Datang Dan Pergi

Dua minggu libur panjang sepertinya sudah cukup bagi Ditha, kini waktunya ia kembali ke sekolah. Aktivitas belajar sudah di mulai hari ini. Terlihat dari aura keceriaan teman-teman kelasnya. Berbeda dengan temannya Ditha ia seperti terlihat murung hari ini.

"Clau … lu kenapa?" tanya Ditha saat baru sampai kelas.

Claudia tidak menjawab. Ditha mendekatinya dan duduk di sebelah Claudia.

"Cerita Clau, kalau lu ada masalah," ucap Ditha.

Kringggggg! Kringggggg!

Jam pelajaran pertama sudah berbunyi, hari ini tidak diadakan upacara bendera dikarenakan pagi hari ini di guyur hujan sehingga menimbulkan banyak genangan air di lapangan sekolah. Claudia tiba-tiba memeluk Ditha sontak saja itu membuat Ditha tercenung.

"Adel … Adel ke mana Clau? Dia hari ini enggak masuk?" tanya Ditha.

Claudia menggelengkan kepalanya.

Sebenarnya ada apa sih ini? Jangan-jang— batin Ditha.

"Selamat, pagi semuanya …," sapa Guru mata pelajaran Matematika.

Claudia melepaskan pelukannya saat ia mendengar suara dari Gurunya itu.

"Selamat pagi, Ibu …," jawab serempak seluruh penghuni Kelas 10 IPA 3.

"Banyak yang tidak masuk ya hari ini?" tanya sang Guru saat ia melihat penghuni kelas hanya ada beberapa orang saja yang hadir hari ini.

"Mungkin, kurang kali Bu liburnya," sahut Zidan.

"Dua minggu kok kurang, itu sudah termasuk lama," ucap sang Guru.

Tak ingin meneruskan masalah ketidakhadiran murid-muridnya, Guru Matematika itu pun langsung memulai materi belajarnya hari ini.

...ΩΩΩ...

Hawa dingin yang menyapa pada pagi ini membuat sebagian orang males untuk berpergian ke mana mana termasuk pergi kerja. Seperti yang dialami oleh Ezra ia hari ini sangat males untuk beranjak dari kasurnya dikarenakan, cuaca hari ini sedang mendung dan di tambah hawa yang dingin membuat Ezra masih bersembunyi di dalam selimut tebalnya.

Beberapa kali ponselnya itu berbunyi tetapi, ia tidak menanggapinya. Hingga di mana kedatangan Lula mampu membangunkan sang putranya itu.

"Ponsel kamu bunyi terus Zra dari tadi," ucap Lula pada Ezra.

"Palingan telepon dari kantor, Mah," jawab Ezra dengan suara khas orang bangun tidur.

"Di lihat dulu siapa tau dari Rinda," ucap Lula.

Ezra pun mengambil ponselnya dan mengecek riwayat panggilan tak terjawab di ponselnya. Dan ternyata benar Rinda pacarnya itu menelepon ia beberapa kali.

"Benar, Mah. Rinda yang menelepon," kata Ezra.

"Telepon balik aja siapa tau penting," ucap Lula. Kemudian, Lula pergi dari kamar Ezra.

Ezra menelepon Rinda karena, ia penasaran ada apa Rinda menghubunginya. Setelah tersambung terdengar suara dari ujung seberang sana.

"Kenapa cepat sekali Rin?" tanya Ezra.

"Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan kamu, Zra," jawab Rinda.

"Tapi, kamu belum selesai kan kuliahnya? Nanti aja kalau semua sudah selesai baru kamu balik ke Indonesia," ucap Ezra.

"Aku kangen banget sama kamu Zra, apa kamu enggak kangen sama aku?"

"Kita masih bisa teleponan dan video call sayang," ucap Ezra.

"Tapi, kan aku maunya ketemu kamu. Atau kamu aja yang ke sini?"

"Aku sibuk ngurusin kantor sayang, belum ada waktu buat ke sana."

"Yasudah, aku aja yang ke sana ya? Kalau kita sama-sama sibuk, kapan ada waktunya buat berduaan?"

"Kalau kamu ke sini nanti akunya enggak ada waktu buat kamu, bukannya itu sama aja?"

"Enggakpapa aku bakalan nungguin kamu. Aku juga … mau ngomongin hal penting," sahut Rinda.

"Hal penting? Hal penting apa?"

"Nanti aja kalau aku sudah sampai sana yah."

"Oke, nanti kamu kabarin aja kalau benar ingin ke sini."

"Siap, yang. Udah ya bye bye, i love you."

"Love you too."

...ΩΩΩ...

Claudia dan Ditha sedang berada di rooftop sekolah mereka berdua terlihat sedang ingin berbicara serius.

"Lu mau ngomongin apa Clau?"

"Soal Adel … Tha."

"Kenapa, Adel?"

"Dia mulai besok udah enggak sekolah di sini lagi," jelas Claudia.

"Hah? Kok bisa? Maksudnya, kenapa dia pindah sekolah?"

"Kedua orang tuanya cerai Tha." Claudia menatap Ditha. "Dan dia di ajak Mamahnya buat tinggal di luar negeri dengan alasan supaya Mamahnya mau melupakan kenangan bersama mantan suaminya di Indonesia."

Ditha menutup mulutnya dengan tangannya. "Cerai?"

Claudia menganggukkan kepalanya. "Mulai besok Adel udah resmi enggak sekolah di sini lagi dan pesawat yang membawa Adel sama Mamahnya keluar negeri, bakalan take off sore ini juga," jelas Claudia.

"Kenapa lu baru kasih tau gua sih? Adel juga kenapa enggak kasih tau gua?" tanya Ditha sedikit emosi.

"Gua aja cuman di kasih tau lewat Whats'App Tha. Dia chat gua doang enggak nelepon dan enggak video call juga."

Ditha duduk di kursi yang ada di rooftop.

"Kenapa sih banyak banget orang tua yang bercerai? Apa mereka enggak mikirin anaknya? Bagaimana nanti kalau anaknya kena mental, terlebih anaknya masih kecil yang belum tau apa-apa."

Ditha meluapkan emosinya di hadapan Claudia, Claudia mendekati Ditha dan memeluknya. Ia merasa sangat kasian dengan temannya itu. Ia bisa sangat merasakan apa yang di rasakan oleh Ditha walaupun ia tidak mengalaminya.

"Kita terlahir di kehidupan keluarga yang berbeda-beda Tha. Jalan cerita dan jalan kehidupan pun berbeda. Ada yang beruntung dan tidak beruntung. Makanya kita di ajarkan selalu buat harus bersyukur di setiap apa yang kita punya hari ini. Kalau enggak mungkin aja, kita bakalan mengalami apa yang mereka alami."

Ditha menitikkan air mata dan setiap Ditha berbicara tentang orang tua Ditha akan selalu ingat kedua orang tuanya. Bagaimana bisa orang tua di luar sana berpisah dengan alasan yang tak masuk di akal? Sehingga anak lah yang menjadi korban keegoisan dari kedua orang tuanya. Padahal anak tidak salah apa-apa. Tetapi, kedua orang tuanya malah berpisah seenaknya tanpa memikirkan bahwa mereka sudah mempunyai anak yang di mana darah daging mereka berdua.

"Adel pasti saat ini butuh kita Clau," ucap Ditha di sela-sela menangisnya.

Claudia menganggukkan kepalanya. "Iya, dia pasti butuh seseorang yang menguatkan dirinya. Lu mau ke rumahnya?"

Ditha beranjak dari duduknya dan menghapus bekas air mata di pipinya. "Sekarang aja gimana? Mumpung jam istirahat."

"Tapi, emang boleh ya?"

"Nanti gua yang bilang, Guru piketnya Pak David kan?"

"Iya."

Ditha pun menuju ke kantor untuk meminta izin pada Guru piketnya untuk pulang ke rumah. Sedangkan, Claudia ia memilih untuk ke dalam kelas. Saat sampai di kantor Ditha menghampiri Pak David.

"Permisi, Pak," ucap Ditha.

Pak David mendongakkan kepalanya. "Eh, Ditha. Ada apa?"

"Saya mau izin pulang Pak," kata Ditha.

"Pulang? Ada masalah?"

Ditha pun menceritakan yang sebenarnya siapa tau dengan ia jujur Pak David mau mengizinkannya.

"Baiklah, kalian boleh pulang."

"Beneran, Pak?"

"Iya."

Ditha tersenyum. "Makasih ya Pak. Pak David baik banget."

"Memangnya saya pernah jahat?"

Ditha cengengesan. "Belum pernah sih Pak. Kalau gitu saya pergi dulu Pak," pamit Ditha yang langsung diiyakan oleh Pak David.

Ditha dan Claudia langsung menuju ke rumah Adel setelah mengambil tas miliknya masing-masing di dalam kelas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!