Pagi itu Sophia sedang meeting bersama semua petinggi perusahaannya. Dia membahas hasil perkebunan dan pertanian yang akan dipanen dua bulan lagi. Sophia duduk samping proyektor bersama Sekretaris Wang. Satu persatu staf berpendapat dan memberi masukan. Sophia mendengarkan dengan sabar. Dia membiarkan semuanya selesai bicara.
"Apa masih ada yang ingin memberi pendapat atau masukan?" tanya Sophia.
Semua staf terdiam. Mereka merasa sudah cukup menyampaikan semua pendapat dan memberi masukannya.
"Tidak ada lagi? Baiklah pertama saya akan membahas masalah ekspor. Kita sudah lama mengekspor hasil perkebunan dan pertanian baik yang diolah maupun bahan baku. Kita sudah memperbaiki kualitas dari tahun ke tahun dan mengirim sesuai permintaan klien. Kalau hasil panen kali ini kurang baik, kemungkinan kita hanya akan menjual di dalam negeri itupun dengan harga yang sesuai pasaran," ujar Sophia.
"Maaf Presdir."
"Ya, silahkan!" ucap Sophia.
"Sesuai usul saya tadi. Kenapa kita tidak ekspor dengan kualitas yang ada, harga lebih murah. Pasti klien akan lebih untung."
"Usulmu diterima. Hanya saja kualitas itu penting. Ketika kita menurunkan kualitas hingga harga jauh lebih murah, belum tentu klien di sana menurunkan harga jual dipasaran. Dan itu akan menjatuhkan kepercayaan konsumen di luar negeri akan prodak kita."
Semua mengangguk. Apa yang dikatakan Sophia ada benarnya. Kualitas itu penting untuk kemajuan sebuah usaha.
"Jadi kita hanya bisa jual di dalam negeri?"
"Ya, sesuai apa yang kita lihat dan laporan dari lapangan," sahut Sophia.
"Bagaimana kalau kita perbanyak prodak instant, orang-orang sekarang gemar makan-makanan instant."
Sophia memikirkan usulan staf-nya. Kemudian meminta pendapat Sekretaris Wang yang terlihat tenang.
"Sophia usul Deni ada benarnya, kuantiti yang biasa kita ekspor lebih baik kita olah sendiri seperti biasanya dengan jumlah yang lebih banyak. Lebih awet dan bisa menjangkau berbagai kalangan dan disimpan lebih lama seandainya tak habis tahun ini," ujar Sekretaris Wang. Andropist|Casanova Dipinang Sholeha|NT
Sophia mengangguk. Dia setuju usul dengan Deni dan Sekretaris Wang.
"Oke, usul diterima. Namun harus digaris bawahi bahan baku yang dipakai harus yang sudah disortir, pilih yang terbaik meskipun kualitas panen kali ini kurang baik dan kurang maksimal," kata Sophia.
"Berarti hanya 50 % yang terpakai untuk dalam negeri, 40 % diolah dan 10 % tersisa."
"Untuk yang 10 % seperti biasa, kita sedekahkan ke masyarakat sekitar. Biar bagaimanapun lokasi perkebunan dan pertanian kita berada diingkungan masyarakat," ujar Sophia.
Prook ... prook ... prook ...
Semua orang bertepuk tangan. Sophia memang tak pernah absen untuk membagikan sebagian hasil panen. Apalagi sekarang diprediksi hasil panennya menurun. Banyak hasil panen yang tak memenuhi syarat untuk dijual dipasaran.
Saat meeting itu masih berlangsung membahas masalah lainnya, tiba-tiba Aiko masuk ke dalam. Dia menghampiri Sophia yang duduk di kursinya.
Aiko membungkukkan tubuhnya. Membisikkan sesuatu pada Sophia.
"Ada seorang wanita yang mencarimu Sophia," bisik Aiko pelan.
"Siapa?" tanya Sophia.
"Deva Kleriza," jawab Aiko.
Sophia terdiam. Dia tidak mengenal Deva. Meskipun pernah melihat fotonya di sampul majalah luar negeri.
"Sophia," panggil Aiko pelan.
"Bawa Deva ke ruang meeting klien," ucap Sophia.
"Oke," sahut Aiko. Dia berjalan ke luar dari ruang meeting. Rapat pun kembali dilanjutkan. Sophia kembali memimpin rapat dan menyelesaikannya.
Setelah meeting selesai, Sophia berjalan menuju ruang meeting klien. Dia membuka pintu, terlihat seorang wanita cantik mengenakan dress seksi berwarna hitam duduk di sofa. Andropist|Casanova Dipinang Sholeha|NT
"Assalamu'alaikum," sapa Sophia.
Deva tak menjawab salam Sophia padahal dia muslim sepertinya. Justru Deva sengaja menatap Sophia dengan tatapan tajam.
"Apa Nona bukan seorang muslim?" tanya Sophia.
"Aku bukan orang sok alim sepertimu Sophia," jawab Deva.
Sophia tidak memakan mentah-mentah ucapan Deva. Dia hanya tersenyum dan duduk di depannya.
"Maaf ada perlu apa Nona ingin bertemu dengan saya?" tanya Sophia.
"Sophia Thalia. Baru kali ini aku bertemu denganmu. Ternyata kau kaya dan cantik tapi sayang kau bukan tipenya Alex," jawab Deva.
"Nona Deva mengenal suami saya?" tanya Sophia santai tak terpancing ucapan Deva. Bahkan Sophia tersenyum padanya.
"Sangat. Aku tahu semua tentang Alex, dari yang di luar sampai yang di dalam," jawab Deva.
Sophia tersenyum. Dia sudah tahu hal seperti ini akan terjadi, sebagai istri seorang casanova memang tak mudah, bayang-bayang wanita lain akan terus mengusik hidupnya.
"Berarti Nona Deva teman atau sahabat suami saya," ujar Sophia.
"Aku ini kekasih suamimu, kau tahu kita pernah tidur bersama," ujar Deva.
"Saya tahu. Alex sudah tidur dengan banyak wanita, mungkin salah satunya Nona," jawab Sophia. Dia tak terkejut lagi dengan pengakuan Deva. Sophia sangat mengenal seberapa brengseknya Alex.
"Hah, kau tidak cemburu?" tanya Deva.
"Cemburu? Saya takkan menikahinya jika saya takut cemburu," jawab Sophia.
"Wanita bodoh. Menikahi lelaki yang tidak mencintainya dan di luar sana tidur dengan berbagai wanita," ujar Deva.
"Kalau saya bodoh. Lalu Nona sendiri apa? Mengklaim suami orang sebagai kekasihnya," tanya Sophia.
"Kau!" pekik Deva kesal.
"Saya rasa kedatangan Nona ke sini untuk bersilaturrahmi dan mengucapkan selamat atas pernikahan kamikan? Terimakasih," ujar Sophia.
"Kasihan, kau hanya mainan untuk Alex, ketika bosan dia akan membuangmu," ledek Deva.
"Kenapa harus dikasihani? Saya istri sahnya, bahkan Alex menikahi saya di depan umum, semua orang tahu kami suami istri. Sedangkan Nona, siapa?" tanya Sophia mengembalikan penghinaan dari Deva.
Deva kesal mengepalkan tangannya. Dia pikir Sophia wanita cengeng yang akan menangis saat suaminya berselingkuh atau memiliki kekasih. Di luar dugaan Sophia ternyata jauh mengenal Alex dan dia terlihat sudah menerima apapun yang sudah dilakukan Alex. Andropist|Casanova Dipinang Sholeha|NT
"Kau akan menangis Sophia, Alex akan kembali padaku dan menceraikanmu," ujar Deva sombong.
"Silahkan! Aku ingin tahu apakah Alex akan meninggalkanku atau justru Nona yang akan ditinggalkan olehnya," tantang Sophia.
"Aku jauh lebih segalanya darimu, Alex lebih suka wanita seksi dari pada wanita membosankan sepertimu," hina Deva.
"Kalau Nona lebih dariku, tentunya Alex akan menikahi Nona, jadi aku tak perlu membandingkan," ujar Sophia. Dia sama sekali tak termakan perkataan Deva yang berusaha menusuk hatinya. Di depan keluarga Alex yang senantiasa menghinanya Sophia tak kan melawan demi sebuah penghormatan dan pengabdiaannya sebagai menantu Keluarga Sebastian tapi di depan wanita yang sama sekali tak memiliki sopan santun Sophia tak gentar. Dia pemimpin perusahaan sudah terbiasa menghadapi banyak orang dengan berbagai karakter.
"Heh! Kau itu muka tembok!" pekik Deva.
"Menjadi istri seorang Alex aku memang harus memiliki muka tembok karena lawanku wanita seperti anda," ujar Sophia.
"Sophia, lihat! Besok Alex akan mengirimmu surat cerai!" pekik Deva. Dia berdiri kemudian berjalan menuju pintu ke luar.
"Aku tidak takut Nona, ku tunggu ucapanmu itu," ujar Sophia pada Deva yang masih berjalan menuju pintu.
Braaak ...
Deva ke luar dengan membanting pintu.
"Astagfirullah," ucap Sophia mengelus dadanya.
Sophia tersenyum. Dia harus tegar. Ini bukan masalah besar untuknya.
Kriing ... kriing ...
Bunyi handphone-nya berdering. Sophia melihat sebuah panggilan dari Alex. Tak biasanya Alex menelpon. Biasanya di chat atau ditelpon saja susah.
Sophia tersenyum. Membiarkan panggilan itu tetap berdering sementara.
Di tempat yang berbeda Alex tak sabaran menunggu Sophia mengangkat telponnya. Dia berdiri di depan meja bersama Kenan di sampingnya sebagai penasehat percintaannya.
"Kenapa Sophia tak mengangkat telpon dariku?" tanya Alex.
"Itu namanya makanan terlanjur beku susah mencair, Bos sih dari kemarin sok jaim," ujar Kenan.
"Siapa menyuruhmu berkomentar? Heh!" ujar Alex kesal.
"Lah Bos tadi bilang aku ini penasehat hukum yang akan memberikan nasehat-nasehat surga untuk Bos," ujar Kenan.
"Itu bukan nasehat, kau menyamakan percintaanku dengan es batu," ujar Alex.
"Itu kiasan Bos," jawab Kenan.
"Siapa yang menyuruhmu membuat kiasan? Aku menyuruhmu membuat kata-kata romantis islami," ujar Alex.
"Yah Bos, bilang dong dari tadi, tahu gitu nyomot punya anak SMP banyak," ujar Kenan.
"Kau mau makan gaji buta Kenan?" Alex kesal.
"Ampun Bos, bonus jangan dipotong," ucap Kenan.
Alex galau gara-gara Sophia tak mengangkat telpon darinya. Dia duduk dengan lemas. Bekerja tak semangat. Dan pikirannya dipenuhi Sophia. Andropist|Casanova Dipinang Sholeha|NT
"Bos galau? Gak enak ya kalau didiemin?" tanya Kenan yang memijati pundaknya.
"Apa seperti ini yang dinamakan galau?" tanya Alex.
"Makanya Bos jangan kelamaan jadi casanova sampai lupa rasanya galau," jawab Kenan.
"Obatnya apa?" tanya Alex.
"Cintalah Bos," jawab Kenan.
"Pinter loh, belajar di mana?" tanya Alex.
Kenan senyum-senyum malu.
"Dulu pacarku banyak Bos waktu sekolah, sampai ditampar berkali-kali karena ketahuan," ujar Kenan.
"Kau menasehatiku jangan kelamaan jadi casanova sedangkan kau sendiri playboy, heh!" ujar Alex.
"Playboy bedalah Bos ma Casanova, playboy cuma gonta ganti pacar, kalau Casanova gonta-ganti itu Bos, disensor," ujar Kenan.
"Kenan kau masih betah jadi sekretarisku?" tanya Alex.
"Ampun Bos, susu anak mahal, jangan hempaskan saya," ujar Kenan.
Alex tertawa puas. Setidaknya Kenan membuatnya tertawa. Selama ini Kenan sudah bekerja padanya dari pertama kali Alex memimpin perusahaan.
Tak lama handphone milik Alex berdering. Segera Alex mengambil handphone di atas meja. Melihat sebuah panggilan dari Deva.
"Deva?" batin Alex.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
Ida Lailamajenun
hahahahaha 🤣🤣🤣🤣 buka aib sendiri 🤣🤣🤣
2024-04-04
0
Ida Lailamajenun
hahahahaha 🤣🤣🤣 dasar asisten lucnut 😂😂😂
2024-04-04
0
Ida Lailamajenun
mantep jiwa jawaban nya Sophia 👍👍👍libas pelakor dgn gaya cantik dan elegan
2024-04-04
0