Lagi Puasa.

Seminggu berlalu kegiatan belajar menjadi lebih sangat bosan, entah pelajaran, suasana atau moodnya yang selalu berubah-ubah. Niat hati ingin menjauh dan bersikap cuek, tetapi keadaan yang memaksa untuk saling berkomunikasi dan bertatapan.

Ditha menaruh kepalanya di atas tumpuan kedua lengannya di atas meja. Memejamkan kedua matanya sebentar, hingga sampai di mana moodnya seketika menjadi rusak setelah ada suara bariton yang berasal dari pria dengan kemeja biru langit yang berdiri membelakangi papan tulis. Satu persatu ia tatap anak-anak murid yang ada di hadapannya sampai di akhir pandangannya jatuh pada seorang gadis yang tengah menyembunyikan kepalanya pada tumpuan kedua lengannya.

Suara langkah sepatunya sontak saja membuat kepala Ditha mendongak dan langsung duduk dengan tegap. Tak ingin saling bertatap, Ditha memilih pura-pura mengerjakan sesuatu pada buku LKS miliknya.

"Ditha," panggil pria yang tadi berdiri membelakangi papan tulis, saat ini sudah berada di ujung meja milik gadis tersebut.

"Ya," jawab Ditha tanpa menatap lawan bicaranya.

"Ditha," panggil pria itu kembali.

"Ya," jawab Ditha masih dengan tidak menatap lawan bicaranya.

"Ditha," panggil pria itu kembali yang sepertinya tidak akan menyerah sebelum gadis di hadapannya menatap dirinya.

Cukup sudah kesabaran Ditha diuji. Kali ini dia ingin memaki-maki lawan bicaranya.

"Apa …." Ucapan Ditha terhenti setelah menatap di sekitarnya sudah sepi tidak ada teman-teman kelasnya, hanya ada dirinya dan pria yang saat ini sudah duduk di sampingnya. Ditha pun langsung membuang tatapannya ke sembarang arah, saat mendapati pria di sampingnya tengah menatapnya intens.

"Kenapa?"

"Nggak kenapa-kenapa."

"Maksud saya, kenapa kamu nggak ikut teman-teman kamu istirahat?"

Sebelum berjalan mendekati gadis yang saat ini bersikap cuek padanya, suara bel istirahat sudah menggema dan seluruh penghuni Kelas 12 IPS 3 sudah meninggalkan kelasnya. Namun, hanya ada tersisa satu gadis saja yang masih berada di dalam kelas. Entah tidak dengar bahwa bel istirahat sudah berbunyi, tidur atau memang malas ke kantin? Daripada penasaran, akhirnya ia mendekati gadis tersebut dan ternyata gadis itu langsung mendongakkan kepalanya. Sudah dipastikan gadis itu tidak tidur.

"Lagi puasa."

"Puasa?" gumam pria itu. "puasa apa hari Rabu?"

"Puasa– Om kenapa sih kepo banget?" Ditha mendorong lengan pria itu supaya beranjak dari duduknya. "Pergi sana! Nggak usah bikin saya pusing."

Pada akhirnya Ditha menyerah mendorong lengan pria tersebut, karena percuma tidak ada gerakan sama sekali darinya.

"Lho saya, kan hanya bertanya saja."

Cuekin aja, Tha entar juga capek sendiri itu lambe, batin Ditha.

Ditha kembali pura-pura sibuk bermain ponselnya dengan kedua handset sudah terpasang pada kedua telinga, tak lupa juga volumenya ia kencangkan. Tidak terlalu kencang, tetapi setidaknya ia tidak mau mendengar suara lagi dari pria yang saat ini masih ada di sampingnya.

Saat asik menonton video konser idolanya, tiba-tiba handset satunya di copot begitu saja. Sontak Ditha pun menoleh dan menatap kesal ke arah pelaku yang masih sama seperti tadi wujudnya.

"Saya mau ke kantin, mau titip sesuatu?" tanya pria tersebut diikuti satu alisnya terangkat ke atas.

"Nggak!" ketus Ditha yang hendak memangsa kembali handsetnya. Namun, dengan gerakan cepat ponsel beserta handsetnya sudah dirampas oleh pria yang ada di sampingnya.

"Makan! Jangan main handphone terus," ucap pria itu seraya menarik tangan gadis yang ada di hadapannya supaya beranjak dari duduknya. Namun, dengan cepat gadis tersebut menepis tangan miliknya.

"Om, apa-apaan sih! Jangan ngatur-ngatur hidup saya deh," sungut Ditha yang ada akhirnya beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati pria yang ada di hadapannya.

"Balikin hp saya!" pinta Ditha seraya tangan kanannya menengadah.

...Ω...

"Hidup gue sedikit tenang, kalo nggak ada kerang di sini," seloroh Koko yang setelah menyeruput minuman esnya.

"Kerang-kerang mulu lo! Kalo dia di sini abis lo jadi sarapan babi peliharaan tantenya," ujar Azri di sampingnya.

"Terus, gue harus mandi lumpur bareng babi-babi tantenya dia gitu? Ya, kali! Kocak banget lo," ledek Koko.

Azri menoyor kepala Koko yang sama sekali tidak nyambung.

"Gue nggak nyuruh lo buat mandi lumpur bareng babi-babi milik tantenya Ditha, ya." Azri melanjutkan makan baksonya, seraya mencebik temannya itu. "Dasar banci Thailand."

...Ω...

Berbeda dengan kedua teman laki-lakinya, Claudia dan Zea tengah berjalan menuju kelas mereka. Hubungan keduanya sudah membaik, berkat Ditha. Semenjak kejadian Claudia mengatai mantan pacarnya Zea, Zea marah sekali. Bahkan dia sampai memblokir nomor kontak sahabatnya itu. Namun, tak berlangsung sehari Ditha menasehati kedua sahabatnya yang sudah dianggap keluarga, supaya jangan ada lagi yang ceplas-ceplos yang berujung sakit hati dan juga jangan ada yang 'apa-apa dimasukin ke hati.'

Akhirnya keduanya saling introspeksi diri, tetapi aneh rasanya jika di dalam hubungan pertemanan tidak ada yang mencela, menghina atau membuat onar satu sama lain. Rasanya ada yang kurang dari bumbu pertemanan mereka bertiga. Tidak lupa juga dengan kedua teman laki-lakinya, Koko dan Azri. Mereka sama bagian dari persahabatan mereka bertiga.

"Wait wait wait …." Claudia membulatkan kedua matanya menatap lurus ke depan. Lebih tepatnya ke dalam kelas mereka. Keduanya sudah hampir ingin masuk ke dalam kelas. Namun, urung setelah Claudia menangkap adegan-adegan yang seperti di drama-drama Korea favoritnya.

Zea yang berjalan seraya memainkan ponselnya, sontak langsung berhenti setelah Claudia bersuara.

"Apa sih, Clau? Kenapa berhenti?" tanya Zea tanpa mengalihkan fokusnya kepada ponselnya.

Sebelum menjawab, Claudia mengambil ponsel miliknya. Dia berdecak gemas saat mengetahui ponselnya kehabisan daya. Ia pun menoleh ke samping dan langsung menyambar begitu saja. Dia langsung mengarahkan kamera ponsel milik Zea ke arah dalam kelasnya.

"Ngapain sih, Cla– what?" Zea memekik dan sontak saja kedua orang yang ada di dalam kelas menoleh ke arah mereka berdua. Tidak lebih tepatnya menatap Zea.

"Ck! Bacot banget sih lo, Ze!" sungut Claudia, seraya menyikut lengan Zea.

...Ω...

Ditha masih berusaha meraih ponselnya dari tangan pria yang saat ini ada di hadapannya. Namun, masih belum mendapatkannya.

Ditha menatap kesal pria di hadapannya. "Balikin sih, Om! Capek tau saya, nggak punya perasaan kali."

Ngeselin banget sih tua bangka satu ini! Suka banget bikin gue nakdar, batin Ditha.

Ditha berdecak kesal, di saat dirinya berusaha mensejajarkan tinggi tubuh pria di hadapannya agar bisa meraih ponselnya dan di saat itu juga sebuah pekikan menerobos gendang telinganya. Sontak keduanya menoleh ke arah luar kelas, yang di mana di sana ada dua orang gadis yang tengah menatap ke arah keduanya. Yang satu melongo dan yang satu lagi sibuk mengarahkan kamera ponsel ke arah mereka kedua.

...Ω...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!