Beruntung sekali menjadi Ditha selalu di kelilingi oleh orang-orang baik. Salah satunya dengan hari ini ia belum pulang ke rumah dikarenakan ia di wajibkan untuk sarapan pagi dahulu di rumah orang tua Ezra, sebelum ia pulang ke rumah.
Namun, saat Ditha ingin menuju meja makan tidak ada orang disana. Padahal saat ia baru bangun tidur ia sudah mendapatkan peringatan dari Mamahnya Ezra bahwa ia harus sarapan pagi dahulu sebelum pulang. Tetapi, sekarang malah Ditha tidak melihat keberadaan Lula.
Ditha menggeser kursi yang ada di sana. Ia merasa bingung harus sarapan sekarang atau nanti saja bareng dengan keluarga Ezra.
"Rumah sepi banget, ya. Gua kan takut kalau sepi begini. Nanti kalau ada rampok gimana? Kalau gua di sekap terus di perkosa? Siapa yang mau tanggung jawab?"
Tiba-tiba saja ada suara yang membuat Ditha tersentak.
Kretek!
Ditha menoleh diikuti pula suara teriakannya.
"AAAAAA–AM!" Ditha berhenti berteriak, saat ada sebuah handuk kecil terlempar ke wajahnya.
Ditha menyingkirkan handuk yang ada di wajahnya itu. Dan ia melihat seseorang di hadapannya dan ia kembali menutup wajahnya menggunakan handuk kecil yang menutupi wajahnya.
"Lu tuh bisa enggak sih enggak bikin gua kesal sehari aja." Ditha marah pada seseorang yang ada di hadapannya.
"Hey! Siapa yang bikin kamu kesal?"
"Lu lah pakai nanya segala lagi," jawab Ditha sewot.
"Kembalikan handuk saya," pinta seseorang di hadapan Ditha.
"Kok handuknya bau asem ya? Jangan-jang—"
"Habis bekas keringat dan … ketiak saya itu," ucap seseorang itu.
Ditha membelalakkan matanya di balik handuk kecil itu ia pun segera menyingkirkan dan ia genggam.
Ditha bangkit dari duduknya dan ia menatap seseorang yang di hadapannya itu dengan tatapan kesalnya. Ditha langsung menghampiri seseorang itu dengan berlari.
"OM EZRAAAA! LU TUH NYEBELIN BANGET TAU ENGGAK SIH SINI ENGGAK!" teriak Ditha. Sontak saja Ezra yang melihat itu langsung berlari sekencang mungkin.
Jika di luar sana para wanita melihat pria sehabis gym akan terpesona dengan keringatnya yang bercucuran ke mana-mana serta otot-otot yang ada di seluruh tubuhnya ia tampakkan namun, nyatanya itu berbanding terbalik dengan Ditha ia malah teriak di tambah pula kedatangan Ezra membuat jantung Ditha hampir mau copot tentu saja itu membuat Ditha kesal.
Mereka berdua bermain kejar-kejaran sampai ke dalam kamar Ezra mungkin Ditha tidak sadar karena sangking fokusnya untuk mengejar Ezra. Ditha berjongkok di sebelah ranjang milik Ezra untuk mengatur nafasnya itu.
"Lu–lu tuh … nye–nyebelin banget sih … selalu bikin gua kesal mulu." Ditha melempar handuk kecil itu ke arah Ezra. Kemudian, Ditha memenggangi denyut jantungnya. "Gua … haus b–banget," lirih Ditha di sela-sela mengatur nafasnya.
Ezra keluar dari kamarnya kemudian, ia kembali dengan membawa segelas air minum lalu ia berikan pada Ditha. Ditha pun menerimanya.
Ezra duduk di lantai tepat menghadap Ditha. "Lain kali kalau kamu enggak kuat, jangan main lari-larian," ucap Ezra pelan seakan-akan ia sedang meledek Ditha.
Ditha menatap mata Ezra seusai menenggakkan air minum kemudian, ia menaruh gelas di samping lampu tidur milik Ezra. Lalu tangan Ditha sudah bersiap untuk mengambil rambut Ezra.
Ini saatnya lu balas dendam ke dia, Tha, batin Ditha sambil menatap Ezra.
Permainan balas dendam akhirnya sudah di mulai. Benar saja Ditha langsung melakukannya ke Ezra. Ezra nampak ingin menghindari serangan Ditha namun, nyatanya tidak bisa karena Ditha terus saja menjambak rambutnya.
"Salah satu penambah dosa manusia yaitu ini menjambak rambut orang yang lebih tua darinya," sindir Ezra di sela-sela menjadi korban kekerasan Ditha.
"Lu tuh kalau mau nyindir orang ngaca dulu. Jangan asal nyindir tapi enggak mau ngaca!" sahut Ditha.
"Stop, Ditha, stop."
"Enggak mau, gua enggak mau berhenti gitu aja. Enak banget."
Ditha yang semula berjongkok kini bokongnya sudah menyentuh lantai kamar Ezra. Ditha terduduk dan ia juga posisinya semakin mundur dekat dengan meja yang di atasnya ada lampu tidur.
"Saya mohon, Ditha, berhenti sekarang," pinta Ezra.
"Enggak."
Ezra melihat Ditha menyenggol meja yang di atasnya ada lampur tidur dan di sana juga ada gelas kaca bekas Ditha tadi untuk minum sedikit lagi gelas itu akan jatuh ke lantai dengan cepat Ezra memeluk Ditha ke dalam pelukannya dan Ezra juga menahan gelas kaca itu agar tidak jatuh ke bawah. Ditha yang tiba-tiba di peluk oleh Ezra tentu saja membuatnya tersentak.
"Badan lu bau banget sih, Om!" ucap Ditha dalam pelukan Ezra. Ezra yang merasa tersindir segera ia melepaskan Ditha dan menjauhkan dari dirinya.
Ezra memenganggi denyut jantungnya.
Kenapa denyut jantung saya jadi kencang begini saat Ditha berada dalam pelukan saya, seperti habis lari maraton saja, batin Ezra.
Ditha melambai-lambaikan tangannya di hadapan Ezra karena ia melihat Ezra sedang melamun.
"Jantungnya kenapa Om? Sakit? Padahal gua enggak cubit jantung lu," ucap Ditha. Tentu saja itu membuat Ezra menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Maaf ya, saya enggak bermaksud buat peluk kamu seperti tadi."
Ditha menatap Ezra sinis. "Lu mau perkosa gua kan tadi? Mau melecehkan gua kan? Gua bakalan bilangin, mamah lu kalau anaknya cab—"
"Hey! Dengar ya. Tadi itu kamu hampir aja mau menjatuhkan gelas kaca itu, kalau kamu enggak saya peluk kamu mungkin sudah terkena pecahan gelas kaca itu," jelas Ezra.
"Ya, tapi enggak usah pakai peluk gua juga dong. Kenapa enggak dorong gua ke samping atau ke laut aja," cerocos Ditha.
"Terserah kamu." Setelah mengatakan itu Ezra pergi ke dalam toilet.
Ditha mengerucutkan bibirnya Ditha merasa kalau omongannya barusan sudah menyakiti hati Ezra namun, ia seperti tidak peduli akan hal itu. Ditha pun memilih untuk meninggalkan kamar Ezra dan ia memasuki kamar tamu.
Ditha berbaring di ranjang kamar tamu sambil memainkan ponselnya.
"Jantung dia kenapa ya tadi, apa jangan-jangan dia … deg-degan pas gua di dalam pelukannya?" Ditha menganggukkan kepalanya. "Bisa jadi sih," lanjutnya.
Tling!
Nenek Ke 1: Kapan mau pulang? Jangan lupa beliin pempek Bu Rahma.
^^^Ditha: Nanti Nek, aku pulangnya. Iya-iya, kalau aku inget.^^^
Nenek Ke 1: Kamu itu belum tua jadi, jangan jadi pelupa. Memangnya kamu ke mana?
^^^Ditha: Kerja kelompok Nek. Kemarin kan aku udah bilang.^^^
Nenek Ke 1: Cowok? Jangan bohongin Nenek yah.
^^^Ditha: Cewek sama cowok Nek. Tapi, cowoknya pulang semalam enggak nginep.^^^
Nenek Ke 1: Yasudah, Nenek tunggu di rumah.
^^^Ditha: ☺️^^^
"Emoticon menunjukkan senyum yang enggak ikhlas," ucap Ditha.
Ditha yang fokus dengan ponselnya sampai-sampai ia tidak sadar jika ada Ezra di kamarnya.
"Ekhm ...."
Ditha tersentak. "Astaghfirullah, udah dua kali lu bikin gua kesal ya hari ini. Lu enggak punya tangan ya? Ketuk pintu dulu dong kalau mau masuk kamar!"
"Kenapa belum sarapan? Lagi puasa?"
"Malas, enggak mood gua sarapan."
"Gara-gara saya?"
"Enggak usah banyak tanya deh."
Ditha mengubah posisi tubuhnya membelakangi keberadaan Ezra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments