Asya yang sedang mengerjakan tugas kampus mengerutkan keningnya karena mendapat panggilan dari Gerry,padahal dirinya berencana ingin menjauh dari Pria itu karena merasa jika Mona tak menyukai dirinya.
Derth derth derth
"Ini orang kenapa sih pake telfon segala,kenapa juga tidak menghubungi Mona saja sih?" Sungut Asya tapi tetap saja mengangkat panggilan dari Gerry.
"Kenapa,selalu saja mengganguku?" Tanya Asya ketus.
Gerry mengerutkan keningnya mendengar apa yang ditanyakan oleh Asya barusan, perasaan dari tadi dirinya mengganggu wanita itu kenapa sekarang malah ngegas seperti begitu ya.
" Kamu kenapa kok marah-marah yang tidak jelas seperti begitu, Memangnya salahnya aku tuh di mana Perasaan dari tadi baru nelpon kamu sekarang deh bukannya berbicara secara halus malah marah-marah tidak jelas?" tanya Gerry memastikan.
" Iya tadi memang kamu tidak menggangguku tapi sekarang, yang aku bicarakan itu sekarang kenapa sih udah gelap juga Bukannya tidur malah gangguin orang?" tanya Asya karena tidak menyukai kebiasaan Gery yang selalu saja menghubungi dirinya tidak tepat waktu.
" Kamu lagi ngapain sekarang, aku dari tadi tuh kayaknya sensi begitu? atau jangan-jangan kamu lagi sibuk stalking akun orang, Awas saja sampai ketahuan sama pemiliknya bakalan didamprat kamu?" Tanya Gerry dengan nada yang penuh selidik membuat Asya bertambah kesal.
"Woiii Bung, kalau kamu niatnya menghubungi aku hanya untuk berbicara tidak jelas mendingan dimatikan saja teleponnya daripada ngobrol sama kamu Yang unfaedah Yang ada bikin tambah kesal aku?" tanya Asya yang tak habis pikir dengan sikap Gerry yang tadi saja sengaja mengacuhkan dirinya ketika sedang bersama dengan kekasih hatinya itu nah sekarang giliran Mona sudah tidak ada baru mencarinya itu mah namanya enak sendiri susahnya tidak mau.
" Kamu kenapa sih Kok marah-marah tidak jelas begitu, lagi PMS atau apaan soalnya Ya aku kan bicaranya baik-baik kamu tidak perlu dong sensi itu?" tanya Gerry tanpa dosa membuat Asya memilih untuk diam saja karena sama saja jika berbicara hanya untuk mengundang emosinya Bukankah diam itu emas'
"Sya, kamu masih di situ kan Jangan bilang aku lagi ngobrol terus kamunya tidur?" Tanya Gerry penasaran.
" aku masih hidup belum almarhum, cepat ngomong Kamu itu sebenarnya mau apa mengganggu malam-malam begini kalau tidak ada yang penting ya lebih baik dimatikan saja panggilannya?" tanya Asya greget karena Gerry dari tadi ngomongnya hanya ngalor-ngidul kemana-mana tidak seperti biasanya yang langsung to the point aja.
mendengar permintaan Asya itu, tubuh Gerry langsung lemas seketika jujur dirinya merasa ini adalah cobaan yang paling terberat dalam hidupnya. Bagaimana tidak sumpah demi Dewa Neptunus jika bukan karena cinta matinya terhadap Mona dirinya tidak bakalan mau melakukan hal konyol seperti yang diinginkan oleh wanita itu.
" Ya Tuhan kenapa apa rasa untuk memiliki Mona, harus diawali dengan sesuatu yang sangat tidak pernah aku inginkan dalam hidup? Bagaimana kalau Asya membenciku, Bagaimana kalau dia tidak ingin bertemu denganku lagi?" Gery berperang dengan batinnya sendiri antara mengikuti kemauan Mona atau tetap mempertahankan harga diri Asya.
tapi yang namanya cinta pasti tidak bisa membedakan mana yang putih bersih dan mana yang bukan, mana yang merupakan berlian yang pantas dipertahankan atau batu kali yang pantas untuk dibuang.
mana yang tanpa pamrih dan mana juga mengharapkan sesuatu yang lebih mana yang wajib untuk dijaga, dan mana juga yang harus dilepaskan karena bisa menjadi parasit yang menggerogoti pemiliknya Kapan waktu
" tidak boleh menyerah Gerry, ini demi Mona wanita yang sangat kamu cintai dan juga kamu ingin jadikan Ibu dari anak-anak kamu kedepannya. soal Asya pasti kedepannya adalah pria tulus yang bakalan menerima keadaannya, toh kamu hanya mengajaknya bercinta sekali saja itu sepadan dengan pengorbanan yang sudah kamu lakukan agar dia selalu tersenyum." hujan kiriman Allah bahkan melupakan sejenak jika Asya yang Tengah Menanti Jawaban pria itu yang tidak kunjung datang dari tadi.
dengan sekali menghembuskan nafasnya kasar jadi lebih mementingkan perasaan Mona mengabaikan Asya wanita yang selama ini selalu berada di sampingnya dan membutuhkan sandaran bahunya.
" kebetulan Papa sama Mama lagi keluar kota ada urusan bisnis jadi aku sendirian, kamu mau kan menemaniku malam ini hanya sebagai teman ngobrol saja? lagian kan bukan hanya kita berdua saja ada Bibi sama yang lainnya, kamu mau ya hanya kali ini saja setelahnya Aku janji tidak akan merepotkan kamu lagi!" ujar Gerry ambigu membuat Asya mengerutkan keningnya Maksudnya apa Gery mengatakan hal yang tidak sama sekali ia pahami itu.
" kamu tuh kayak sama siapa saja deh mau minta tolong untuk kayaknya sungkan sekali, nanti aku ke situ tenang saja jangan berisik akan aneh-aneh seperti tadi bikin aku jadi kepikiran kamu masih waras atau tidak?" ledek Asya sambil tertawa tapi berbeda dengan Gerry yang langsung kepikiran dengan Perkataan wanita itu benarkah dirinya masih waras hanya karena menginginkan Mona sehingga melakukan hal yang sekonyol ini.
" Ya sudah aku tunggu!" jawaban yang diberikan Gerry berbeda dengan apa yang ada di dalam hatinya yang ingin mengatakan jika lebih baik Asya tidak usah datang ke rumahnya.
Asya hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum dirinya merasa heran dengan sikap Gerry malam ini yang terasa seperti orang asing baginya, Padahal selama ini ini jika kedua orang tua Gerry sedang pergi dirinya pasti bakalan menginap di rumah pria itu bahkan sampai berhari-hari. hanya saja pertanyaannya Kenapa hari ini nada bicara pria itu terasa seperti menanggung beban berat padahal Gerry selama ini orangnya cuek habis tidak terlalu memikirkan hal yang tidak pantas untuk dipikirkan.
" daripada penasaran sendiri mendingan sebentar sampai di sana aku tanya langsung deh ke orangnya soalnya sikap dia tuh hari ini aneh sekali, kayak emak-emak lagi nyolong jemuran Tetangga atau lagi ingin membawa lari anak gadisnya orang?" gumam Asya kalau mengisi ransel yang biasa iya pakai ketika menginap di rumahnya Gerry dengan pakaian yang bakalan ia pakai untuk besok kuliah karena capek juga sih pulang pergi.
" hola, Om sama Tante Aku pergi dulu ya!" pamit Asya kepada Dewi membuat wanita paruh baya itu menatap heran kearah keponakannya itu begitupun juga dengan suaminya.
" kamu mau pergi kemana nak malam-malam begini, om Baru saja sampai di rumah masa iya kamu tinggal pergi begitu saja berduaan sama tante kamu saja di rumah sebesar ini?" tanya Rio yang merupakan suami dari Dewi yang bekerja sebagai seorang nahkoda dan baru pulang beberapa bulan sekali.
" Asya mau nginap Om sama Tante di rumahnya kak Gerry, soalnya Papa sama Mamanya lagi keluar kota. Kalau urusan Om baru datang itu kan sama tante bukan sama aku, Lagian kalian harus bersyukur loh bisa melepaskan Rindu karena tidak ada yang bakalan mengganggu!" goda Asya membuat Dewi dan suaminya hanya bisa menggelengkan kepalanya.
" Mama selama Papa tinggal Kenapa ini anak otaknya jadi begini, Anak kamu tuh pernah kamu yang mendidik tidak benar!" ledek Rio membuat Dewi mendengus kesal.
" ya Anak kamu juga lah masa anak aku saja?" sungut Dewi tak kalah sengit.
Asya hanya bisa tersenyum mendengar perdebatan kedua orang tua yang memperebutkan dirinya sungguh ia tak pernah kehilangan kasih sayang sedikitpun di rumah itu padahal dirinya sebagai apa hanya orang asing yang menumpang doang di situ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments