Iya, Saya Naksir Kamu.

"Kena—"

[ Asal bisa nyium bau keringet di bajunya, gue rela kok jadi babunya dia 24 jam. ]

Kening kedua gadis itu mengkerut saat mendengar suara lewat yang melalui ponselnya Zea.

"Di luar meler," seloroh Ditha diikuti gelengan kepalanya. Zea menatap Ditha, kemudian beralih fokus pada ponselnya.

"Lama-lama lo ketularan oonnya Koko, Tha," sindir Zea.

[ Halo, Ay— ]

"Udah putus kali. Ay ay aja," tukas Ditha cepat.

"Ada apa si Ko?" tanya Zea mendahului Koko. Sebelum laki-laki itu melontarkan amarahnya kepada Ditha.

[ Lo berdua mending balik ke kelas. Buruan! ]

[ Gue jamin lo langsung pada pindah rumah! ] timpal Azri.

"Ogah!" ketus Ditha.

[ Eh gue lagi nggak ngomong sama kerang laut, ya! ]

Ponsel hampir saja terlepas dari tangannya. Kaget? Betul, ia mendengar gebrakan meja kantin tepat di sampingnya. Siapa lagi jika bukan Ditha pelakunya.

"Gue nggak bisa jamin, kalo kepala lo masih ada rambutnya! Wait gue!" teriak Ditha seraya berlalu dari kantin. Walaupun dengan jarak yang sudah tidak berdekatan lagi dengan Zea nyatanya suara Ditha masih terdengar oleh Koko.

Tak mau mantan pacarnya bonyok ditangan sahabat sendiri, Zea segera kembali ke kelas dan membiarkan kedua temannya ribut melalui sambungan telepon.

[ Kabur, Ri! Kabur! ]

[ Gue nggak ikut campur. Lo urus aja nyawa lo. ]

[ Sialan! ]

Zea sudah sampai di lantai tiga, seraya berjalan menuju kelasnya gadis itu sudah memutuskan sambungan telepon mantannya.

Dari kejauhan Zea pun dapat melihat punggung Ditha yang berjalan memasuki kelas, dipercepat lah langkah kakinya itu.

...Ω...

Koko berdecak kesal kala temannya tidak mau ikut kabur dengannya, mau tak mau akhirnya dia sendiri yang meninggalkan kelas. Namun sayang, baru sampai di pintu kelas suara yang begitu menggema sudah merusak gendang telinganya.

"Mau ke mana lo, hah?" teriak seorang siswi yang baru saja masuk ke Kelas 12 IPS 3 dengan sebuah gunting di tangan kanannya.

Melihat itu Koko dengan cepat pun berbalik berlari menghampiri pria dewasa yang ada di sana, kemudian menyembunyikan diri di tubuh pria tersebut.

"Tolongin saya, Pak. Entar saya traktir deh," ucap Koko berbisik menghadap tubuh pria tersebut.

"Ditha, stop! Jangan aniaya, Koko. Dia calon suami idaman gue, gue … gue janji bakalan comblangin lo sama tetangga gue!"

Dengan napas yang memburu karena kelelahan berlari mengejar sahabatnya, Zea sampai terbata-bata saat berbicara. Bahkan gadis itu menunduk saat berbicara. Zea mendongak memperhatikan kondisi sekitar yang di mana saat ini, seluruh teman-teman kelasnya tengah menatap dirinya dengan tatapan jengah.

"Koko, sini nggak lo!" Ditha dengan senyum smarknya berjalan mendekati keberadaan Koko.

Ini lagi, dia siapa sih? Pake mau diajak sekongkol segala sama banci Thailand itu, batin Ditha.

Tepat di belakang punggung pria dewasa itu, Ditha memajukan guntingnya secara bersamaan pria itu membalikkan tubuhnya menghadap Ditha dan gunting yang dipegang Ditha lolos dari tangannya.

"Om Ezra," gumam Ditha yang masih tidak percaya akan kehadiran pria itu.

...Ω...

Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, seluruh penghuni SMA BALANGGA otomatis meninggalkan sekolah ini. Namun, berbeda dengan gadis satu ini. Ia masih termenung sejak pelajaran terakhirnya tadi berlangsung, entah apa yang dipikirkan Ditha sampai-sampai kedua teman perempuan berbicara saja dia abaikan.

"Udah yuk pulang, biarin aja dia di sini," ajak Claudia kepada Zea. "syukur-syukur nggak kesambet sama penghuni kelas," lanjutnya yang langsung disikut oleh Zea.

"Pulang sana! Emang lo, kan nggak pernah setia kawin sama temen sendiri."

"Ya, lo kalo mau setia kawin. Kawin sana sama banci Thailand, alias mantan lo."

"Claudia!" kesal Zea. "Koko bukan banci, ya! Jangan seenak dengkul lo dong kalo ngatain orang. Punya otak dipake!" Zea bangkit dari duduknya, setelah itu gadis yang sedang tersulut emosinya itu pergi meninggalkan Kelas 12 IPS 3.

Claudia menatap kepergian temannya itu dengan tatapan keheranan.

"Buset bocah baperan banget, lagi banyak tamu– lah lo mau ke mana, Tha? Kenapa gue jadi ditinggalin sendiri begini? Argh, punya temen nggak ada yang waras!" teriak Claudia setelah menyadari Ditha pergi meninggalkan dirinya sendiri.

Claudia ikut meninggalkan kelasnya, karena di dalam sana sudah tidak ada siapa-siapa lagi kecuali mereka tadi bertiga. Dengan jalan yang tergopoh-gopoh demi mensejajarkan langkah kaki teman yang seperti orang bisu dari tadi tidak bersuara, Claudia akhirnya bisa sejajar dengan langkah kaki Ditha.

"Tha, lo ken—"

Ditha menendang batu yang ukurannya sedang, entah terlempar mengenai apa batu tersebut yang jelas Ditha tidak memperdulikannya.

"Apa lagi sih, Clau? Lo kalo mau cabut, ya, udah cabut duluan aja! Nggak usah bikin gue tambah naik darah deh," sungut Ditha.

"Kali aja lo mau numpang? Lagian nggak usah kesel juga kali."

"Gimana gue nggak kesel? Sepanjang lo kejar-kejar gue, cerocos aja tuh lambe. Udah kayak knalpot bocor!" ucap Ditha seraya berlalu dari hadapan Claudia.

Saat ini moodnya sedang buruk sekali hanya gara-gara satu orang, tadinya. Namun, sekarang menjadi tiga orang. Dua orang temannya dan satu orang pria yang saat ini tengah berdiri tepat di hadapan mobil pajero berwarna putih. Dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya, Ditha menatap kesal ke arah pria tersebut.

"Ke mari sebentar," titah pria tersebut menatap dirinya.

"Ogah!" ketus Ditha seraya berlalu.

Claudia yang tadi berjalan lambat, kini mempercepat langkah kakinya menuju pria yang masih berdiri di hadapan mobil.

"Pak Ezra, nungguin saya? Ya ampun, Pak … nggak perlu repot-repot. Saya udah—"

Cerocos Claudia panjang lebar yang berakhir terdiam, karena langsung ditampar oleh kenyataan pahit bahwa pria tersebut sedang tidak menunggunya melainkan sedang mencari sinyal.

"Bukan. Saya hanya mencari sinyal. Kalau begitu saya duluan, ya," pamit Ezra.

Mobil yang dikemudikan Ezra sudah lenyap dari hadapannya, Claudia menatap mobil tersebut seraya berjalan ke arah mobil jemputannya.

"Ternyata bener, ya, yang diomongin Dithot. Pantesan gue jomblo bertahun-tahun, orang guenya aja selalu kegeeran begini."

Bahunya seketika melorot.

...Ω...

Sepanjang perjalanan pulang bahkan sampai ojek yang ia tumpangi mogok, tidak ada hentinya mobil di belakang dirinya mengikuti diiringi klakson mobil yang sengaja dibunyikan. Walaupun tak sering, tetapi itu sungguh mengusik indra pendengarannya.

"Neng, mending naik mobil itu aja," tunjuk Kang ojek dengan dagunya. "udah mendung banget soalnya, Neng."

"Tadi, kan saya udah bilang, Mang. Itu mobil komplotan penculik yang berujung pemerkaosan. Bayangin, Mamang punya anak gadis cantik jelita dan bohay, terus situ biarin ikut sembarangan orang. Apa nggak rugi? Udah capek-capek nungging, eh keper awanannya dirampas sama komplotan dajal," seloroh Ditha yang membuat Kang ojek itu tersenyum menggeleng.

"Mobilnya mahal gitu, Neng. Percaya deh sama saya, yang bawa mobilnya pasti orang baik."

Usus lo baik. Gue hampir dianiaya sama dia, Mang astaga. Makanya ngomong ngasal kayak gitu, batin Ditha.

"Kalo gitu saya mau cari bengkel, nggak usah dibayar. Anggap aja saya lagi beramal," kata Kang ojek. Sepeninggalan kang ojek, saat ini Ditha tengah kebingungan mau naik transportasi apa untuk pulang ke rumah.

"Om, ngapain sih ngintilin saya terus? Naksir?" sungut Ditha.

"Iya, saya naksir kamu."

*

*

*

To the poin sekali gak tuh? 😝

Kira-kira siapa ya yang ngomong begitu? Yang pasti bukan Koko lah....

...Ω...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!