Ayesha kembali menemui Danu setelah ia berjalan-jalan di luar area gedung selama lebih dari tiga puluh menit.
Ayesha membaca poin demi poin yang tertera pada kontrak kerja itu. Tidak ada hal privasi di sana, semua murni hanya berkaitan tentang pekerjaan saja. Ayesha dikontrak selama dua tahun setelah itu jika prestasinya baik, maka ia akan diangkat menjadi karyawan tetap atau dikontrak kembali.
Kemudian, Ayesha melihat bubuhan tanda tangan Kevin di tengah bawah pada lembar terakhir kontrak ini.
“Bagaimana, Mbak Ayesha?” tanya Danu yang lebih tua empat tahun dari Kevin.
Ayesha mengangguk. “Baik, Pak. Oke.”
“kalau begitu tanda tangan,” kata Danu lagi.
Ayesha pun langsung membubuhkan tanda tangannya di sana.
Setelah menyelesaikan urusannya dengan Danu, Ayesha pun pamit. Ia keluar dari ruangan itu diiringi oleh Danu yang juga hendak pulang. Hari ini ia menjadi lembur untuk proses perekrutan Ayesha.
“Kamu mau langsung pulang?” tanya Danu yang langsung mendapat gelengan dari Ayesha.
“Tidak, Pak. Saya janjian sama orang tua saya untuk makan malam bersama di restoran xxx.”
“Katanya orang tua kamu di Melbourne?” tanya Danu lagi.
“Iya, tapi sudah beberapa hari ini, mereka di sini karena rindu saya.”
“Oh.” Danu tersenyum dan membulatkan bibirnya.
Danu dan Ayesha berjalan beriringan menuju lift, hingga terdengar bunyi dan pintu lift terbuka di lantai dasar. Setelah pintu lift yang dinaiki Danu dan Ayesha terbuka, lalu pintu lift khusus Ceo pun terbuka di sebelahnya.
Kevin mengikuti langkah Ayesha dan Danu dari belakang.
“Mau bareng?” tanya Danu menawarkan tumpangan pada Ayesha.
Ayesha langsung menggeleng. “Tidak, Pak. Terima kasih.”
“Tidak apa, Ayo! Kebetulan saya juga melewati restoran itu.”
“Oh, ya?” tanya Ayesha polos.
“Ya.” Danu mengangguk.
Tiba-tiba Kevin menyalip langkah Danu dan Ayesha lalu berkata, “Ayesah ikut saya.”
Wanita bertubuh semok itu pun terkejut dan menganggukkan kepalanya. Ia pamit pada Danu dan berlari mengejar langkah Kevin.
Di depan lobby, mobil Kevin sudah tersedia. Kevin pun masuk menggantikan pegawainya yang telah mengantar mobil ini dari basement hingga lobby. Sementara Ayesha masih berdiri mematung di pintu lobby itu.
Kevin membuka jendela mobilnya. “Hei, mengapa masih di situ? Ayo naik!”
“Saya?” tanya Ayesha dengan menunjuk dirinya.
“Apa arah mataku melihat orang lain?” Kevin balik bertanya dengan tegas, membuat Ayesha ciut dan melakukan perintah pria tegas itu.
Di area itu, Ayesha menjadi pusat perhatian. Walau saat ini waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan jam pulang kerja sudah lama lewat, tapi masih ada sebagian orang yang baru keluar dari gedung itu dan menyaksikan Kevin tengah pulang bersama seorang wanita. Pemandangan yang sangat jarang dilihat. Di tambah yang dibawa Kevin bukanlah wanita sempurna seperti para wanita yang selama ini mengejar bos tampan itu.
Ayesha dan Kevin berada di dalam mobil. Ia duduk di samping Kevin yang sedang menyetir. Sesekali, Ayesha melirik ke arah Kevin. Namun, pria itu tampak tak melirik ke arahnya. Kevin serius mengendarai mobilnya dengan pandangan lurus ke depan. Padahal di benak Ayesha banyak sekali pertanyaan, tetapi bibirnya enggan untuk bersuara, mengingat lawan bicaranya pun sepertinya enggan berbicara.
Ayesha menautkan kedua jari jemarinya. Lalu, kembali menoleh ke arah Kevin. Tapi, pria itu masih dengan posisi sama, sehingga Ayesha kembali meluruskan pandangannya ke arah jalan.
“Kamu mau ke restoran xxx kan?” tanya Kevin membuat Ayesha menoleh ke arah pria yang sedang fokus menyetir itu.
Namun, Kevin tak menoleh ke arah Ayesha.
“Iya, Bapak juga mau ke sana?”
“Kalau di luar kantor, jangan memanggilku dengan sebutan itu! Kita bukan orang asing bukan?” Akhirnya Kevin menoleh ke arah Ayesha, membuat wanita itu pun tersenyum.
“Ayesha kira, Mas Kevin tidak ikut makan malam ini.”
“Tidak mungkin, tidak ikut. Mama pasti ngambek kalau aku tidak ikut,” jawab Kevin datar.
“Tapi, biasanya Mas Kevin memang ngga pernah ikut kalau ada pertemuan keluarga seperti ini,” celetuk Ayesha dan Kevin pun diam.
Setelah itu, mereka tak lagi berbincang, hingga mereka sampai di restoran mewah itu.
“Nah, yang di tunggu-tunggu akhirnya datang,” ucap Hanin melihat Kevin dan Ayesha menghampiri meja yang diduduki para orang tua mereka.
Kenan, Hanin, Vicky, dan Rea sudah duduk di sana. Kenan tidak kaget dengan postur tubuh Ayesha saat ini, karena sebelumnya Hanin sudah memberitahu tentang Ayesha yang sekarang, lengkap dengan fotonya, ketika mereka bertemu dan berbincang di sebuah mall.
Kenan tidak mempermasalahkan itu, yang penting ia melihat Ayesha dari keluarga yang baik dan cerdas.
“Hai, Om ... Tante. Apa kabar?” Ayesha dengan langkah senyum mendekati Kenan dan Hanin sembari mengulurkan tangan untuk mencium punggung tangan orang tua Kevin.
“Baik. Kamu apa kabar Ay?” Tanya Kenan.
“Baik, Om.”
Kevin menyalami Rea. “Hai, Tante Rea.”
“Hai, Kev. Makin ganteng aja kamu.”
Kevin tersenyum dan beralih ke Vicky.
“Ya anak siapa dulu,” kata Vicky.
“Bibitnya dari singkong premium,” sahut Kenan membuat kedua pria gila itu tertawa.
Kevin hanya menggeleng, mendengar candaan ayah dan sahabatnya itu.
“By the way, kok kalian bisa ke sini barengan?” tanya Hanin yang diangguki oleh Rea.
Kevin menggeser kursi dan duduk. Begitu pun dengan Ayesha yang menggeser kursi di samping Kevin dan duduk di sebelahnya.
“Ayesha melamar di kantor,” jawab Kevin santai.
“Kamu melaamr di Adhitama Grup?” tanya Vicky terkejut.
Ayesha nyengir. “iya, Pa.”
Vicky menarik nafasnya kasar. Tapi Kenan dan Hanin tersenyum.
“Kamu ngga bilang Papamu, Ay?” tanya Rea.
“Maaf, Ma. Soalnya sudah lama juga Ayesha nganggur, jadi minggu kemarin Ay buka situs loker dan Adhitama Grup membutuhkan karyawan. Jadi Ayesha ikut daftar.”
“Kamu terima kan, Kev?” tanya Kenan pada putranya.
Kevin mengangguk. “Kebetulan perusahaan memang sangat butuh orang seperti Ayesha dan kata Om Vicky Ayesha cukup handal dibidang itu.”
“Ya, tunjukan kemampuanmu, Ay,’ celetuk Vicky.
“Tentu, Pa.” Ayesha tersenyum.
“Oh my God. Ternyata kalian sudah dekat. Jadi sepertinya Mama tidak perlu mendekatkan kalian lagi,” ujar Hanin.
“Maksudnya?” tanya Ayesha bingung.
“Begini, Ay. Seperti yang tante pernah bilang waktu kita ketemu. Tante pengen banget Ayesha jadi menantu Tante,” ucap Hanin.
Memang ketika ia bertemu Ayesha, Hanin menceritakan tentang Kevin yang sedang mencari pendamping. Namun, Ayesha tak mengira bahwa dirinya menjadi kandidat calon pendamping untuk Kevin.
Kevin hanya menjadi pendengar. Ia tak bersuara dan mengikuti alu pembicaraan ini saja.
Ayesha melirik ke arah Kevin yang terlihat tenang. Kevin memag tampak selalu tenang. Jiwa pemimpinnya sangat kentara. Hal itu juga yang membuat dirinya disegani oleh rival di luar, walau Kevin masih tergolong muda sebagai pengusaha.
Dan, ketenangan Kevin yang Ayesha sukai.
“Hmm ... tapi Mas Kevin nya?” tanya Ayesha ragu.
“Oke,” jawab Kevin lantang, membuat Hanin dan Kenan tersenyum lebar.
“Tuh, kan? Kevin oke. Kamu juga mau kan?” tanya Hanin.
Ayesha diam dan menatap wajah Kevin yang juga menatapnya. Kevin tidak meminta persyaratan kepada Ayesha sekarang, apalagi saat ini ada orang tua mereka. ia akan mengajukan persyaratan pra nikah di kantor nanti.
Tak lama kemudian, kepala Ayesha mengangguk pelan.
“Kamu setuju, Nak?” tanya Rea.
“Papa tidak memaksamu, Ay. Kamu bebas mengambil keputusan,” ucap Vicky.
Ayesha memandang kedua orang tuanya dengan senyum. “Ayesha setuju, Ma. Pa. Ayesha tidak merasa terpaksa.”
Kevin pun menatap ke arah Ayesha. Ia masih belum tahu tentang Ayesha. Apakah Ayesha baik atau tidak? Yang Kevin tahu Ayesha adalah anak kecil yang manja dan ceroboh. Tapi demi sang ibu, ia akan memulai hubungan ini dan satu lagi, demi bibir manis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
May Keisya
demi bibir manis yg pengen diulang2 lagi rasanya😂
2024-10-13
0
Nayla Sasha
seru juga ya thorrr makin ke sini makin greget akurnya THE BEST pokoknya thorrr👍👍👍👍👍👍
2023-10-24
1
💫R𝓮𝓪lme🦋💞
demi bibir manis katamu Kevin🙈🙈
2023-02-17
0