Sebuah mobil sport merah memasuki garasi mobil di sebuah rumah mewah berwarna putih. Chika semakin takjub. Ia tidak menyangka akan menikah dengan orang sekaya Theo.
"Selamat datang di kediaman keluarga Oliver Tuan Putri" Theo membungkukkan tubuhnya ketika Chika keluar dari mobil.
"Apa sih kamu? Oh, iya kue nya aku taruh di belakang" memukul manja bahu Theo.
"Siap Tuan Putri, akan saya ambil" Theo tersenyum manis pada Chika. Lalu, Theo menggandeng tangan Chika.
Theo jalan sambil tersenyum begitu juga Chika yang senang dengan perlakuan Theo. Betapa manisnya sikap Theo.
Merekapun masuk ke rumah itu. Disambut oleh para pelayan dan juga kedua orang tua Theo. Mereka senang dengan kedatangan anak dan menantunya.
"Akhirnya kita ketemu lagi ya cantik" Mama Ratna langsung memeluk Chika.
"Mama! sekarang yang di sambut duluan menantunya daripada anaknya" Theo cemberut lalu tersenyum ketika sang mama memeluknya juga.
"Oh iya, ini ada kue buatan Putri. Ketika Theo bilang kita akan makan malam di rumah mama, Putri langsung membuatkan kue ini untuk mama dan papa" kata Theo sambil memberikan sekotak kue.
"Yuk masuk dulu. Wah, kuenya wangi sekali ya. Mama sudah tidak sabar ingin mencicipi" kata mama yang berjalan sambil mencium kotak yang berisi kue.
"Mama bisa saja. Hanya kue kampung yang sederhana kok ma" ungkap Chika.
Mereka berempat duduk di ruang makan. Para pelayan mengantar menu utama yaitu Beef Steak Wagyu. Untungnya Chika sudah pernah memakan Steak sehingga mengerti posisi garpu dan pisau.
Menu kedua, para pelayan mengantarkan Krim Sup Asparagus. Belum sampai di situ. Setelah menu kedua habis, para pelayan membawakan makanan penutup yaitu beberapa potongan buah segar yang di sajikan di dalam mangkuk berwarna putih.
Mama Theo lebih suka memakan buah setelah makan. Itu sebabnya seisi rumah pun saat setelah makan harus ikut menyantap buah-buahan selepas makan.
Chika merasa kekenyangan sekali dengan menu sebanyak itu. Ia merasa bersalah pada Theo. Chika hanya menyajikan makanan sederhana. Bahkan jika Chika di suruh memasak menu tadi, ia tidak bisa membuatnya.
"Kamu kenapa sayang?" Theo melihat Chika yang melamun.
"Aku merasa bersalah" jawabnya membuat Mama Ratna dan Papa Ben menghentikan makannya.
"Bersalah kenapa?" pertanyaan Theo membuat air mata Chika jatuh.
"Aku hanya bisa membuatkan mu makanan sederhana" tangis Chika pecah sehingga membuat yang lain tertawa.
"Sayang, masakan kamu enak kok" Theo mengusap air matanya.
"Kenapa nangis nak? Mama bangga sama kamu kok. Setidaknya kamu sudah berusaha membuatkan makanan untuk suami kamu. Apapun itu, padahal di rumah sudah ada pelayan tapi kamu tetap memasakkan makanan untuk Theo" Mama Ratna menenangkan hati Chika.
"Papa saja hanya di masakin pas lagi pacaran saja. Pas udah nikah mah pelayan semua yang masakin. Mama kamu tuh katanya buat apa punya pelayan tapi masih masak sendiri. gitu katanya" Papa Ben meledek sang istri.
Setelah makan malam dan berbincang-bincang mereka berpamitan untuk pulang. Karena besok sudah mulai kerja lagi.
Saat di jalan, ponsel Theo terus berdering. Namun tidak Theo tanggapi. Chika melihat nama wanita di ponsel Theo. Hati Chika terasa sakit sekali.
"Dia mantan aku yang waktu ke rumah. Kalau kamu mau, kamu bisa mengangkatnya kok" Theo tersenyum membiarkan Chika memilih agar Chika merasa tenang. Theo mengerti perasaan Chika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments