EPISODE 4

happy reading!

like dulu oke!

"Hallo bu Diba bawa kabar baik, Diba sudah dapat uang nya dan sekarang Diba akan segera pulang" ucap Diba kepada orang yang menelpon nya.

"A apa?" Seakan runtuh dunia nya ia langsung terkulai lemas di lantai dengan air mata yang sudah banjir ke mana-mana.

Entah apa yang di katakan orang dalam telpon tersebut sampai Diba menangis dan terkulai seperti itu.

"Diba lo kenapa?"tanya Beatrix panik yang melihat Diba terkulai lemas di lantai sambil mengangis tersedu-sedu.

"Hiks-hiks" bukanya menjawab Diba malah

menangis😭.

"Diba ada apa? Siapa yang telpon lo?" Tanya Beatrix panik.

"B bapak aku hikss... hikss..... pergi.......hiks...." ucap Diba sambil menangis tersedu-sedu.

"Pergi kemana? Ya kalau pergi tinggal lo susul aja kan gampang.gue temenin deh" cerocos Beatrix tak paham maksud Diba.

"Hiks....hiks...hiks" bukan malah tenang Diba malah semakin menangis dengan kencang.

"Haduh Diba jangan keras-keras dong ntar kita di marahin pak Noah kalau dia terganggu dengan suara lo" ucap Beatrix mencoba membantu Diba berdiri untuk mengajaknyapergi dari tempat ini karena mereka sekarang masih berada di depan ruangan pak Noah.

"Bapak aku pergi jauh Beatrix... bapak aku meninggal" ucap Diba di sela-sela tangisan nya.

"Inalillahi" pekik Beatrix kaget. "Lo yang sabar ya,ikhlas in aja semoga bapak lo di masukin ke surga nya allah yang paling indah" ucap bea5 menenangkan Diba.

Setelah cukup tenang Diba tersadar dan menyelonong membuka pintu yang tak jauh dari nya berdiri meninggal kan Beatrix begitu saja.ya itu adalah pintu ruangan dari tuan Noah Aditama.

Apa ini? Apakah semesta sedang bercanda dengan nya? la sudah terlanjur menandatangani surat perjanjian itu demi mendapatkan uang ini. Dan sekarang dengan mudah nya semesta mengambil alasan nya untuk memiliki uang ini.

"Ada apa ini? Kenapa kamu masuk lagi?" Tanya Noah.

"Saya mau mengembalikan ini,saya tidak jadi meminjam uang jadi saya harap perjanjian yang tadi juga batal" ucap Diba dengan berani tapi sebenarnya di hatinya terselip rasa takut yang cukup besar tapi ia mencoba untuk menyingkirkan nya sejenak.

"Apa maksud kamu? Perjanjian yang sudah di buat tidak bisa di batalkan kembali karena kamu sudah menandatangani nya" tanya Noah sekaligus menolak pembatalan perjanjian itu.

"Uang ini sudah tidak saya butuhkan jadi saya ingin mengembalikan nya ke bapak" ucap Diba dengan tegas.

Noah tersenyum devil "baru beberapa menit kamu memohon dan meminta saya untuk meminjamkan uang ke kamu dan sekarang kamu kembalikan nya. Kamu mau mempermainkan saya?" Ucap Noah dengan suara dingin nya.

"Untuk apa saya mempunyai uang ini jika alasan saya untuk memiliki uang ini sudah tiada" air mata yang dari tadi Diba tahan sekarang telah luruh begitu saja. "Bapak saya sudah meninggal jadi tidak ada guna nya lagi uang ini, dan saya mau mengembalikan uang ini" ucap Diba menaruh tas berisi uang itu ke kursi yang ada di dekat nya.

"Kamu tidak bisa seenaknya seperti itu, kamu sudah tanda tangan dan saya akan tetap menikahi kamu" ucap Noah dengan tegas.

"Tapi saya sudah kembalikan uang nya".

"Itu bukan urusan saya. Mau kamu kembalikan atau tidak saya akan tetap menikahi kamu cepat atau lambat" bagai hakim mengetuk palu begitu keputusan Noah, sudah tidak dapat di ganggu gugat.

Diba terdiam ia tidak bisa menjawab apa-apa. Jika ia melawan maka dengan mudah nya Noah nanti akan menjeblos kan nya ke penjara bahkan menyakiti keluarganya nanti.

Seperti nya berdebatpun sudah tak ada gunanya.

"Kalau begitu saya permisi" hanya kata-kata itu yang mampu ia ucap kan lalu pergi dari ruangan itu tanpa membawa tas yang berisi uang tersebut.

Diba keluar dari ruangan tersebut dan menghampiri Beatrix yang berdiri di depan pintu.

"Ayo trix, aku mau cepet-cepet pulang" ajak Diba terburu-buru.

Beatrix yang tadinya ingin tertanya perihal apa yang di dengar tadi soal pernikahan Diba dan pak Noah jadi mengurungkan niatnya. la juga merasa tidak tega jika menanyakan itu sekarang karena posisi Diba sekarang sedang berduka.

Di depan stasiun.

" Ba, sorry ya gue nggak bisa nemenin lo pulang kampung" ucap Beatrix.

"Nggak papa kok trix, aku ngerti, aku cuman minta doa aja dari kamu buat bapak aku" jawab Diba.

"Pasti Ba, gue pasti doain bapak lo supaya bisa masuk surga" ucap Beatrix

. "Eh tapi yang tadi bener? Lo bakal nikah sama pak Noah" tanya Sania yang sempat mendengarkan saat Diba mengembalikan uang kepada Noah.

Diba diam dan tak menjawab apapun.

"Nggak papa kalok lo belum mau cerita, tapi gue cuman mau ngingetin lo aja pak Noah itu bukan orang biasa kalok lo ngelawan dia bukan cuma lo yang bakal menderita tapi juga keluarga lo" tutur Beatrix kepada Diba.

"Aku kedalem dulunya kayak nya keretanya udah dateng" ucap Diba mengalihkan pembicaraan supaya Beatrix tidak lagi bertanya lebih jauh.

Sekarang Diba tengah berdiri mematung di sebuah stasiun sambil menungggu kereta datang untuk menjemputnya ia akan berangkat ke kampunya pukul 18.00 dan mungkin baru sampai besok pagi karena ia menggunakan kereta api untuk transportasi. Mengapa tidak menggunakan pesawat? Ya jelas tidak karena naik pesawat pasti mahal harganya dan terlebih lagi jika naik pesawat ia tidak akan langsung ke kotanya melainkan ke kota surabaya dahulu karena di kotanya belum ada bandara.

"Jangan coba-coba kabur!" Peringatan itu yang dari tadi terngiang-ngiang di telinga Diba.

Kenapa semua mempermainkan nya? tadi pagi ia kebingungan mencari pinjaman uang yang cukup besar. Dan saat ia sudah mendapatkan uang itu tak lama kemudian ia harus mendapatkan kabar yang sangat mengguncang batinya, bagaimana tidak panutan nya, cinta pertamanya, orang yang sangat ia sayangi telah meninggalkan nya untuk selama-lamanya dan tidak akan kembali lagi. Baru saja ia bisa meringankan beban bapaknya dengan bekerja di luar kota tapi sekarang orang yang menjadi penyemangat, motivasi dan panutan telah meninggalkan nya.

Kereta pun datang dan Diba pun masuk lalu mencari tempat duduk sesuai tiket.

Diperjalanan Diba terus saja menangis namun tak mengeluarkan suara karena ia tidak ingin menggagu penumpang lain. Karena lelah menangis Diba sampai tertidur.

Diba mengerjabkan matanya terlihat sudah terbit fajar itu tandanya sebentar lagi ia akan sampai ke kota kelahirannya. Yah, benar saja berselang beberapa menit ia sampai di stasiun yang ada di kota nya.

Diba turun dari kereta lalu berjalan keluar stasiun. Ia tidak menghubungi orang rumah jika ia sudah sampai karena tidak mau merepotkan mereka.

Sambil membawa barang bawaan nya Diba berjalan ke arah tukang ojek lalu meminta nya mengantarkan ke rumah nya.

Sesampai nya di depan rumah. Diba melihat sekeliling rumah nampak sepi hanya ada sisa-sisa perabot yang bejejeran di depan rumah nya. Juga bendera kuning yang masih berkibar di depan rumah nya.

Diba berjalan dan memasuki rumah nya yang pintunya terbuka lebar.

Di dalam sana terlihat seorang wanita parubaya tengah menangis di temani dua orang anak nya.

Saat wanita parubaya tersebut menyadari kehadiran Diba,ia langsung menghambur ke arah Diba lalu memeluknya.

"Diba...bapak Diba..... dia meninggal kan kita......maaf jika ibu tidak menunggu mu sampai dulu untuk memakam kan bapak mu" wanita itu menangis tersedu-sedu sambil memeluk Diba.

Diba rasanya juga ingin menangis sekencang-kencang nya namun tidak ia lakukan karena jika semuanya terpuruk lalu siapa yang menjadi penyemangat mereka? Diba mencoba tegar agar tidak menangis tapi itu gagal bagaimana pun juga yang meninggal adalah bapak nya orang yang menjadi idola nya selama ini.

"Sudah bu kita harus ikhlas,semua sudah takdir, sekarang kita hanya bisa mendoa kan bapak agar mendapatkan tempat yang terbaik disisi Allah" ucap Diba menenang kan ibunya.

"Iya bener bu apa kata mbak Diba" ujar Siska menyahuti sambil menangis. Siska adalah adik bungsu Diba yang duduk di SMP kelas 1.

"Rifki kamu antar mbak mu untuk ke makam!" Titah ibu Diba menghapus air mata nya.

"Baik bu" ucap Rifki patuh.

"Ayo mbak" ajak Rifki menggandeng Diba.

Sekarang Diba telah sampai di pemakaman lalu berjalan menyusuri nya. Dan sampailah di depan pemakaman yang terkihat tanah nya belum kering dan bertuliskan Ridwan Khanza' nama bapak dari Diba.

Seperti mimpi rasanya, sekarang Diba berdiri di depan pemakaman bapak nya. Diba yang tadi.nya terlihat tegar di depan ibunya sekarang berbalik menjadi Diba yang lemah. Entah kemana tadi perginya Diba yang pura-pura tegar dan sekarang di gantikan Diba yang lemah tak berdaya seperti tidak punya tujuan hidup.

la menangis dengan pilu seperti orang yang kehilang sebagian hidup nya. Memang selama ini Nea sangat sayang kepada bapak nya dan begitu sangat mengidolakan sosok nya. Dari kecil Diba sudah sangat dekat dengan bapak nya dari pada dengan ibu nya, bapaknya adalah sosok yang sangat sabar di mata Diba ia tidak pernah sekali pun membentak Diba, ia selau berkata lebut kepada anak nya terutama kepada Diba.

Diba adalah anak kesayangan bapanya tak heran sekarang Diba menangis begitu pilu saat di tinggal bapak nya pergi untuk selama lamanya.

"Pak kenapa bapak tinggalin Diba secepet ini pak?? Bahkan Diba belum bisa membelikan bapak apapun dengan gaji pertama Diba " ucap Diba di sela-sela tangisan nya dengan memegang batu nisan seolah mengajak ngobrol bapak nya.

"Pak bapak pernah bilang kan ke aku kalau nanti bapak bakal bikin hajatan besar-besaran saat aku nikah nanti? Tapi kenapa sekarang bapak pergi ninggalin aku, bahkan aku belum menemukan pasangan pak" ucap Diba dengan pilu.

Rifki yang menyaksikan itu juga ikut menitihkan air matanya dan berjongkok mensejajarkan di dengan kakak nya itu.

"Sudah mbak yang sabar kalau mbak kayak gini nanti bapak nggak tenang ninggalin kita" ucap Rifki sambil memegang pundak Diba seolah memberikan kekuatan pada gadis itu.

Diba masih terus menangis tapi kini bedanya ia sedang memeluk tubuh adik nya itu.

"Dek kamu harus kuliah Karena kamu adalah anak yang pintar nggak seperti mbak mu ini yang males belajar" ucap Diba yang masih memeluk tubuh adik nya.

"Nggak usah mbak Rifki nanti langsung kerja aja, kuliah itu kan mahal dan rifki nggak mau bebanin mbak" jawab rifki.

"Kamu bilang apa? Itu sudah kewajiban mbak buat nyekolahin kamu tinggi-tinggi menggantikan posisi bapak. Kamu mau bapak kecewa liat kamu nggak kuliah padahal kamu anak yang berprestasi?"

"Udah lah mbak nggak usah di pikirin terlalu jauh lagi pula rifki masih kelas 10 jadi itu masih lama".

"Maka dari itu kamu masih kelas 10 mbak ngingetin kamu buat belajar giat supaya nanti kamu bisa masuk Universitas Negri"

"Iya mbak aku janji bakal belajar giat suapaya bisa masuk UI dan bisa banggain kalian".

Sekarang Diba selesai memanjatkan doa untuk bapak nya.

"Ayo kita pulang mbak" ajak rifki.

"Aku pulang dulu ya pak" pamit Diba seraya mengusap batu nisan bapaknya.

"Ayo mbak" ucap rifki membanyu Diba berdiri

lalu menuntun Diba untuk pulang.

Terpopuler

Comments

Lilis Hasanah

Lilis Hasanah

lanjut kakak

2022-03-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!