04

"Apa yang ingin kau lakukan?" Tanya Melati sambil berjalan mundur karna takut melihat Verdi yang melihatnya dengan tatapan yang sangat tajam.

Verdi menaikkan sudut bibirnya membuat seutas senyum tipis.

"Keluar!" Pinta Melati dengan teriak.

"Sudah ku bilang bukan! Aku akan menghancurkan hidupmu" Kini Verdi mendekat ke arah Melati lalu mencengkram dengan keras kedua pipi Melati.

Tangan Melati dan diam, ia memukul dengan keras dada bidang Verdi, namun Verdi seolah tak merasakan apapun, padahal Melati sudah memukulnya sekuat tenaga.

"Lepaskan!" Ucapnya lagi dengan suara yang tertahan karna cengkraman di kedua pipinya.

Kemudian Melati mengangkat kaki nya, bertujuan untuk menendang milik Verdi, namun Verdi yang sudah mengetahui gerakan Melati langsung menahan kaki Melati, dan dengan sekali gerakan Verdi berhasil membawa tubuh Melati masuk kedalam kamar. Dihempaskan nya tubuh Melati di atas tempat tidur.

"Jangan lakukan itu. Kumohon!" Melati mengatupkan kedua tangan nya di udara, memohon agar Verdi tak melakukan hal yang serupa, seperti yang pernah Verdi lakukan dulu padanya. Namun Verdi sepertinya tak mengindahkan ucapan Melati.

"Jangan lakukan itu" Melati menendang Verdi agar menjauh dari nya.

Namun Verdi berhasil menangkap kaki Melati, dan membuka nya secara lebar-lebar. Dan kini Verdi sudah berada di atas tubuh Melati. Melati dengan sekuat tenanga memukul dan bergerak kesana kemari agar Verdi tidak melakukan hal itu lagi. Namun sayang, usaha Melati sepertinya sia-sia. Tenaga nya semakin melemah, membuat Verdi semakin leluasa bergerak, melepas paksa kain yang menutup tubuh Melati. Dan saat semua kain berhasil Verdi lepas, kini ia melakukan hal yang sama kepada Melati lagi.

Melati hanya bisa menangis, dengan kepala menoleh kesamping. Ia tidak ingin melihat wajah yang kini tepat dihadapan nya. Wajah yang paling ia benci.

Verdi bermain di tubuh Melati, menaik turunkan punggung nya. Bahkan tanganya juga sudah bermain di kedua gunung kembar milik Melati, awalnya permainan itu sangat ganas. Karna Verdi melakukan nya secara kasar. Namun lama-lama Verdi melakukan nya dengan menuntu perlahan. Tapi tetap saja Melati menangis.

Saat Verdi telah selesai dengan pekerjaan nya. Ia kembali mengenakkan pakaianya. Saat semua telah terpakai, ia melihat Melati yang masih terbaring lemah di atas tempat tidur sambil menangis.

"Aku benci padamu" ucap Verdi lalu memulai langkahnya.

"Apa salahku?" Tanya Melati dengan suara lirihnya, membuat Verdi menghentikan langkah nya.

Tanpa menoleh, Verdi tersenyum sinis. Dan berucap "karna kau telah lahir, itulah kesalahan mu terbesarmu." Dan kembali melangkah meninggalkan Melati seorang diri, dengan air mata yang terus jatuh dari pelupuk matanya.

Disepanjang perjalanan pulang, Verdi terus tersenyum mengingat wajah Melati yang terus menangis. Kesedihan dan kehancuran Melati adalah kesenangan buat Verdi. "Aku akan menghancurkan mu lebih dari ini. Lebih dari yang kau lakukan pada adikku" Gumamnya sambil mencengkram stir mobil dengan kedua tangan nya.

Saat mobil yang Verdi kendarai telah tiba di rumahnya. Verdi langsung turun, dan berjalan masuk kedalam rumah. Tepat saat ia masuk kedalam, mobil istrinya pun tiba. Verdi lalu menghentikan langkahnya menunggu istrinya yang di antar oleh supir pribadi turun dari mobil. Lagi-lagi sang istri pulang dalam keadaan mabuk. Membuat Verdi semakin geram melihat tingkah sang istri.

"Maaf tuan, nyonya .." Kata supir sambil memopang tubuh majikannya.

"Biar aku saja." Pinta Verdi mengambil alih istrinya. Di gendongnya tubuh sang istri masuk kedalam rumah. "Sampai kapan kau akan hidup seperti ini?" Verdi berucap dengan penuh kekesalan.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***