan tentang mu, ubah itu menjadi hal positif!" tukas Ken lagi dan Zee berusaha mencerna apa yang yang di katakan Ken.
"Mak...." belum sempat Zee bertanya, Ken sudah pergi dari dapur dengan membawa segelas kopi yang sudah di buatkan Zee.
Zee pun hanya mengedikan bahu tak acuh dan ia bersiap membersihkan rumah.
Di meja yang ada di ruang keluarga, Zee melihat ada banyak kertas dengan gambar gambar baju yang sangat cantik, bahkan membuat Zee terpukau.
"Hai, Zee. Kamu sudah datang..." sapa Nyonya Celine dengan ramah dan ia mendaratkan bokong nya di sofa. Kemudian ia mengambil satu kertas yang belum selesai di gambar dan Nyonya Celine pun melanjutkan nya.
Seketika Zee teringat dengan apa yang di katakan Ken. Apa yang di pandang orang sebagai hal yang negatif harus di ubah menjadi hal positif.
Zee teringat dengan masa kuliah nya bahkan hingga detik ini, yang selalu menjadi pukulan untuk nya adalah penampilan nya. Bahkan ia di tolak di sebuah perusahaan juga karena penampilan nya.
"Ada apa, Zee?" tanya Nyonya Celine yang melihat Zee bukan nya bekerja malah berdiam mematung di samping nya.
"Emmm, Nyonya..." kata Zee lirih, Nyonya Celine menatap Zee penasaran.
"Kamu butuh sesuatu?" tanya Nyonya Celine.
"Iya, eh itu. Maksud saya, Nyonya. Ini_apa bisa Nyonya buatkan saya baju yang cantik dan mendandani saya seperti model?"
"Huh?" pekik Nyonya Celine.
"Orang bilang saya tidak cantik dan tidak berpenampilan menarik. Jika saya memakai gaun yang bagus dan bisa berdandan, apakah orang akan berhenti menghina saya, Nyonya?" lirih Zee lagi.
"Maksudnya?" tanya Nyonya Celine dan Zee pun menceritakan perjalanan hidup nya, bahkan sampai ia di tolak di sebuah perusahaan dengan alasan yang menurut nya tak masuk akal. Nyonya Celine tentu sangat terkejut dan tak menyangka apa lagi setelah ia tahu Zee punya gelar sarjana ekonomi tapi harus berakhir menjadi pembantu.
"Kamu cantik, Zee. Dan soal gaun dan dandan ala model, kamu tenang saja. Aku bisa merubah nya seperti magic" kata Nyonya Celine sambil tersenyum.
"Bagaiamana cara nya, Nyonya?" tanya Zee antusias.
"Bulan depan akan di adakan fashion show untuk mengumpulkan dana yang akan di sumbangkan ke panti jumpo dan panti asuhan, dan kebetulan aku salah satu desainer yang bertanggung jawab untuk busana. Aku bisa mendaftarkan mu menjadi salah satu model nya dengan syarat bulan depan kamu harus bisa berjalan layak nya model, kamu mau?"
"Mau sekali, Nyonya" jawab Zee antusias.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Santi Rahma
sbnrnya sya udah baca tpi hp dulu sblm d risert semngaaaat
2023-01-27
0
Santi Rahma
sbnrnya sya udah baca tpi hp dulu sblm d risert semngaaaat
2023-01-27
0
May Tanty
nyonya kamu baik banget
2022-12-11
0