11

"Sama-sama Non." jawab Bi Asri. "Ouh iya non, tuan sudah menunggu non di bawah."

"Bi .." Panggil Melati sambil menarik lengan Bi Asri membawa Bi Asri duduk di tepi ranjang.

"Ada apa non?" tanya Bibi dengan gugup.

"Bagaimana sifat Verdi, Bi?"

"Tuan maksudnya?"

"Iya Bi."

"Tuan orangnya pendiam. Dia jarak banyak omong, sekali ngomong juga kalau tuan marah. Tapi kata orang-orang tuan sering berbicara jika sama istrinya."

"Baiklah bi."

Lalu Bibi keluar dari kamar dan Melati masih diam duduk disudut ranjang. "Dulu, saat berteman dengan Velisa aku sangat jarang bertemu dengan Verdi. Tapi Veli bilang kalau kakaknya sangat baik. Tapi apa ini? kenapa justru kebalikan yang aku dapat." Melati terdiam sesaat. "Veli, andai kamu masih hidup dan ada disini saat ini. Aku yakin semua ini tidak akan terjadi padaku."Lirihnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Vel, semoga kelak kakakmu memperlakukan ku dengan baik."

Melati kemudian keluar dari dalam kamar, berjalan menuruni satu persatu anak tangga.

Dilantai dasar sudah ada Verdi, dan juga ada penghulu dan beberapa orang yang akan menjadi saksi pernikahan siri mereka. Pernikahan yang tak didasari oleh cinta. Pernikahan yang hanya didasari oleh balas dendam. Yah niat Verdi menikahi Melati bukan hanya untuk bayi saja. Tapi ingin menjadikan Melati pembantu, dan ingin menyiksa Melati secara perlahan, agar Melati sadar dimana letak kesalahan yang telah ia buat.

.....

"Sah ...." Semua orang serentak mengatakan kata Sah.

Kini Verdi dan Melati telah resmi menjadi pasangan suami istri secara siri. Melati hanya bisa menunduk, ia sunggu tak percaya jika malam ini ia telah menjadi istri dari Verdi, lelaki yang telah merengut kesucian nya. Lelaki yang tidak tahu kenapa tega berbuat itu pada dirinya.

"Lihatlah, aku akan membuatmu menderita." Batin Verdi.

Setelah semua orang telah pulang. Kini Melati langsung berjalan menaiki anak tangga, ia ingin segerah mengganti bajunya. Namun langkahnya terhenti kala mengingat jika tak adapun satu baju yang ia bawa kesini. "Tunggu, lalu aku harus memakai baju apa?" gumam nya.

"Non." panggil bibi.

"Iya ada apa bi?"

"Ini baju non, tadi ada orang suruhannya tuan datang membawa ini." Bi Asri memberika tas kepada Melati.

"Makasih bi." ucap Melati lalu mengambil tas ity, dan kembali melangkah menuju kamar. Saat Melati membuka pintu kamar, terlihat jelas kini Verdi sedang berdiri menatap kearahnya.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Verdi.

"Aku.." Melati menunjuk dirinya sendiri. "Aku ingin tidur." Jawabnya kembali.

"Hahahaahaha" Verdi tertawa. "Ku tidak pantas, dan tak akan pernah pantas untuk tidur dikamar ini. Karna kau! cocoknya hanya tidur dikamar belakang, didekat dapur."

"Ma-maksudmu?"

"Kau kira aku menikahimu untuk menjadi nyonya? jangan harap! Kamu harus tahu diri jika posisimu disini hanya seorang pembantu, tak lebih dari itu."

"Astaga apa ini?" Batin Melati, terasa sesak saat tahu jika ternyata ia dinikahi hanya untuk di jadikan sebagai pembantu saja. "Setidaknya dia tidak menyentuhmu lagi." Melati kembali membatin, lalu menolehkan badannya, ingin keluar dari dalam kamar.

"Kau hanya sebagai budak nafsuku, aku akan mengandung anakku dan setelah itu kau akan kubuang jauh-jauh." Perkataan Verdi mampu menoreh luka dihati Melati yang paling dalam.

"YaRabb sehina itukah diriku, yang hanya dijadikan budak nafsu oleh pria yang tak tahu mau ini." Batin Melati dan berlalu dari kamar itu. Ia tak malu lagu mendengar perkataan dari Verdi yang selalu saja merusak hati dan perasaannya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***