Pagi hari yang cerah, Chika seperti biasa membuatkan sarapan untuk sang suami dan memasak untuk bekal makan siang Theo.
Sepotong sandwich yang berisi daging tuna, telur, keju, tomat dan selada. Menu favorit Theo dan yang spesialnya adalah yang membuatkannya.
Baru saja selesai sarapan, bel rumah mereka berbunyi. Bik Ela lari untuk membukakan pintu. Sebelum membuka Bik Ela mengintip lewat layar yang mengarah keluar untuk melihat siapa yang datang.
Sejak saat Sandara datang kembali ke rumah itu, Theo memasang CCTV agar pelayan di rumah tidak sembarang membuka pintu.
"Tuan, Nyonya ada Mbak Sandara di depan" Bik Ela melapor ke Theo.
"Biarkan saja! tidak usah kamu bukakan pintunya Bik" perintah Theo.
"Sayang, gak boleh gitu. Kita terima dengan sopan ya. Kali saja ada yang penting" ucap Chika
"Orang kayak dia mah di kasih empedu mintanya hati sayang. Udah biarkan saja" Theo sangat membenci Sandara.
Semenjak dua tahun lalu Sandara pergi dengan perempuan lain disaat Theo melamarnya dan memilih pria tersebut demi ketenaran.
Lagi-lagi bel rumah berbunyi berkali-kali. Theo tetap menghiraukan Nya. Chika mau tidak mau juga tidak bisa membukakannya. Ia harus bersiap-siap untuk berangkat kerja.
"Sayang, nanti aku pulang mampir ke rumah mama ya. Sudah lama aku gak ke sana" pinta Chika. Padahal hampir setiap hari Chika mampir ke rumah orang tuanya.
"Oke, nanti aku ke sana" ucap Theo.
Theo dan Chika sudah siap untuk berangkat bareng. Mereka turun ke garasi mobil dan langsung masuk ke dalam mobil.
Begitu mobil keluar dari garasi, Sandara menepuk Kaca mobil tepat di bagian Chika. Chika terkejut mendengarnya.
"Theo, dengarkan aku. Aku tidak akan menyerah. Aku akan buktikan bahwa aku yang pantas di samping kamu!" teriak Sandara sambil mengejar mobil Theo.
"Aku tidak akan menyerah! Aku akan merebut kembali posisiku!" teriaknya lagi.
Di dalam mobil jantung Chika masih berdetak sangat kencang. Chika benar-benar kaget sekali.
Sampai di sekolah, Chika bertemu dengan Airin yang sedang di antar oleh orang tuanya. Airin tersenyum dan melambaikan tangannya ke Chika.
"Pagi Airin, hari ini ceria sekali" sapa Chika.
"Salam dulu nak ke Bu Guru" Maminya Airin meminta Airin untuk memberi salam ke Chika.
"Mami, papi. Airin sekolah dulu ya" ucap gadis kecil yang cantik.
"Patuh ya sayang sama Ibu Guru. Nanti siang papi jemput kamu" kata Papinya Airin.
Chika bersama Airin masuk bersama ke sekolah. Dengan hati riang Airin menggandeng tangan Chika.
Sepanjang perjalanan ke kelas, Airin tidak ada hentinya bercerita sambil tertawa bersama. Kedua temannya ikut tertawa ketika bertemu Airin dan Chika.
Selama pelajaran berlangsung Airin selalu menempel dengan Chika. Jika Chika keluar Airin hanya dekat dengan guru lainnya.
Sepulang sekolah, Chika bersama kedua temannya bersiap untuk pulang. Namun langkah mereka terhenti kembali ketika melihat Airin sedang duduk termenung menunggu Papinya menjemputnya.
"Kalian pulang duluan saja. Oh iya, aku minta nomor ayah atau ibunya Airin ya" perintah Chika.
Chika menghampiri Airin. "Kamu belum di jemput papi kamu ya? Ibu temani ya" ucap Chika.
Setelah lama menunggu, Chika mengajak Airin untuk pulang ke rumahnya dan Airin pun mau pulang bersamanya.
Begitu sampai di rumahnya, Chika langsung menghubungi orang tua Airin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments