Om, Sakit Apa?

Setelah mengantarkan barang milik gurunya, siswi cantik satu ini meminta ijin kembali, tetapi tidak ke toilet melainkan meminta ijin karena ada urusan dengan seseorang. Setelah mendapatkan ijin, Ditha bersama pria dewasa yang berada di satu ruangan kantor dengannya tadi saat ini tengah berjalan di menuruni anak tangga untuk menuju UKS. Jujur saja Ditha sangat malas mengantar pria dewasa yang sudah menganiayanya pada hari itu.

"Hanya ada satu UKS saja di sekolah ini?"

"Hm."

"Letaknya di lantai dua?"

"Hm."

"Jadi kamu masih anak sekolahan—"

"Hm."

"Saya kira kamu sudah lulus sekolah, soalnya muka kamu dewasa seka …."

Sudah cukup kesabaran Ditha diuji, dari tadi pertanyaan demi pertanyaan sudah dia jawab lalu apa sekarang? Dengan seenak dengkulnya Ezra menghina wajahnya yang terlihat dewasa? Tidak! Baru kali ini ada yang mengatai wajahnya dewasa sekali, bukan lagi seperti wajah anak pelajar SMP. Jelas saja Ditha tidak terima, ia pun menghentikan langkah kakinya lalu menoleh ke belakang dan menatap pria dewasa itu dengan tatapan sengit, seketika Ezra tidak melanjutkan perkataannya lagi.

Keduanya sudah sampai di depan pintu UKS, yang terlihat tertutup.

"Mau masuk sendiri apa saya temenin?" tawar Ditha yang sebenarnya malas sekali berbicara seperti itu.

"Temenin aja kalau kamu m—"

"Jelas aja saya nggak mau," ketus Ditha yang langsung mendapatkan tatapan aneh dari Ezra. "Om, kan udah gede. Masa, iya, minta temenin saya. Lucu amat," lanjutnya.

"Maksudnya kamu ngatain saya penakut?" Ditha mengangguk dan Ezra pun tertawa kecil. "Astaga … bukan itu maksud saya, haduh. Masalahnya saya masih awam di sini, sedangkan kamu sudah menjadi siswi lama. Jelas saja kamu tahu di mana letak obat-obatan, kalau saya?"

"Ya, kan di dalem ada dokternya. Gimana sih!" gerutu Ditha tak ayal dia malah masuk ke dalam UKS dan tingkah laku gadis di hadapannya itu sukses mengundang tawa Ezra.

Beberapa kali Ditha memanggil-manggil nama dokter yang bertugas di UKS, tetapi tidak juga mendengar sahutan darinya. Lantas Ditha pun terpaksa yang mencarikan obat untuk pria yang lebih dewasa darinya, di mana saat ini Ezra tengah enak-enakan tiduran di brangkar UKS.

"Om, sakit apa?" tanya Ditha seraya mengecek satu persatu kemasan obat-obatan di kotak P3K.

"Bersin-bersin sama … kenapa saya jadi mual?"

"Apa, Om? Nggak denger saya, kalau ngomong tu yang kencang apa!"

Ditha tersentak, kemudian dia menoleh ke belakang saat dirinya mendengar sebuah bisikan tepat di hadapan telinganya.

"Ada obat mual, nggak?"

Seketika sebuah kotak P3K yang dia pegang jatuh dan otomatis seluruh penghuni di dalam kotak tersebut berhamburan ke mana-mana, siapa lagi jika pelakunya bukan pria dewasa itu? Pria yang sudah membuatnya susah hari ini.

"Ngapain sih pake ngomong bisik-bisik di kuping saya segala? Emang nggak bisa ngomong kayak biasanya? Bikin jantungan orang aja!" ucap Ditha bersungut-sungut.

Sungguh hari ini apa sampai-sampai ada saja yang membuat darahnya mendidih setiap detiknya. Walaupun beda pelaku, tetapi kelakuannya tidak jauh berbeda. Masih dengan mode kesalnya, Ditha memilih memainkan ponselnya dan membiarkan barang-barang itu berceceran di lantai dan tentu saja mau tidak mau Ezra yang harus membereskannya.

"Maaf, saya nggak bermaksud bikin kamu kaget seperti tadi. Lagi pula kamu serius sekali mencari obatnya." ucapannya sama sekali tidak digubris oleh gadis di hadapannya yang masih dalam mode kesalnya itu. Setelah semua masuk kembali ke dalam kotak P3K, Ezra mendekati gadis tersebut, kemudian menyentuh bahu kirinya.

"Ditha, kamu masih kesal? Atau udah nggak?"

Merasa bahunya disentuh serta namanya dipanggil, Ditha pun mendongak. Sempat diam beberapa detik, setelah itu Ditha pun menjaga jarak dari Ezra.

Kok dia bisa tau nama gue? Siapa yang kasih tau coba? Apa jangan-jangan … dia penguntit? batin Ditha.

Ia memperhatikan Ezra dari atas sampai bawah, kemudian dia kembali mengabaikan pertanyaan dari pria yang lebih dewasa dari umurnya itu.

...Ω...

"Bentar, gue telpon dia dulu."

"Gue rasa Ditha lagi ngadem di perpus. Secara dia, kan males banget masuk pelajaran busor," ucap Azri, siswa yang tengah menguyah permen karet di dalam mulutnya.

"Halo Tha, lo di mana sih?"

[ Di Hati lo! Ada apa emang? ]

"Idih najis! Lo mending ke kelas deh, banyak dosa. Eh maksudnya, banyak tugas."

[ Ya, nanti gue ke kelas. ]

"Emang lo lagi apa sih? Kumpul kebo, ya?" goda Zea dan itu langsung mendapatkan cacian dari Ditha.

[ Kepala lo ijo! Gue masih gadis, ya! Anaknya tante Saca dan om Yuno, nggak ada yang bener jaringan otaknya. Mesum terus di otaknya. Tante Saca pas hamil lo, pasti dia nyidam film biru— ]

"Ditha sialan! Stop, ya. Enak aja lo kalo ngomong, mami gue nggak semesum anaknya, ya!" Entah sadar atau tidak ucapan Zea yang di dengar oleh seluruh teman-teman kelasnya langsung mendapatkan sebuah hujatan.

"Lah, Zea omes juga dia?"

"Gue baru tau."

"Kemaren pas gue tawarin film pink, dia nolak keras."

"Film pink apaan woi?" tanya Koko.

"Film yang isinya menceritakan tentang keluarga babi kali! Wkwk," seloroh Azri dan langsung mendapatkan dua kali pukulan di lengannya oleh Zea.

Zea menatap satu persatu teman-teman kelasnya. "Nggak usah pada ikut campur! Kalo gue omes, kenapa emangnya? Bakalan terjadi longsor, kah?"

[ Zea lo ngomong, apa lagi baca mantra? Ngomong nggak pake napas. ]

Zea beralih pada ponselnya dan mengabaikan teman-teman kelasnya yang berbicara jelek tentang dirinya.

"Gc ke sini! Irit kouta gue ni," seloroh Zea.

"Ko, mantan lo ngerti irit juga. Padahal olang yaya," ujar Azri kepada Koko.

[ Iya-iya bawel banget lo. Kalau urusan gue sama bayi besar udah kelar, gue langsung ke kelas kok. ]

"Hah? Bayi besar? Maks—" ucapan Zea terputus kala melihat panggilan teleponnya diputus sepihak oleh Ditha.

...Ω...

Obat yang dibutuhkan Ezra sudah ketemu, saat ini dirinya tengah berada di dalam dapur UKS untuk mengambil segelas air sebagai teman minum obatnya itu. Saat sedang mengambil gelas yang ditaruh terlalu dalam, tak sengaja Ezra menjatuhkan wadah berbahan aluminium. Sudah dipastikan suaranya menggema sampai 10 meter dan itu membuat Ditha yang baru saja selesai teleponan dengan Zea mendadak oleng karena tiba-tiba bangun dari tidurannya seperti ada gempa saja.

"Kekacauan apa lagi yang lagi pria dewasa itu buat di dapur sana?" gerutunya seraya menatap tajam ke arah dapur yang terhalang gorden.

Ezra sudah selesai minum obat, dia pun segera balik ke tempat gadis itu berasal setelah menaruh wadah aluminium yang jatuh tadi kembali pada tempatnya. Saat kembali, Ezra tidak menemukan Ditha. Entah pergi ke mana yang jelas pintu ruangan UKS saat ini dalam kondisi tertutup dan otomatis Ezra dapat menyimpulkan bahwa dirinya ditinggalkan begitu saja sendirian oleh gadis yang telah memberikan paket miliknya pada waktu lalu.

Tidak sempat mengucapkan terima kasih dia sudah ditinggalkan sendir saja. Setiap lorong yang Ezra lewati nampak masih begitu sepi, karena memang masih jam pelajaran. Namun, tak urung ada beberapa murid yang keluar dan masuk ke dalam kelasnya hanya sekedar mengecek gurunya datang atau tidak atau hal macam lainnya, Ezra sungguh tidak tahu.

...Ω...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!