Alesha menelungkupkan kepalanya. Hari ini dia berhasil tidak terlambat lagi. Dia sudah trauma dengan yang namanya hukuman. Bukan hanya itu, perasaannya semakin kalut saat kupingnya harus mendengarkan berita yang sedang heboh membicarakan tentang kebodohannya.
"Bodoh, bodoh, bodoh!" Alesha memukul kepalanya sendiri.
"Kenapa sih gue harus misahin mereka berdua? Udah tau Gavin sama Zafran kalau adu jotos berbahaya dan gak bisa di pisah, tapi gue sok-sokan menghentikan pertengkaran mereka," Alesha merutuki dirinya sendiri. "Jadinya gue sendiri kan yang kena tonjok!"
Alesha menggeleng-gelengkan kepala menyesal. Kelas sepi jadi ia bisa berbicara sendiri dengan santai.
Alesha mendongak sejenak. Ia mengusap wajahnya gusar. "Sekarang semua orang dibuat heboh gara-gara si Gavin gendong gue ke uks."
"Wajar kali dia nolongin temannya yang pingsan, gitu aja digosipin."
"Heran deh gue,"
"Emang si Gavin sama Zafran artis papan atas? Setiap kali pergerakan mereka harus selalu jadi berita."
"Argh!! Kenapa gue gak dengerin omongannya Martha sih?"
"Alesha!!" Alesha sedikit terjingkat kaget mendengar suara cempreng Martha yang merusak gendang telinganya.
Cewek itu berlari menghampiri Alesha. Dia menggebrak meja. "Lo tau gak?"
"Gak,"
"Lo viral Alesha!"
Sudah terduga. Pasti Martha akan membicarakan tentang itu. "Oh,"
Martha menunjukkan berita viral dari ponselnya namun cewek itu hanya memutar bola matanya malas.
"Baru kali ini ada seseorang yang berani misahin mereka berdua, dan itu elo Alesha!!" Martha menggoyangkan tubuh Alesha kuat. Cewek itu tak berminat membalasnya.
"Kok bisa sih lo seberani itu?"
"Apalagi lo berhasil buat si Gavin nunjukkin rasa kemanusiaannya. Oh My God!! Itu adalah impian semua cewek bisa digendong sama si Gavin, Sha!"
"Padahal biasanya tuh dia kagak peduli sama orang yang pingsan di depannya," seru Martha heboh.
Alesha menautkan kedua alisnya. "Maksud lo?"
"Waktu olahraga minggu lalu, si Davina pingsan tepat di depannya si kulkas. Dia gak nolongin Davina, tapi Gavin malah melangkah melewatinya tubuh Davina. Kejam banget kan?"
"Kok ada cowok kayak gitu,"
"Nah itu makanya, semua orang heran. Gavin yang cueknya minta ampun, yang gak pernah peduli dengan lingkungan sekitar nekat gendong lo ke uks,"
"Ya karna gak ada orang lain lagi yang ada di sana. Seharusnya kan Zafran yang gendong gue, dia yang udah buat gue terluka. Tapi tuh cowok kagak ada tanggung jawabnya sama sekali!"
Martha manggut-manggut setuju.
"Ngomongin gue di depan, pengecut lo beraninya ngomongin orang di belakang," suara itu membuat Alesha dan Martha melototkan matanya. Mereka berdua meneguk ludahnya susah payah.
Suara bass besar itu milik Zafran. Cowok itu berjalan ke arah kursinya. Tubuh Alesha menegang. Ia terngiang-ngiang dengan pukulan Zafran yang menyakitkan. Cewek itu menahan napasnya saat Zafran berada di sampingnya.
Cowok itu menghisap rokoknya, kemudian menyembulkan asap rokok tepat di depan wajah Alesha.
Cewek itu terbatuk-batuk, begitu juga Martha. Mereka berdua terbatuk-batuk.
Uhuk.. Uhuk..
"Cewek lemah!"
Zafran meletakkan tasnya kemudian berlalu pergi keluar. Sebelum keluar ia menghentikan langkahnya dan menatap Alesha.
"Lo mau ngomongin gue lagi? Gue tendang kepala lo!"
Martha dan Alesha saling pandang. Martha memberikan isyarat diam dengan menempelkan telunjuknya di bibir. Alesha pun mengangguk. Mereka tak lagi membicarakan tentang Zafran. Tapi tentang Gavin.
......***......
"Yakin lo mau jalan kaki, Sha?" Martha menawarkan Alesha untuk pulang bersamanya naik mobil.
Alesha mengangguk yakin, "Yakin Martha, lagian rumah gue deket kok dari sini."
"Yaudah deh, kalau gitu gue duluan ya?"
"Iya, hati-hati di jalan. Jagain Martha ya, Pak." Alesha melambaikan tangan kepada sopir Martha.
Sopir tersebut mengangguk dan tersenyum tipis. "Hati-hati juga, Nona."
Martha melambaikan tangannya. Akhirnya mobil Martha melaju menjauh. Alesha menghembuskan napas pelan. Alesha mendapatkan pesan dari Delon untuk segera menuju ke restoran dekat sana untuk membicarakan sesuatu yang sangat penting.
Biasanya Delon akan menjemputnya. Tapi kata ayahnya, dia harus menunggu seseorang yang akan berangkat bersamanya.
Alesha masih belum tau siapa dia, jadi dia akan menunggu di depan halte. Cewek menoleh ke kanan kiri. Saat jalanan sudah mulai sepi, Alesha menyebrang jalan. Namun, saat ia sudah berada di tengah-tengah, tiba-tiba dua kendaraan bermotor melaju sangat kencang ke arahnya.
Hal itu mampu membuat kaki Alesha terasa kaku.
Suara motor itu tak kalah dengan suara teriakan para siswa yang berteriak. Tetapi mereka tidak ada yang berani berlari menolong Alesha. Karna masing-masing motor tersebut berada disisi kanan jalan dan disisi kiri jalan. Sehingga satu jalanan dikuasai oleh mereka berdua yang sedang mengejar satu sama lain.
Siapa lagi kalau bukan Gavin dan Zafran? Entah apa yang mereka ributkan hingga kejar-kejaran dijalanan. Keduanya tak mempedulikan keberadaan Alesha. Mereka tetap melaju kencang di antara kedua sisi jalan. Bahkan para pengendara yang lain berhenti mendadak.
"Mau mati sekarang?" tanya Gavin jauh didepannya
Alesha mendelik. Ia refleks menggeleng.
Gavin tersenyum smirk. Dia menancapkan kopling dan melaju kencang di depannya.
Jantung Alesha berpacu cepat. Ketika berjarak beberapa meter darinya, cowok itu segera membanting stir dan mengejar ketertinggalannya dari Zafran.
Alesha menutup matanya erat saat dua motor melaju diantara tubuhnya. Sangat mepet dan kencang, hingga rok Alesha terbang. Air genangan sisa hujan kemarin malam mengguyur tubuh Alesha dengan sempurna.
Seragam putihnya kini basah dan kotor.
Alesha menganga lebar. "Gavin!! Zafran!!" teriaknya.
Cewek itu memegangi dadanya. "Astaga jantung gue mau copot!"
Beberapa orang mulai berdatangan ke arah Alesha. Mereka takut dia kenapa-kenapa.
"Eh anak baru, lo gak ada luka, kan?" tanya Davina.
"Enggak kok, gue baik." Jawab Alesha.
"Gila si duo maut, balapan kagak liat tempat," seru Vika.
"Biasalah mereka, tapi untungnya ni anak baik-baik aja. Kalau gak lo pasti kewalahan bayar biaya rumah sakit,"
Davina menjitak kepala Vika. "Gue tabok lu, ngomong yang baik napa!"
Vika nyengir kuda, ia menepuk bahu Alesha. "Sorry-sorry, nih minum dulu," Vika dan Davina menggiring Alesha duduk di halte.
Cewek itu menerima air pemberian mereka. Memang saat ini Alesha membutuhkannya. Seluruh badannya masih gemetar. Dia meneguk airnya hingga setengah.
"Btw, rumah lo mana? Bair sekalian kita anter."
Alesha menggeleng. "Gak usah, gue habis ini mau pergi ke suatu tempat, soalnya ada acara."
"Dengan pakaian seperti ini?" Benar kata Vika, pakaian Alesha sangat kotor.
Alesha menatap seragamnya. "Eng- gue pulang dulu sih kalau pakaian gue kotor,"
"Udah ah ayo kita anter!"
"Eh-eh!"
Davina memaksa Alesha pergi bersama mereka. Akhirnya Alesha terpaksa pulang bersama dua gadis tersebut.
...***...
Alesha sudah berganti pakaian. Cewek itu masuk ke dalam restoran. Di sana sudah ada ayah dan rekan kerjanya.
"Alesha, sini nak!" tutur Delon.
Alesha tersenyum lalu berjalan mendekati Delon. Ia duduk di samping ayahnya setelah bersalaman.
"Ini Alesha, anak saya."
Saya?
"Selamat siang Om, nama saya Alesha,"
"Selamat siang juga, Alesha,"
"Anak kamu cantik Del, sama seperti almarhum ibunya."
"Pastilah,"
"Oh ya, sebelum kita membicarakan hal yang lebih lanjut, ayo makan dulu sambil menunggu kedatangan anak Om." Ucapnya seraya tersenyum pada Alesha.
Seorang pelayan membawakan makanan ke meja mereka. Pesanan yang di bawa cukup banyak dan terlihat mewah. Pasti harganya cukup mahal. Dia menyikut lengan Ayahnya.
Delon mengerti maksud Alesha. Delon mengelus tangannya memberikan isyarat untuk tetap tenang.
"Hari ini Om Gun yang akan mentraktir kalian berdua sebagai ucapan terima kasih pada Ayahnya Alesha karna selama ini selalu membantu Om."
Alesha mengangguk mengerti, kini ia bisa bernapas lega. Karna untuk makanan mahal seperti ini, ia takut ayahnya akan mengeluarkan banyak uang.
Beberapa saat setelah makan, Gun memberikan foto istrinya pada Alesha. "Ini foto istri saya," gumamnya.
Mata Alesha berkaca-kaca. Ia teringat almarhumah ibunya yang meninggal sejak ia berumur 10 tahun. " MasyaAllah, cantik sekali beliau,"
"Dia teman masa kecil ibumu," Delon mengelus pucuk rambutnya.
"Benarkah, Ayah?"
Delon mengangguk.
"Alesha boleh nggak Om ketemu sama Tante?"
Gun menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Boleh banget dong,"
"Kapan Alesha bisa ketemu Tante?"
"Nanti pasti akan Om pertemukan kalian, tapi sebelum itu, Om punya satu permintaan untuk kamu. Sebenarnya ini bukan permintaan Om, tapi ini adalah permintaan istri Om."
"Permintaan?" tanya Alesha. "Apa Om?"
"Menikah dengan anak kami, Alesha."
......***......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Erliani hsb
dilema diriku antara si es kutub atau si api Thor.
2022-10-05
0
syifa
seru banget ceritanya,, 😍😍😍
klo biasanya salah satu karakter api dan kulkas ini jadi karakter utama, lah,,ini dijadiin satu novel, blom2 udah oleng gue gk bisa milih Alesha ma Gavin atau Zafran walaupun kyaknya Zafran tokoh utama, tetep aja gue bingung milih mana???. si Alesha lucu banget lagi, ditambah Martha yg kyak kompor meleduk. Authornya pinter bikin cerita👍👍👍👍
2022-03-18
2
brshaaffn_18★HFN★
wah parah itu orang pingsan di lewati gitu aja 😭🤣
2022-03-16
2