SEKAR

Fani dan Lilis berjalan beriringan menuju Puskesmas. Kedatangan mereka disambut oleh dokter Agung, perawat Adi dan perawat Fahmi. Usai memperkenalkan diri, dokter Agung mempersilahkan Lilis untuk mulai bekerja. Lilis meminta izin untuk ikut ke ruangan Fani sembari menunggu pasien, dokter Agung mengizinkan.

"Menunggu itu membosankan. Kemarin, gak ada pasien sama sekali. Gak tahu dengan hari ini."

"Apa karena tempatnya yang terpencil ya mbak makanya gak ada pasien yang datang?"

"Bisa jadi begitu, tetangga kiri kanan puskesmas kan juga ada tapi gak ada yang datang berobat."

"Bingung ya mbak? gak ada yang datang harusnya menjadi hal yang baik karena artinya, mereka semua pada sehat tapi kita yang jadi bosan," ujar Lilis sembari tertawa.

"Nah, itu maksud aku."

"Eh mbak, kayaknya ada pasien tuh, dengerin deh!"

Fani diam seraya menajamkan pendengarannya. Memang terdengar suara percakapan di depan. Fani pun lekas mengajak Lilis untuk melihat. Ternyata benar, ada seorang pasien yang datang. Perempuan, berambut panjang dan sepertinya masih muda. Fani yang penasaran, mendekatinya. Namun yang terjadi, Fani malah terkejut dan membuat tubuhnya limbung.

"Mbak, mbak Fani kenapa?" tanya Lilis.

Fani menggelengkan kepalanya seraya terus menatap ke arah pasien perempuan tersebut.

"Kamu kenapa Fan? lagi gak sehat?" tanya Adi.

"Enggak kok."

"Bawa Fani masuk dulu Lis!"

"Iya mas."

Tubuh Fani gemetar hebat, sedangkan pasien perempuan itu, diantar masuk ke dalam ruangan dokter Agung.

"Apa yang dikeluhkan mbak?" tanya dokter Agung.

"Batuk dok. Saya heran, batuk saya kok gak sembuh-sembuh ya?"

"Sejak kapan?"

"Sudah tiga mingguan."

"Sebelumnya sudah ke dokter?"

"Belum."

"Pernah diobati belum?"

"Pernah dok tapi pakai obat herbal. Seperti jeruk nipis, kembang blimbing dan juga kencur."

"Gimana reaksinya, berkurang atau tidak batuknya?"

"Sama sekali tidak berkurang dok."

"Yasudah ini nanti saya kasih obat. Diminum tiga kali sehari ya!"

"Iya dok."

"Namanya siapa mbak?"

"Saya sekar dok."

"Oke ini ya, semoga lekas sembuh!"

"Iya dok terima kasih!"

"Iya sama-sama."

...🌸🌸🌸...

Setelah Sekar pulang, Fani memperhatikannya, melihat ke arah mana dia berjalan lalu menanyai dokter Agung tentang siapa namanya dan apa penyakitnya.

"Namanya Sekar, dia sakit batuk tapi gak sembuh sembuh, batuknya bandel," canda dokter Agung.

"Kamu kenapa sih Fan? penasaran banget sama pasien tadi," tanya Fahmi.

"Entah kalian percaya atau tidak tapi wajah pasien itu sangat mirip dengan sosok hantu perempuan yang menggangguku di rumah dinas."

"Wah, ternyata kamu sudah disambut juga."

"Memangnya mas Fahmi juga pernah mengalaminya, pernah diganggu sosok perempuan itu juga?"

"Diganggu sih pernah tapi bukan hantu perempuan melainkan pocong. Baru semalam udah langsung dapat sambutan."

"Mas Adi dan dokter Agung juga gitu?"

Perawat Adi dan dokter Agung pun menganggukkan kepala mereka.

"Jadi semuanya sudah pernah."

"Yap, betul sekali," jawab Fahmi.

"Kalau soal Sekar ini, kenapa bisa mirip ya?"

"Bukannya wajar? banyak orang mirip loh di dunia ini," timpal Adi.

"Bener tuh, ada juga yang bilang gini, pasti ada saja orang yang mirip dengan kita meskipun tidak ada hubungan darah. Katanya, sampai tujuh orang yang mirip dengan kita," sahut Fahmi.

"Masak sih, siapa yang bilang?" tanya Fani.

"Orang, orang-orangan sawah," jawab Fahmi lalu tertawa yang kemudian mengundang gelak tawa yang lainnya.

"Tapi, mungkin gak sih kalau si Sekar tadi sama hantu yang gangguin aku itu masih ada hubungan kerabat?" tanya Fani yang masih merasa penasaran.

"Haduh, makin melantur saja kamu," ucap Adi.

"Bisa aja kan, kali aja bener. Apa aku datangi rumah Sekar aja ya, aku tanya langsung ke dia."

Dokter Agung lekas mencegahnya.

"Jangan Fan!"

"Kenapa gak boleh dok?"

"Gini ya, atas dasar apa kamu mendatangi rumahnya? ujuk-ujuk datang lalu nanyain soal hantu yang mirip dengan wajah dia. Kamu kira, dia gak akan tersinggung?"

"Iya juga ya.."

"Udah ya, jangan terlalu dipikiran! kali aja emang bener, banyak yang punya wajah mirip seperti yang Fahmi bilang tadi."

"Semoga aja gitu dan lebih baik lagi kalau Sekar gak datang ke sini tadi."

"Loh, bukannya kemarin kamu yang ngeluh karena gak ada satu pun pasien yang datang? giliran ada, malah berharap dia gak usah datang, gimana sih?"

"Bukan gitu dok, saya takut. Nih, tangan saya aja masih gemeteran."

Semua orang lantas melihat ke arah tangan Fani dan memang benar, tangannya masih gemetar. Tak ayal membuat semua orang tertawa. Mereka merasa bahwa Fani terlalu berlebihan.

"Hati-hati gila loh, kalau ketakutan gitu terus!" ledek Adi.

"Siapa juga yang mau? hantunya aja yang usil. Lagian, gimana sih cara kalian bertahan dari gangguan-gangguan ghaib di sini?"

"Wah ada yang pingin berguru rupanya," ledek Fahmi.

"Iya, aku mau terbebas dari hantu sialan itu."

"Caranya cuma satu," jawab Fahmi dengan suara yang sengaja dipelankan.

"Apa?"

"Ajak dia kenalan dan jadikan sahabat hahaha!"

"Ihh... ogah!"

Hari itu, Fani menjadi sasaran empuk candaan Adi dan Fahmi. Mereka semua hanya bercanda. Tidak ada yang berniat untuk menyakiti.

...🌸🌸🌸...

Di rumah, Fani dan Lilis bercengkeramah di ruang tamu. Beragam hal mereka bicarakan hingga tanpa terasa, malam kian larut. Sialnya, Fani kelaparan. Berhubung tak ada satu pun penjual makanan maka, Fani mengajak Lilis untuk memasak mie instan yang langsung lilis setujui. Lilis berkutat menyiapkan bumbu mie di piring sementara Fani yang memasak.

"Kamu suka yang matang banget apa sedang Lis?"

"Sedang mbak. Secukupnya saja, jangan terlalu matang!"

"Oke," jawab Fani sembari memotong sawi hijau.

"Aku kasih sawi banyak ya?"

Lilis tak menjawab. Fani pikir, Lilis tak mendengar jadi, dia bertanya kembali sembari tetap fokus pada sawi yang ia potong.

"Kamu suka sawi kan Lis?"

"Lis.."

"Iya.. suka," jawab Lilis perlahan.

Setelah semua sawi terpotong, Fani beralih pada panci. Fani meminta mie dari Lilis seraya menyalakan kran air untuk mencuci sawi. Fani menerima mie yang Lilis ulurkan tanpa melihat ke arahnya. Setelah mie dimasukkan, Fani lantas memecahkan telur dan kemudian meminta Lilis untuk membuang cangkangnya. Perhatian Fani masih terfokus pada panci saat Lilis menghampiri.

"Mienya sudah dimasukkan mbak?" tanya Lilis.

...Deg.......

"Bukannya kamu yang tadi ngasiin mie ke aku?"

"Aku?"

"Iya, ini mienya udah kumasak sama telur. Tinggal masukin sawi."

"Mbak, aku habis dari kamar mandi, buang air kecil."

"Hah? jangan bercanda Lis!"

"Beneran mbak."

"Bukan kamu yang ngulurin mie tadi?"

"Bukan," jawab Lilis sembari menggelengkan kepala.

Seketika Fani terdiam, tubuhnya serasa membeku. Ia menelan ludahnya, mengumpulkan keberanian untuk menoleh ke belakang.

"Lis.."

"Iya mbak.."

Fani kembali menelan ludahnya lalu menoleh dengan cepat. Sosok hantu perempuan kembali datang, duduk sembari tertawa cekikikan.

"Aaaaaaaaaaaa!!!"

Fani berteriak lalu berlari tunggang langgang masuk ke dalam kamar.

...🍂 Bersambung... 🍂...

Terpopuler

Comments

Diankeren

Diankeren

lah tu si Lilis bjimane tu wooii... !!! 🤣

2024-01-26

1

Diankeren

Diankeren

iye bner fan. w si ngalamin bru ngliat 1 org yg mirip w 😁

2024-01-25

1

yuli Wiharjo

yuli Wiharjo

Astaugfirullahaladzim si othor Emang

2024-01-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!