Ayesha menaiki pesawat dengan rute Melbourne Bali. Ia melakukan perjalanan cukup jauh dan membosankan, karena biasanya ketika mengunjungi adik ibunya yang berada di Bali dan Jakarta, ia selalu bersama ibu dan ayahnya, atau paling tidak ia bersama Vinza, sang kakak.
Rea memiliki dua adik bernama Thia dan Nisa. Thia memiliki suami seorang pilot dan menetap di Bali, sementara dirinya adalah seorang apoteker dan bekerja di sebuah rumah sakit terkemuka. Thia memiliki dua anak berusia tujuh balas tahun dan empat belas tahun. Sedangkan adik kedua Rea yang bernama Nisa menetap di Jakarta. Dia dan suaminya bekerja sebagai dosen di universitas berbeda. Nisa juga memiliki dua anak yang berusia dua belas dan delapan tahun.
Rea sungguh bersyukur menikah dengan Vicky, karena pria itu tak tanggung-tanggung menyekolahkan kedua adiknya, hingga selesai strata dua dan mereka menjadi seperti saat ini. Ternyata feeling Thia dan Nisa terbukti. Rea juga berterima kasih kepada kedua adiknya yang telah merencanakan pernikahan dadakannya dulu.
Rencananya, setelah beberapa minggu di Bali, Ayesha akan ke Jakarta untuk menemui Aunty Nisa.
Setelah empat belas jam lima belas menit di perjalanan dengan satu kali transit, akhirnya Ayesha sampai di I Gusti Ngurah Rai. Pesawatnya landing tepat pukul 13.45. Di luar, Bagas dan Ayu sudah menunggu untuk menjemput kakak sepupunya.
“Mana Kak Ay, Mas? Kok belum muncul.” Tanya Ayu, anak kedua Thia.
Bagas, anak pertama Thia, melihat jam di tangan kanannnya dan menjawab, “baru juga landing, belum pemeriksaan bagasi.”
“Uh, masih lama dong, Mas?’
“Sabar, Dek.”
Walau Thia dan keluarganya sudah empat tahun di Bali, tetapi bahasa daerah Jawa Tengah-nya masih kental, karena sebelumnya mereka menetap di Jogja dan ayah mereka pun berasal dari sana.
Di dalan bandara, Ayesah masih menunggu koper yang keluar dari bagasi. Ia mengaktifkan selularnya dan memberi kabar pada sang ibu melalui chat. Ayesha sibuk dengan ponselnya sambil berjalan ke arah koper-koper besar yang sedang berputar.
Bugh
Tanpa sengaja, Ayesha menubruk punggung belakang seorang pria dengan cukup kencang. untung saja, pria itu memiliki tubuh atletis sehingga ia tak terjatuh.
Pria itu pun menoleh ke belakang dengan tampang tak bersahabat.
“Eh, Maaf Sir.” Ayesha tersenyum dan membungkukkan sedikit tubuhnya.
Pria itu tak tersenyum dan hanya menggelengkan kepalanya. Lalu, mereka pun berdiri di tempat berbeda.
“Kenapa, Bro?” tanya Sean.
“Tuh cewek nabrak gue.”
Sontak Sean menoleh ke arah wanita yang menabrak Kevin tadi. Ya, pria itu adalah Kevin.
“Cantik, tapi sayang agak sedikit overload,” kata Sean.
Kevin tertawa. “Lu kira muatan barang.”
Sean pun tertawa.
“By the way, Kayla sama Aldi di mana?”tanya Kevin lagi.
“Hmm ... tadi Kayla minta Aldi nganterin dia ke toilet.”
“Oh.”
Tak lama kemudian koper hitam dengan merk ternama muncul. Koper limited edition keluaran Christian Dior.
Ayesha langsung melihat koper yang ia yakini adalah miliknya dan segera mengangkat dari alat yang berputar itu. Lalu, ia menaruh koper itu ke troly. Sean dan Kevin melihat Ayesha pergerakan Ayesha karena kebetulan Ayesha berdiri di posisi pertama kali koper muncul.
“Eh itu koper gue bukan sih?” tanya Kevin pada Sean ketika melihat koper dengan warna dan bentuk yang ia yakini sebagai miliknya dibawa Ayesha.
“Tuh, koper lu di belakangnya.”
Kevin pun mengangguk, saat ia melihat lagi warna dan bentuk yang sama muncul.
“Katanya koper limited adition, ternyata ada yang punya juga,” ledek Sean pada Kevin saat mengangkat koper bosnya.
Pasalnya koper miliki Kevin dan Ayesha memang benar-benar sama.
“itu nyokap gue yang beliin. Beliau bilang sih begitu.”
“Ah, elu. Apa juga dibeliin nyokap. Sampe celana d*l*m aja dibeliin nyokap. Parah,” ledek Sean lagi.
“Ssst ...” Kevin menutup mulut Sean. “Jaga mulut lu!”
Sontak Sean pun tertawa.
“Eh koper gue udah ada ya?” tanya Aldi yang jalan bersama Kayla menghampiri Sean dan Kevin.
“Telat, lagian lama amat sih di toilet,” jawab Sean yang memang sudah menaruh koper Aldi dan Kayla di troli.
“Kalian ngga ngapa-ngapain kan di sana?” tanya Kevin, melihat tajam ke arah Aldi.
“Ngga lah, Kev. Lagian Kayla ngga bisa dimacem-macemin,” jawab Aldi, membuat Kayla memukul lengan kekasihnya.
Sean hanya tersenyum dan Kevin meminta mereka untuk melanjutkan perjalanan. Kayla dan Aldi berjalan di depan Kevin dan Sean. Kayla tak melepaskan tangannya di lengan Aldi. Mereka bercanda dan saling tertawa.
“Kak Ay,” teriak ayu ketika melihat kakak sepupunya.
Ayesha langsung menoleh ke sumber suara itu dan berteriak. “Aaaa ...”
Mereka pun berhambur peluk.
“Ayu makin cantik aja,” kata Ayesha melihat adik sepupunya yang sudah beranjak dewasa.
“Kak Ay juga makin cantik,” jawab Ayu. “Walau sedikit. Hmm ...” Ayu menggelembungkan pipinya.
“Hush ...” Bagas memberi peringatan pada adiknya dan Ayu pun nyengir.
“Iya, nih. Susah banget diet,” rengek Ayesha.
“Tenang, Kak. Nanti, aku ajak Kak Ay main anggar,” ucap Bagas yang memang menyukai olahraga itu sejak SMP.
Ayesha menggeleng. “Ogah, takut. Setiap ke sini pasti main anggar sama kamu dan berakhir lecet dimana-mana.”
Bagas dan Ayu tertawa.
“Itu bagus, Kak. Melatih keseimbangan dan gerak.”
Kemudian, Bagas dan Ayu membawa Ayesha untuk menaiki mobilnya.
“Eh, kamu udah dibolehin nyetir? Emang udah punya SIM?” tanya Ayesha pada Bagas.
“Baru dapet, Kak. Tenang.” Bagas membuka pintu mobilnya untuk Ayesha, lalu untuk adiknya. Putra sulung Thia itu memang so sweet.
****
Ayesha di sambut oleh Thia dan suaminya. Kebetulan ia datang dihari libur kerja, sehingga Thia bisa memasak enak untuk menyambut keponakannya.
“Semoga kamu betah di sini ya, Ay. Soalnya tante ngga bisa ajak kamu jalan-jalan karena di rumah sakit lagi banyak kerjaan,” kata Thia sambil menggandeng bahu keponakannya yang baru sampai.
“Ngga apa-apa, Aunty. Lagi pula ada Bagas dan Ayu kok.” Ayesha melihat Ayu yang menunjukkan ibu jarinya ke atas dan Bagas pun demikian.
Kedua remaja itu sepertinya siap menjadi Guide untuk Ayesha.
“Kebetulan om juga dinas besok,” ucap suami Thia yang akan membawa pesawat ke Kanada.
“Iya om, tidak apa-apa,” jawab Ayesha tersenyum.
Lalu, mereka bercengkerama sebentar sebelum Ayesha masuk ke dalam kamar dan istirahat sambil menunggu makan malam.
Di tempat berbeda, Kevin, Sean, Kayla, dan Aldi sampai di hotel. Mereka akan berada di kota ini sekitar empat hari. itu pun karena urusan pekerjaan. Kevin meng-akuisisi salah satu hotel yang berada di sini, sekaligus mengecek laporan perputaran pengiriman udang di kota ini.
“Ini kamar lu, Kay dan itu kamar Aldi.”
“Ck. Gue sekamar sama Sean? Ya ampun, Kev. Masih aja sih, gue sekamar sama Sean. Gue kira, gue dipesenin kamar sendiri,” keluh Aldi.
Kevin menggeleng. “Sorry, gue ga percaya kalo lu pesen kamar sendiri. Kalo berdua Sean kan bisa ada yang ngawasin.”
Kayla tertawa. Seperti inilah Kevin menjaga dirinya. Protektif.
“Yank, kamu bilang dong ke sepupu kamu. Kita tuh udah dewasa. Masa iya begini terus,” kata Aldi kesal.
“Tapi lu bedua belom nikah,” ucap Sean.
Kevin mengangguk. “Makanya cepet nikahin Kayla.”
“Mau gue juga gitu, Kev. Tapi lu tahu sendiri bokap Kayla masih ga setuju sama gua.”
“Ya udah kalau gitu, tahan,” jawab singkat Kevin yang langsung memasuki kamarnya.
“Tahan, Bro!” ledek Sean pada Aldi.
Dan, Kayla hanya tertawa. lalu, masuk ke dalam kamarnya juga.
Aldi mengikuti Sean yang masuk ke kamar Kevin. Meeka bertiga berada di dalam kamar itu.
“Ah, akhirnya sampe juga.” Kevin langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
Sedangkan Sean dan Aldi duduk di sofa.
“Terus, kapan Kevin ketemu sama model yang lu kenalin itu, Al?” tanya Sean.
“Nanti malam,” jawab Aldi.
“Ah, serius?” Kevin bangkit dari tidurnya. “Gue mau istirahat dulu. Capek!”
“Dia bisanya nanti malam, Kev. Lagian dia juga mau kok nemuin lu di sini,” jawab Aldi.
“Oh. Oke lah kalau begitu.” Kevin mengangguk dan menghampiri kopernya. Ia ingin mengambil sesuatu di dalam sana.
Kevin mengangkat koper itu ke atas tempat tidur. Namun, saat ia terkejut saat membuka benda itu.
“What? Apa-apaan ini?” Tanya Kevin dengan suara cukup keras membuat Sean dan Aldi menghampirinya.
Sean langsung tertawa dan mengambil isi di dalam koper itu. “Hahahaha ... hotpants?”
Aldi pun ikut tertawa. “Gila nih CD nya gede amat.”
Sean ikut tertawa saat Aldi mengangkat kain yang disinyalir adalah sebuah underware.
“Gambarnya hello kitty lagi.” Sean kembali tertawa.
Kevin pun mengaduk-ngaduk isi koper itu yang semua adalah milik wanita.
“Gila, BH-nya aja ukuran berapa nih?” tanya Aldi tertawa.
Sean menoleh ke arah Aldi dan melihat benda yang dipegang sahabatnya itu. “Wiuh, mantep. Bisa kenyang dapet susu kek gini.”
Kevin langsung menarik benda yang dipegang Aldi. “Dasar lu berdua, otak mesum.”
Kevin memasukkan kembali benda-benda keramat itu ke tempat semula dan mengunci kembali koper itu.
Sean dan Aldi masih tertawa geli, hingga mereka memegang perutnya masing-masing. Tapi tidak dengan Kevin, ia tak tampak tertawa sama sekali sejak melihat isi koper itu. Justru ia tengah berpikir, sepertinya kopernya tertukar dengan wanita subur itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
May Keisya
setres 🤣🤣
2024-10-13
0
May Keisya
🤣🤣🤣
2024-10-13
0
Fastabiqul Khairat
masak penerbangan Australia - Bali 14 jam Thor. seharusnya cuma 4 jam
2024-06-09
1