Rana
Pagi-pagi sekali rana segera menuju ke kamar mandi untuk melakukan pengecekan. Lima tahun telah berlalu namun tanda-tanda kehamilan belum juga ia rasakan.
"Negatif" bathin rana.
"Ran, kau didalam? " suara tami suaminya menyadar rana yang sedang melamun setelah melihat hasil testpack yang tak kunjung garis dua.
"Ya.. tunggu sebentar aku segera selesai" teriak rana dari dalam.
"Kau masih melakukan itu? " tanya tami yang dihawab anggukan rana.
Rana pun segera menuju dapur mempersiapkan sarapan untuknya dan tami. Keterampilan memasak rana tidak diragukan dengan cekatan berbagai menu telah tersedia dimeja makan. Makanan yang menggugah selera siapa saja yang melihatnya.
"Duduklah" kata rana setelah melihat tami berpakaian rapi.
"Bagaimana kalau kita mencoba program bayi tabung lagi? "
"Tidak...!! aku tidak mau karena hasilnya juga nihil" jawab rana.
"Ngak ada salahnya mencoba lagi rana"
"Bagaimana kalau kita adopsi saja? "
"Aku tidak mau karena itu bukan darah dagingku" tami pun pergi setiap kali rana menganjurkan untuk mengadopsi anak.
"Tam aku belum selesai bicara" kejar rana
"Kalau kau hanya mau mengatakan tentang adopsi maka dengan tegas aku menolaknya, aku lebih memilih untuk menikah lagi" kata-kata yang keluar dari bibir tami bagaikan petir dipagi haribyabg membuat rana terkejut mendengarnya.
"Apa maksudmu? apakah sudah ada yang mengisi hatimu tanpa sepengetahuanku? " air mata rana pun sudah tidak terbendung lagi mengalir dengan bebas.
"Aku tidak akan menutupinya lagi, aku sedang berhubungan dengan wanita berasal dari desa" tami pun segera masuk kedalam mobilnya lalu pergi tanpa memikirkan hancurnya perasaan rana.
Rana masih mencerna kata-kata yang diucapkan tami pria yang dinikahinya lima tahun lalu, menjalani masa pacaran selama 3 tahun dan menjalani pernikahan selama 5 tahun tidak cukup bagi rana untuk mengenal karakter pria yang menjadi pasangannya itu.
Rana pun menangis di kamar, air matanya mengalir tanpa henti. Hancurnya perasaan rana tanpa ada tempat untuk berbagi kisahnya. Rana yang sudah kehilangan kedua orang tuanya hidup sebatang kara.
Rana pun pergi menuju pemakaman umum, bersimpuh dimakam kedua orang tuanya menumpahkan air matanya disana. Semua unek-uneknya ia tumpahkan dimakam kedua orang tuanya.
"Maafkan rana, rana tidak bisa menepati janji rana ke bapak dan ibu"
Rana pun segera menuju ke rumah kedua orang tua tami yang baru saja menghubunginya,setelah menghapus air mata dan memoleskan sedikit make ke wajah sembabnya lalu segera turun dari taxi.
"Duduklah ada yang ingin kami sampaikan"
"Ada apa pa-ma sepertinya ini sangat serius"
"Sudah 5 tahun kami bersabar menunggu cucu darimu namun tidak kunjung kami dapatkan, kami akan menikahkan tami dengan anak teman papa" Sumi ibu mertua rana pun menjelaskan maksud mereka meminta rana untuk datang ke kediaman mereka.
"Apa? "
"Kau tidak tuli bukan, kau mandul itulah sebabnya kami akan menjodohkan anak kami yang berharga itu guna mendapatkan keturunan" jawab pria paruh baya yang tidak lain adalah mertua laki-laki rana.
"Aku sedang berusaha mendapatkan anak, tolong beri aku waktu pa"
"Waktumu sudah habis" jawab sumi dengan ketusnya.
"Aku mohon pa-ma beri aku waktu"
"Kau akan tetap menjadi istri tami karena kami masih memiliki hati nurani, pulanglah " jawab sumi lalu bangun dari duduknya.
"Ta-tapi ma"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments