Suara piring dan suara sendok garpu yang saling bersentuhan berhenti. Chika menuang air di gelas milik Theo. Begitu juga dengan Theo yang menuangkan air ke gelas Chika.
"Tadi siang aku dan teman-temanku ke Cafe biasa aku datangi" kata Chika.
"Wah, seru dong. Kamu kan biasanya ke sana sendirian. Sekarang sudah punya teman. Aku senang kalau kamu punya teman" kata Theo.
"Dari dulu aku heran sekali. Kenapa Cafe itu baik sekali padaku. Selalu ada saja sesuatu yang diberikan ke aku"
"Tapi, aku tahu sekarang, aku sadar dan aku mengerti. Kamu begitu perhatian padaku. Walau kamu belum mengenalku, tapi kamu begitu baik padaku" air mata Chika berkumpul di sudut mata Chika.
"Aku, aku bodoh. Aku bodoh yang sudah menutup pintu hati aku untuk kamu yang begitu perhatiannya padaku. Kamu begitu baik padaku. Bahkan kamu sudah mampu menghapus air mataku disaat aku menangisi pria lain" Kini air mata Chika tak dapat tertahankan lagi. Theo berjalan mendekati Chika yang masih duduk di kursinya.
"Putri, sudahlah. Kamu jangan menangis. Aku sudah berjanji tidak akan membuatmu menangis. Aku mohon kamu jangan menangis lagi" Theo menghapus air matanya.
"Bantu aku"
"Bantu aku untuk mencintaimu" ucap Chika.
"Kamu jangan menangis lagi ya. Aku janji akan berjuang agar kamu dapat mencintaiku. Kamu juga bantu aku agar aku bisa membuatmu cinta padaku" kata Theo sambil tersenyum.
Chika menghapus air matanya dan memeluk Theo secara tiba-tiba. Theo terkejut dan tersenyum saat Chika memeluknya.
"Bolehkah aku memelukmu?" tanya Theo yang berada di pelukan Chika. Chika pun menganggukkan kepalanya. Sehingga Theo membalas pelukan Chika. Mengusap lembut rambut pendek Chika.
***
Chika mulai mencoba membuka hatinya. Menjadi istri yang baik untuk Theo. Setiap ada waktu kosong Theo dan Chika pergi bersama. Baik itu ke taman, ke Mall ataupun ke tempat wisata.
Setiap pagi Theo mengantarkan Chika lebih dulu. Jika ada waktu setiap istirahat Theo menjemput Chika dan mengajaknya makan siang.
Tapi, jika Theo sedang sibuk dan tidak bisa mengajak Chika makan siang bersama, Chika selalu membawakan Theo bekal.
Chika selalu memasakkan makanan untuk Theo pagi dan malam. Theo tidak pernah bosan memakannya. Terkadang masakan yang Chika masak adalah menu yang baru pertama kali Theo coba. Seperti sayur asam, oseng tahu dan tempe, tahu tempe bacem dan juga sayur lodeh.
Semakin lama, rasa sayang dan cinta itu muncul dengan perlahan. Chika mulai mencintai Theo. Begitupun dengan Theo, Theo semakin mencintai Chika.
"Semakin hari Tuan dan Nyonya semakin romantis saja ya" gosip mulut Bik Tina.
"Ya namanya juga suami istri toh Tin. Kamu ngiri saja nih" jawab Bik Ela.
Di Sore hari, saat Bik Tina dan Bik Ela bergosip terdengar suara bel rumah berbunyi beberapa kali.
"Bik Ela, Bik Tina. Ada tamu tuh sepertinya" teriak Chika dari dapur memanggil kedua pelayan di rumah.
"Iya nyonya, biar Bibi yang buka" jawab Bik Ela.
Sementara Bik Ela membuka pintu, Bik Tina membantu Chika membuat menu makan malam.
Terdengar suara perempuan dari ruang depan, Chika keluar dari dapur dan pergi ke ruang depan.
"Ada apa Bik?" tanya Chika yang belum melihat keberadaan perempuan lain di rumah.
"Ini Nyonya, ada yang mencari Tuan Theo" Bik Ela menunjuk ke arah perempuan yang sudah masuk ke dalam rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments