DUDA USIL Vs GADIS BAR-BAR

DUDA USIL Vs GADIS BAR-BAR

Ezra Arsenio Lewend?

Permisi paket!

Entah sudah berapa kali suara itu terngiang-ngiang di dalam mimpinya yang jelas itu sangat mengusik sekali. Sudah jam 09.00 pagi penghuni kamar ini masih saja bermain-main di alam mimpinya. Hingga untuk terakhir kalinya suara yang sudah mengusik alam mimpinya kembali bersuara dan berhasil membangunkan penghuni kamar ini.

"Permisi paket!"

Dengan rambut yang masih acak-acakan dan nyawanya pun masih belum terkumpul sepenuhnya, ia bangkit dari ranjang tidurnya, kemudian menghampiri asal usul suara yang sudah berani mengusik mimpinya tadi.

"Ternyata suaranya beneran nyata. Gue kira jin dalem mimpi gue!" gerutunya masih dengan suara khas bangun tidur.

Setelah pintu utama terbuka, ia melihat kurir laki-laki berjaket serta helm yang terpasang di kepalanya tak lupa juga ditangannya masing-masing memegang ponsel dan barang berbentuk kotak yang terbuat dari kardus.

"Paket atas nama Ezra Arsenio Lewend?" tanya kurir laki-laki itu seraya menyerahkan paket berbentuk kotak kepada gadis yang ada di hadapannya.

Tak ada keraguan atau kebingungan darinya, ia pun menerimanya.

"Hm."

Kurir itu pun nampak ragu-ragu mengarahkan kamera ponselnya ke arah sang penerima paket, pasalnya kondisi tampilannya sangat-sangat tidak mendukung jika harus mengambil gambar diri pada gadis ini.

Lantas ia pun langsung pergi dari rumah gadis itu begitu saja, ia tidak jadi mengambil gambar untuk dijadikan bukti bahwa paket sudah diterima oleh penerimanya. Jujur saja dari atas rambut sampai ujung kakinya sangat begitu urakan sekali dan ketahuan sekali jika gadis itu baru bangun tidur dan nyawanya belum terkumpul sepenuhnya.

Suara pintu rumah tertutup lumayan kencang sehingga menyebabkan kurir laki-laki itu yang masih ada di sana terlonjak kaget seraya mengusap dadanya.

"Astaghfirullah, ujian pertama kali gue jadi kurir begini banget, ya Tuhan." Setelah itu ia pun pergi untuk meneruskan pekerjaan kurirnya untuk mengantarkan paket-paket yang sudah ia bawa.

...Ω...

Setelah menutup pintu rumah, paket kardus berbentuk kotak itu pun ia letakan di atas meja ruang tamu saat kakinya hendak kembali menuju ke dalam kamarnya, kedua matanya pun sempat menoleh sekilas ke arah jam dinding. Setelah selesai ia hendak melangkah, tetapi lagi-lagi ia kembali melihat jam dindingnya dan tepat jarum panjang di angka 12 kedua matanya terbelalak sempurna bahkan hampir saja menggelinding ke lantai dan seketika nyawanya yang tadi hanya ada 15% kini menjadi 100% full.

"Gue tidur apa mati suri?" tanyanya ke diri sendiri seraya menepuk-nepuk kedua pipinya. "Jam sepuluh gila! Kalo ada tante bisa-bisa gue di pendem ke dalem lumpur ini mah."

Dengan gerakan grasak-grusuk ia pun sudah selesai mandi dan juga selesai sarapan paginya. Tidak ada aktifitas apa pun hari ini, karena hari Sabtu waktunya merilekskan tubuh dan pikiran yang sempat terkuras habis-habisan akhir-akhir ini.

Bunyi notice pada ponselnya membuyarkan lamunannya, ia membuka serta membaca pesan masuk tersebut.

Clauuu : Tha entar malming anak-anak katanya mau pada main, lo mau join nggak?

Dengan cepat ia pun membalas pertanyaan yang mungkin dari temannya itu.

^^^taDhi : Join lah. Btw, mau main ke mana dah?^^^

Clauuu : Ke rumah Koko.

Tidak ada balasan karena malas juga mau balas apalagi, begitu lah prinsip hidupnya. Gadis itu pun bangkit dari sofa dan hendak berjalan melewati meja yang ada di hadapannya baru saja ingin mengambil remote televisi, atensinya teralihkan pada benda berbentuk kotak yang terbuat dari kardus itu. Ia pun mendekat, kemudian mengambilnya seraya mengingat-ingat kejadian tadi pagi.

"Ezra Arsenio Lewend?" ucapnya setelah membaca nama penerima paket tersebut.

...Ω...

"Morning, Ma, Pa," sapa seorang pria dengan lengkap setelan jasnya yang sangat rapih sekali di tubuhnya ini.

Dua orang paruh baya menoleh seraya tersenyum sekilas ke arahnya.

"Morning too duda hot," celetuk wanita paruh baya yang duduk berhadapan dengannya.

Seperti ini lah suasana pagi setiap harinya di ruang makan. Kadang hanya ada suara dentingan sendok dan garpu saja, terkadang diiringi obrolan-obrolan kecil saja. Tidak ada yang spesial memang di kediaman rumah ini.

"Ma …," tegurnya tidak terima.

Pria paruh baya yang duduk di tengah antara keduanya, telah selesai menikmati sarapan paginya. Kini ia pun fokus menatap pria yang jauh lebih muda darinya sekitar 25 tahun yang saat ini tengah menikmati sarapan seraya memainkan ponsel yang ada di atas meja makan.

"Za," panggilnya.

Merasa namanya dipanggil, pria itu pun mendongak dan menatap pria paruh baya tersebut.

"Ya? Kenapa, Pa?" tanyanya kembali menyendok sarapan ke dalam mulutnya.

"Hari ini kamu ada jadwal kemana?"

"Ke sekolah, mau tanda tangani berkas."

"Setelah itu?"

"Mungkin pulang ke rumahku. Kenapa emangnya, Pa?"

"Ngg—"

"Permisi, Maaf ganggu waktu sarapan, Tuan, Nyonya dan Mas."

Tiga orang yang berada di sana pun menoleh ke arah sumber suara, setelah itu mereka kembali sibuk dengan urusannya masing-masing.

"Nggak ganggu kok, Lu," ucap wanita paruh baya yang baru saja menyelesaikan sarapannya setelah itu, ia pergi meninggalkan ruang makan.

"Mas, mobilnya sudah siap," ujar pria dengan seragam hitam kerjanya yang berdiri tidak jauh dari kedua pria yang ada di hadapannya.

"Oke."

Setelah mendengar tanggapan dari majikannya, pria seragam hitam itu pun meninggalkan ruang makan diikuti majikannya.

"Pa, aku pergi dulu," pamitnya kepada pria paruh baya yang ada di hadapannya.

"Ya, hati-hati."

...Ω...

"Gue rasa mata kurir tadi minus 180. Rumah aslinya dia aja kayak begini, malah ini paket nyasar ke rumah kayak gembel. Jauh banget pengelihatan lo bang kurir!"

Di tempat ini lah gadis yang menerima paket tadi berada. Sudah hampir setengah waktunya terbuang demi mengagumi rumah dengan bertingkat tiga tersebut. Tak lepas juga pandangannya dari mobil-mobil yang tengah berada di dalam garasi, nampak ada lima mobil di dalam sana.

"Emejing ini mah namanya. Kalo disamain sama Koko– eh nggak bisa disamain deh, pokoknya kalo ini 100 kalo dia mah cuman dapet satunya aja, wkwk."

Setelah menelisik dari kejauhan dan ternyata tidak ada yang menjaga di pekarangan rumah tersebut, ia pun dengan cepat mendekati dan baru saja ingin masuk ke dalam gerbang tersebut sudah ada suara yang sangat nyaring menggema gendang telinganya.

Gog Gog Gog

"Anjing! Gila! Ada anjing!"

Gadis itu pun refleks menaiki kap mobil seraya mulut yang komat-kamit, tanpa ia ketahui ada sepasang mata yang sedang memperhatikan dirinya.

"Tolong! Tolongin gue dong! Plis!" teriaknya yang sepertinya tidak ada yang menghiraukan teriakannya itu.

"Hush … hush … pergi dong! Majikan lo ke mana sih?! Woi! Tolongin gue dong!"

......Ω......

Terpopuler

Comments

Dehan

Dehan

hallo kak.. penjahit cantik mampir ya..

2022-07-14

0

Mira Dedipj

Mira Dedipj

di coba baca
mudahn bagus

2022-05-19

0

Dyah Anggraini

Dyah Anggraini

Hay kak mampir di karyaku ya yang berjudul TERPAKSA MENJADI ISTRI KEDUA



Terimakasih🙏🙏🙏

2022-04-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!