Setelah kejadian malam itu, Ayesha sering melihat Tian jalan bersama dengan Jessi. Kini, ia dan Jessi tidak lagi bersahabat. Jessi sendiri yang memilih untuk menghindari Ayesha. Semua orang di kampus mengira bahwa Ayesha dan Tian sudah putus.
“Ya iya lah diputusin. Cewek ga menarik kaya gitu,” ujar salah seorang yang Ayesha lewati ketika berjalan.
Ayesha menoleh ke sumber suara itu dan orang-orang itu malah menertawainya. Ia cukup kebal dengan semua lontaran perkataan itu. ia berlari ke toilet dan menangis di sana, hingga ada seseorang yang memberikan tisu dari belakang.
“Nih!”
Ayesha menoleh untuk melihat pria itu. Lalu, mengambil benda yang dia sodorkan. Pria itu juga merupakan mahasiswa indonesia yang cukup Ayesha kenal. Namanya Henry.
“Makasih, Hen,” ucap Ayesha.
“Udah, ga usah di dengerin omongan orang. Toh, sebentar lagi juga kita wisuda. Kamu ga akan ketemu dengan orang-orang itu.”
Ayesha mengangguk sembari mengusap air mata yang mengalir di pipinya. “Ya, kamu benar.”
“Ayo, makan siang denganku!” ajak Henry.
Ayesha pun mengangguk. Ia dan Henry memang pernah terlibat projek bersama. Ketika itu, mereka satu kelompok pada salah satu mata kuliah untuk melakukan sebuah riset. Henry pria yang tak banyak bicara, sehingga Ayesha tidak tahu banyak tentangnya.
“Kamu tidak malu jalan denganku?” tanya Ayesha pada Henry saat mereka berjalan beriringan menuju sebuah Cafe.
Henry menggeleng. “Kenapa harus malu?” tanyanya.
Ayesha tersenyum menatap wajah Henry, lalu mengalihkan lagi lurus ke depan.
Sedangkan Henry hanya bersikap datar. Namun hatinya bergumam ketika melirik ke arah Ayesha saat wanita itu memandang lurus ke depan. “Sebenarnya kamu cantik, Ay.”
Beberapa menit kemudian. Ayesha dan Henry duduk di sebuah Cafe. Tanpa mereka sadari, ternyata Tian dan Jessi pun berada di dalam sana. hanya saja Tian dan Jessi duduk di dalam Cafe, sementara Ayesha dan Henry duduk di luar cafe.
Tanpa Tian sadari, arah matanya sedari tadi terus melirik ke arah luar, membuat Jessi ikut melihat apa yang sedang Tian perhatikan.
“Katanya udah ga peduli sama cewek gendut itu,” ujar Jessi.
Tian menyeruput kopi di cangkir yang tengah ia pegang. “Emang ngga.”
“Terus kenapa dari tadi melirik ke luar terus?” tanya Jessi.
“Mau tau aja siapa cowok duduk sama Ayesha,” jawab Tian santai. Padahal di balik itu, entah mengapa ia sedikit kesal. Pasalnya Ayesha tidak pernah memiliki teman laki-laki selain dirinya.
“Kenapa sih kamu ga putusin dia aja, Yan? Lagian kalian juga udah ga pernah komunikasi lagi kan?” tanya Jessi lagi, mengompori kekasih Ayesha.
“Aku pantang mutusin perempuan, Jes.”
“Tapi selingkuhin bisa,” sahut Jessi, membuat Tian membulatkan matanya ke arah wanita itu.
“Ini kan karena kamu yang menggodaku duluan.”
“Tapi kamu juga ga nolak tubuh aku.”
“Kucing kalau dikasih ikan pasti ga nolak, Jes.” Jawab Tian.
Mereka terus berdebat. Sementara di luar, Ayesha dan Henry justru malah tengah asyik berbincang hingga perlahan Ayesha mulai tersenyum dan sedikit tertawa ketika perbincangan itu ada yang sedikit lucu.
“Ck.” Jessi berdecak kesal dan meninggalkan Tian yang masih duduk di sana. Ia pun keluar dari Cafe dengan memandang sinis Ayesha ketika sampai di luar.
Tian mengikuti Jessi tanpa menoleh ke arah Ayesha seolah ia tak melihat gadis berkacamata dan bertubuh tidak proporsional itu.
Ayesha melirik ke arah Jessi tadi, lalu ke arah Tian yang sedang mengejar sahabat yang sudah tak lagi menjadi sahabatnya. Sampai kapan ia tak dianggap seperti ini? Sepertinya ia memang harus mengambil keputusan, karena tidak ada itikad baik dari Tian. Walau sudah dimaafkan Tian seperti sudah tidak ingin melanjutkan hubungan ini lagi.
Sesampainya di rumah. Ayesha langsung berlari menuju dapur. Ia minum seperti orang kesetanan, hingga satu botol yang berisi satu liter air itu ditenggak habis.
“Kamu haus, Ay?” tanya sang ibu.
“Haus, Ma. Lapar juga. Mama masak apa?” Ayesha balik bertanya sambil menggeledah isi meja makan.
“Ay, makan pelan-pelan. Ngga ada yang minta kok,” ujar Rea yang melihat putrinya makan dengan cepat.
“Ay, lagi kesel, Ma. Jadi bawaannya laper terus.”
Rea tertawa. Ayesha memang mirip seperti dirinya dulu. Saat kesal dan stres, Rea memang melampiaskannya dengan makan, tapi untungnya dia tidak besar seperti putrinya. Entah mengapa Ayesha tumbuh subur? Padahal dari keluarga Rea tidak ada keluarganya yang memiliki postur subur seperti putrinya. Hanya kata Vicky, suami Rea sekaligus ayah Ayesha, almarhum ibu Vicky dulu memang berbadan subur. Berarti Ayesha menuruni perawakan neneknya.
“Memang kamu kesal sama siapa?” tanya Rea.
“Tian.”
“Oh, iya. Apa kabar dia?” tanya rea lagi.
“Buruk.”
“Maksudnya?” Rea menarik kursi meja makan itu untuk bicara lebih dekat dengan putrinya.
Sore ini, Vicky dan Vinza belum pulang kerja, hanya ada Rea, Ayesha dan dua orang asisten rumah tangga saja. Sehingga mereka leluasa untuk berbincang, karena biasanya Vinza dan sang ayah menjadi pengganggu obrolan para wanita.
Ayesha melirik ke arah ibunya. Sedari kemarin ia memang ingin sekali mengadu pada sang ibu, tetapi sang ibu selalu didominasi oleh ayahnya yang sedang berada di rumah beberapa hari. Ia menelan semua makanan yang ada di mulutnya, lalu minum dan mengusap bibirnya.
“Ma,” panggil Ayesha. “Mama pernah dikhianati pacar?” tanya Ayesha lirih.
Rea tersenyum. “Kamu dikhianati Tian?” tanyanya.
Ayesha mengangguk. “Rasanya sakit sekali, Ma.” Tiba-tiba gadis itu kembali menangis.
Rea refleks memeluk putrinya. Ia memang pernah merasakan apa yang putrinya rasakan saat ini. “Ya, memang sakit, Ay. Tapi itu lebih baik.”
“Maksud, Mama?” Ayesha melonggarkan pelukannya dan menatap sang ibu.
“Lebih baik kamu mengetahuinya sekarang saat kalian belum menikah, dibanding kamu mengetahui kebrengs*kan dia setelah kalian menikah. Itu akan lebih sakit dan lebih sulit.”
Ayesha terdiam dan berkata lagi, “Tian selingkuh dengan Jessi, Ma.”
Rea tidak terkejut. Beberapa kali Jessi datang ke rumah ini dan bertemu dengan sahabat putrinya itu. ia memang melihat bahwa Jessi adalah wanita yang agresif dan berani. Sempat Jessi menggoda Vinza, ketika ia main ke rumah ini dan Abang Ayesha sedang di rumah.
Ayesha menangis di pelukan ibunya.
“Lebih baik bersama mantan cowok nakal, di banding cowok yang baru mulai nakal,” ujar Rea sambil mengusap punggung belakang putrinya.
Ayesha melonggarkan pelukan. “Seperti Papa?”
Rea tertawa. “Ya, bisa dibilang begitu.”
Ayesha pun tertawa. “Tapi Ay ga percaya kalau Papa dulunya nakal.”
Rea ikut tertawa. “Karena sekarang Mama sudah menjinakkannya.”
Kedua wanita itu pun tertawa. Rea senang melihat putrinya kembali tertawa, pasalnya beberapa minggu terakhir ia selalu murung.
“Ma, kira-kira Ayesha bakal dapet suami kaya Papa ngga ya? Yang baik, perhatian, dan bucin ke Ay.”
Rea tersenyum dan mengelus rambut putrinya yang sudah dewasa, tetapi tingkahnya masih saja seperti anak kecil. Maklum bungsu.
“Bisa. Percayalah bahwa orang baik akan bertemu yang baik juga. begitu pun sebaliknya,” jawab Rea.
Ayesha tersenyum dan memeluk sang ibu. “Terima kasih, Ma. Aku sayang Mama.”
“Mama juga sayang kamu.”
****
Hari wisuda Ayesha pun tiba. Semua orang bersorak senang karena akhirnya mereka mendapat gelar magister. Hari bahagia itu dihadiri oleh para orang tua tak terkecuali Tian. Orang tua Tian dan Ayesha pun duduk bersebelahan.
“Dia kekasihmu kan, Yan?” tanya ayah Tian.
Tian mengangguk.
“Kalian tidak sedang ada masalah kan? Kok Mami lihat kalian berjauhan?” tanya ibu Tian.
Pasalnya ayah dan Ibu Tian setuju putranya berpacaran dengan Ayesha, karena mereka tahu Ayesha juga dari keluarga kaya dan memiliki bibit bebet bobot yang bagus.
Tian menggeleng. “Tidak, Mam.”
Mereka kembali fokus pada acara di depan.
Tak lama kemudian, nama Ayesha disebut karena termasuk dalam mahasiswa dengan nilai cumlaude.
“Yeaay ... anak Papa hebat.” Vicky bertepuk tangan dengan kencang.
“Siapa dulu yang lahirin,” kata Rea berbisik di telinga suaminya.
“Bibitnya siapa dulu? Ini karena kita melakukannya setiap malam.”
“Mas,” rengek Rea sambil mencubit pinggang suaminya.
“Aww, sakit sayang.” Vicky meringis karena cubitan itu dan tersenyum melihat istrinya manyun.
Walau Ayesha kebagian subur dari segi postur tubuh, ternyata otaknya juga subur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
💫R𝓮𝓪lme🦋💞
bener kata mama rea,,ay mending sama mantan orang nakal daripada yg baru mulai nakalny🤩
2023-02-15
1
Putri Minwa
cerita yang menarik
2022-11-13
0
Putri Minwa
kita saling dukung ya thor tetap semangat
2022-11-12
0