Lucy dan Aland berlari menuju sisi yang lebih gelap dan menghentikan langkah mereka di sana guna mengatur napasnya yang tersengal.
Di sisi lain, orang-orang yang mengejar mereka kini berusaha meminta timnya yang lain untuk melakukan penyergapan dari arah yang berbeda.
"Bagaimana pun, aku harus bisa mengambil kembali benda itu dari tangan mereka!" Gerald berambisi.
"Sepertinya di sini cukup aman." Aland berusaha mengatur napas dan melepas penat yang menggelayuti tubuhnya.
Sementara itu, Lucy sibuk mengotak-atik thorny bites miliknya. Ia menekan tombol yang ada di benda tersebut hingga layar hologram muncul dihadapannya.
Thorny bites adalah pistol berbentuk gelang, mirip dengan Widow Bites milik Blackwidow dalam film The Avengers. Hanya saja bedanya, thorny bites milik Lucy mengeluarkan peluru kecil berbentuk hampir mirip seperti duri, dan di setiap pelurunya terdapat racun yang dapat melumpuhkan musuh dalam sekejap.
Bukan hanya itu, thorny bites milik Lucy juga bisa mengeluarkan aliran listrik bertegangan tinggi, serta tali yang dapat di gunakan untuk melarikan diri kalau-kalau ia terjebak dalam situasi terjepit.
Berkat Amanda yang telah merancang ulang thorny bites miliknya, sekarang bahkan Lucy dapat berkomunikasi dengan menggunakan thorny bites miliknya yang dapat menerima panggilan telpon, serta beberapa hal lain yang berhubungan dengan sistem digital. Dan hal itulah yang tampaknya saat ini menjadi masalah bagi mereka.
Lucy melihat histori panggilan tak terjawabnya dan mendapati nomor Felix tertera di sana.
"Siapa?" tanya Aland dengan nada sedikit ketus melirik pada Lucy yang sedang mengecek panggilannya. Entah orang bodoh mana yang menelpon rekannya itu malam-malam sampai hampir membuat mereka tertangkap oleh Gerald dan kawanannya.
"Ini dari Felix," sahut Lucy. Wajah Aland semakin tampak masam ketika mendengar siapa yang baru saja menghubungi Lucy.
"Telpon balik saja, siapa tahu penting," ucapnya menahan wajahnya agar tetap terlihat tenang walaupun hatinya panas terbakar cemburu.
"Baiklah, sebentar." Lucy menekan tombol yang dalam sekejap menghubungkan panggilannya dengan Felix di seberang sana. Setelah nada dering sejenak, akhirnya Felix menjawab panggilan telponnya.
Sial! Dia selalu saja mengganggu saat aku sedang berduaan dengan Lucy. Tampaknya dia benar-benar tidak mau memberikanku celah untuk merebut Lucy kembali dalam pelukanku. Tapi herannya entah darimana dia tahu jika aku sedang berduaan dengan Lucy, setiap kali aku memiliki kesempatan berduaan dengannya. Dia selalu saja mengacaukan semuanya, kadang tiba-tiba telponlah, tiba-tiba menjemputlah, tiba-tiba mengirim pesan atau hadiahlah. benar-benar menyebalkan, rasanya aku seperti di awasi olehnya. Jika begini terus, aku benar-benar jadi tidak memiliki kesempatan sedikitpun! gerutu Aland dalam hatinya.
Aland menghela napas kasar, rasanya benar-benar memuakkan ketika Felix terus mengganggu kesempatannya untuk berduaan dengan Lucy.
Tap! Tap!
Suara langkah kaki yang mengalun lembut terdengar, membuat Aland seketika waspada.
Ia segera meraih pistol yang tergantung di antara pinggangnya, bersiap untuk setiap serangan yang bisa saja datang tanpa aba-aba.
"Lou, gawat. Mereka di sini," bisik Aland dengan suara pelan.
"Apa?" Lucy terkejut. Baru saja ia hendak berbicara dengan Felix, tapi gangguan mendadak datang.
Lucy meneruskan panggilan pada thorny bites-nya pada handsfree yang terpasang pada telinga kirinya, agar ia tidak perlu repot. Sementara itu, tangannya terangkat siap menembak.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments