Zafran menghisap rokoknya dalam-dalam. Cowok itu menyembulkan asapnya ke atas berbentuk bulat-bulat. Zafran tidak bolos sendirian, dia bersama dua teman lainnya, Ferdi dan Laka.
Keduanya sudah selesai merokok sejak datang ke sekolah. Beda dengan Zafran, cowok itu berhasil ditangkap guru BK sebelum sampai di kantin pojok.
"Gimana kemarin, menang atau kalah lo balapan sama si Gavin?" tanya Ferdi mencomot pisang goreng coklat.
"Kalah,"
"Tumben lo kalah?" seru Laka.
"Gavin modifikasi motor gue, rem gue blong."
"Gila si Gavin, untung lo gak kecelakaan," sahut Ferdi.
"Siapa bilang? Gue nyungsep di selokan."
Ferdi dan Laka saling pandang kemudian mereka tertawa terbahak-bahak membayangkan bagaimana ngenesnya sahabat mereka. "Nyesel gue gak ikut,"
Laka mengangguk menyetujui ucapan Ferdi. "Sama bro, kalau semua orang tau lo nyungsep di selokan, julukan lo bukan lagi jadi bad boy, tapi sial boy," kelakar Laka.
"Bangsat lo berdua!"
Ferdi dan Laka semakin tertawa kencang. Sedangkan Zafran semakin mengeraskan hisapan rokoknya. Tawa mereka tiba-tiba berhenti saat sebuah bola terlempar di atas meja mereka.
Zafran membuang rokoknya. Dia menatap Gavin nyalang. "Buta mata lo, Vin?"
"Tanding basket!" sahut Gavin singkat. Dia menantang Zafran bermain basket. Namun ia tak mengambil bola yang ada terlempar di dekat Zafran.
Ferdi menginjak bola berwarna oranye tersebut. "Gimana? Tanding?"
Zafran mengambil tasnya. Ia berdiri dari duduknya. Ferdi mengangguk senang, dia suka melihat Zafran menerima tantangan dari Gavin.
...***...
Zafran dan Gavin menjadi ketua di masing-masing tim mereka. Mereka berdua saling menatap tajam satu sama lain. Padahal saat ini masih ada jam pelajaran, tapi kedua cowok itu tak mempedulikan sekolah. Mereka lebih memilih bertanding basket daripada ikut pelajaran.
Zafran dan Gavin tak mengkhawatirkan itu, karna otak mereka berdua telah dilengkapi dengan kejeniusan.
Banyak siswi-siswi yang izin ke toilet tapi nyatanya mereka duduk di pinggir lapangan menyemangati idola mereka. Si api utara dan es selatan. Mereka sudah sering melihat pertandingan sengit keduanya, tapi ini adalah kedua kalinya Alesha melihat mereka adu kekuatan.
Yang pertama saat balapan sepulang sekolah, dan yang kedua adalah sekarang, pertandingan basket.
"Gak cuma sekali mereka adu kekuatan, tapi lo bakal lebih sering lihat mereka berantem gara-gara hal sepele," kata Martha.
"Gue tau. Kemarin mereka balapan kan di jalan raya?"
Martha mengangguk. "Iya, gue denger dari grup sekolah,"
"Grup sekolah? Masukin gue juga dong, gue pengen gabung,"
"Aelah, gabung aja kali, lo tinggal buka pesbuk dan gabung grup,"
"Pesbuk? Apa itu pesbuk?"
"Lo orang mana sih kagak tau pesbuk?"
"Orang bumi,"
"Bumi? Alien kali,"
Alesha terkekeh. "Tapi gue beneran kagak tau apa itu pesbuk,"
Martha mendengus kesal. Cewek itu membuka ponselnya dan menunjukkan aplikasi berwarna biru. "Nih, facebook!"
"Gimana cara pakainya?"
Martha menoleh cepat ke Alesha. "Lo beneran gak tau cara gunainnya?"
Alesha menggeleng, "Enggak,"
"Lo punya aplikasi apa aja?"
"Em, WhatsApp doang?"
"WA doang?" kaget Martha.
Alesha mengangguk lagi.
"Ig? Tiktok? Twitter? Lo gak punya?"
Alesha menggeleng. "Gak,"
"Ya ampun Alesh-" ucapan Martha terpotong.
"Lo berdua kalau gak mau gue tendang, diam!"
Alesha dan Martha menoleh. Wajah Zafran berada di depan mereka. Mata Alesha terjatuh pada kalung taring yang tergantung di lehernya. Bukan hanya itu, tapi sebuah roti yang ada di balik baju tersebut membuat pipi Alesha menjadi panas.
Pipinya merona. Dia sulit meneguk salivanya. Zafran menarik dagu Alesha. "Kalau ada orang yang ngomong, tatap matanya bukan badannya."
Mata Alesha berkedip cepat. Dia menghempaskan tangan Zafran. Cewek itu mengalihkan pandangannya. "Apaan sih lo! Gue ke sini karna dipaksa Martha."
"M-maaf Zafran, tapi gue bakalan diem kok," ucap Martha setengah tersenyum takut. Tangannya menggenggam tangan Alesha. Cewek itu sedikit terjingkat merasakan tangan Martha yang dingin ketakutan.
"Sekali lagi lo rame, gue pastikan lo angkat kaki dari sekolah ini!"
Martha meneguk ludahnya. Dia mengangguk kaku. Zafran beralih menatap Alesha. Cowok itu memantulkan bola basket ke dahi Alesha.
"Aduh, sakit!" Alesha mengaduh kesakitan. Dia mengusap keningnya.
"Lemah!" umpat Zafran.
Cowok itu kembali ke tempatnya. Peluit berbunyi, pertandingan telah di mulai. Posisi bola telah direbut oleh tim Zafran. Ferdi mendrible bola, dia terus mengigiring dan menghindari lawan dengan gesit hingga lawan kewalahan.
Di depan sudah ada Gavin yang menghadang, lebih tepatnya menghalangi Zafran mendapatkan bola dari Ferdi. Tapi Ferdi dan Zafran sudah memiliki rencana lain, cowok itu mengoper bola ke Laka. Gavin berdecak kesal, ia pun berlari ke arah Laka dan merebut bolanya.
Na'as, Laka melemparnya kembali ke Ferdi dan Ferdi mengoper ke Zafran. Tanpa menunggu waktu lama, Zafran memasukkan bola ke dalam ring basket dengan sempurna.
Poin kembali didapatkan oleh tim Zafran. Mereka saling tos satu sama lain. Di pinggir lama, sorak sorai memenuhi lapangan. Banyak siswa yang tidak ikut pelajaran demi melihat kedua most wanted SMA Galaxy.
"Zafran semangat,"
"Gavin jangan menyerah,"
"Gavin kamu pasti bisa, ada aku yang selalu mendukungmu!"
"Zafran idamanku,"
Begitulah rata-rata teriakan para wanita. Tidak dengan Alesha, cewek itu fokus mempelajari beberapa aplikasi yang baru saja ia download.
Martha menyenggol bahu Alesha. Cewek itu berdeham, "Hm?"
"Lo dukung siapa?"
"Gak ada,"
"Setiap pertandingan pasti hanya ada satu pemenang, kalau lo harus memilih diantara keduanya, lo pilih siapa?"
Alesha menghembuskan napas pelan. Ia menatap malas Martha. "Gak ada!" ucap Alesha penuh penekanan.
Martha mengerucutkan bibir sebal. "Gak asik lo ah!"
Martha membiarkan Alesha asik dengan kegiatannya, cewek itu kembali fokus pada pertandingan. Kini Gavin mulai mengambil alih posisi bola. Cowok itu tidak mengoper sama sekali. Dia membawa bola itu sendiri ke ring lawan.
Zafran menghadang Gavin. Gavin sedikit kewalahan untuk menghindari Zafran. Karna cowok itu sangat pandai memanipulasi gerakan. Tapi Gavin lebih pandai dalam menipu muslihat lawan.
Cowok itu bergerak seolah mengoper, Zafran lengah hingga akhirnya Gavin berhasil menyenggol bahunya dan berlari memasukkan bola ke dalam ring.
Sebelum bola tersebut masuk, Zafran langsung berbalik, menangkap bola dan langsung melemparnya ke dalam ring lawan dengan keras. Niatnya membuang bola, tapi ternyata keberuntungan sedang berpihak kepada Zafran. Bola tersebut terpental di kepala Laka dan akhirnya masuk ke dalam ring tanpa sengaja.
Mereka semua melongo melihat kejadian tersebut. Bahkan ada yang secara terang-terangan merekam aksi Zafran yang sangat langka.
"Oh my god, Zafran! Lo kenapa cakep banget sihh!" ucap para cewek.
"Lemparan yang sempurna," gumam para cowok.
Jika para lelaki melihat gaya serta teknik pertandingan, beda dengan para wanita, mereka hanya melihat betapa kerennya cowok yang mereka anggap pacar mereka.
Lagi-lagi tim Zafran mendapatkan poin. Dan pertandingan tersisa satu menit lagi, mustahil bagi tim Gavin mengejar ketertinggalan.
"Ngaku kalah belum terlambat," seru Zafran menepuk pundak Gavin.
Cowok itu menghempaskan tangan Zafran.
"Lo yang nantang, lo yang juga yang kalah. Gak malu?"
Gavin menatapnya datar. Dia membungkam mulutnya untuk tetap tidak berbicara.
Peluit kembali berbunyi menandakan pertandingan telah usai. Zafran tersenyum smirk. Dia memegang bolanya. Setelah itu melemparnya ke Gavin.
"Pecundang!" umpat Zafran. Dia beranjak pergi bersama Ferdi dan Laka dengan kebanggaan.
Gavin kembali melempar bola basket. Bola tersebut mendarat tepat di punggung Zafran. "Pengecut!"
Gavin pun berbalik pergi keluar sekolah. Membiarkan Zafran yang mengembalikan bola ke dalam ruang olahraga.
Bukannya mengambil, Zafran menendang bola tersebut mengenai kepala Gavin. Cowok itu berhenti berjalan. Dia berbalik menatap tajam Zafran.
"Kenapa? Gak terima kekalahan?" seru Zafran.
Gavin tak menanggapinya. Cowok itu melanjutkan jalannya. Tak memperdulikan Zafran yang mengumpatinya dengan berbagai umpatan.
Sedari tadi sikap mereka berdua tak luput dari pandangan Alesha. Dia menganalisis sikap keduanya.
"Kayak anak kecil," ucap Alesha datar.
Zafran mendengarnya. Tapi dia tak peduli.
"Alesha," panggil Zafran.
Semua orang menoleh. Zafran menjulurkan jari tengahnya.
Alesha melotot. Dia tak percaya Zafran memanggilnya hanya untuk memamerkan jari tengah. Dan Alesha tak tau apa maksud serta makna jari tengah. Yang Alesha pikirkan, cowok itu pamer jika jarinya itu lentik dan cantik.
"Stres!"
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Miss HALU💋💖
astaga... Alesya mahluk dari mana sih?
😜😝😝😝😝
2022-04-08
4
Dwi Rustiani
sebenarnya Gavin dan Zafran saling peduli...........
2022-03-21
0
syifa
Alesha nggemeziin,,, polos banget😊😊😊😊😊
2022-03-18
0