Sosok Yang Sama

Fani mengantarkan Rifki ke depan rumah. Rasanya berat sekali melepas Rifki kembali. Fani telah membayangkan betapa rindunya dia kepada Rifki nanti. Ditambah suasana desa terpencil yang kian membuat Fani tidak betah.

"Baik-baik ya di sini!"

"Inget ya! dua minggu lagi tengokin aku!"

"Iya, kalau gak dua minggu ya tiga minggu."

"Bisa gak sih seminggu sekali aja?"

"Pengennya gitu tapi kan aku juga kerja sayang."

"Hemm.. kamu hati-hati ya!"

"Iya, aku kabarin kalau sudah sampai!"

"Aku tunggu."

Rifki menganggukkan kepalanya.

"Yaudah, aku berangkat ya! assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Rifki masuk ke dalam mobil lalu menyalakan mesinnya. Mobil melaju kian jauh, menjauh hingga menghilang dari pandangan Fani. Fani menghela napas panjang seraya memanyunkan bibirnya dan kemudian berjalan kembali ke dalam kamar.

"Dua atau tiga minggu.. pasti kangen banget aku."

"Mbak Fani dan mas Rifki akan menikah ya?" tanya Lilis.

"Insha alloh iya."

"Pasangan yang serasi kalian, cocok sekali."

"Terima kasih ya! Ohya Lis, aku tinggal ke puskesmas dulu ya! kamu bisa rebahan, ada makanan juga di dapur, makan aja!"

"Iya mbak."

...🌸🌸🌸...

Keadaan Puskesmas masih sama, sepi. Tidak tampak satu pun pasien di sana. Alhasil, Fani merasa bosan dan kemudian keluar ruangan menemui dokter Agung.

"Ada apa Fan?"

"Kok sepi banget ya Dok, apa setiap hari begini?"

"Hemm.. sebenarnya iya. Saya kasih sedikit gambaran ya ke kamu. Seperti yang sudah kamu lihat, lokasi puskesmas kita lumayan terpencil. Tetangga kiri kanan bisa dihitung dengan jari. Desa-desa lain jaraknya lumayan jauh juga. Jadi, kalau pun ada pasien ya.. jarang sekali datangnya."

"Lalu, di desa-desa itu apa ada tenaga medisnya?"

"Kayaknya gak ada, mereka mengandalkan jamu tradisional. Setelah parah baru dibawa ke sini, kalau kita tidak bisa menangani ya rujukan deh ke rumah sakit."

"Kalau terlambat ditangani gimana?"

"Ya.. kamu tahulah gimana jadinya."

"Hemm.."

...🌸🌸🌸...

Hingga jam tutup puskesmas, masih tak ada satu pun pasien yang datang. Fani berpamitan kepada dokter Agung, perawat Adi dan Fahmi lalu berjalan kaki kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, Fani lekas mandi, makan dan kemudian merebahkan diri di ranjang sembari mengobrol bersama Lilis.

"Lis, kemarin aku lihat, kamu sendirian datang ke sini? orang tuamu ke mana kok tidak ikut mengantar?"

"Orang tua saya sudah tua mbak."

"Wah sama kalau gitu. Makanya jadi Rifki yang nganterin aku."

"Mbak Fani sih beruntung sudah punya calon. Kalau saya.. hemm.. pacar aja belum ada."

Fani tertawa.

"Tenang, di puskesmas ada perawat Adi sama perawat Fahmi. Kali aja mereka jomblo dan siapa tahu ada salah satunya yang berjodoh dengan kamu."

Lilis turut tertawa.

"Masih jam segini tapi udah sepi banget. Di luar pun gelap gulita," keluh Fani.

"Namanya juga di desa mbak."

"Terpencil, desa terpencil lebih tepatnya. Kalau di desa doang gak segini amat. Hemm.. mimpi apa bisa terdampar di sini."

"Sabar ya mbak!"

"Iya-iya, kita tidur yuk! ngantuk nih."

"Iya mbak."

Hanya dalam hitungan menit, Fani tertidur. Sialnya, dia bermimpi buruk. Dalam mimpinya, dia melihat seorang wanita duduk di kursi dapur. Posisinya menyamping dari posisi Fani berdiri. Fani yang kala itu hanya berdiri sembari coba menerka siapa wanita tersebut, kini mulia mendekat. Sedangkan wanita itu tetap diam, seolah tak merasakan kedatangan Fani.

"Maaf! kamu siapa?" tanya Fani.

Wanita itu masih diam tak bergeming. Fani bertanya untuk yang ke dua kali seraya melangkah maju hingga jarak mereka kian dekat.

"Mbak.."

Dari samping, terlihat seulas senyum di bibir wanita itu dan kemudian, dia berpaling dengan perlahan. Fani terhenyak sebab wajah wanita itu sangat mirip dengan penampakan hantu wanita di malam pertamanya menginap di rumah dinas.

Kengerian kian bertambah kala wanita itu memutar kepalanya layaknya kepala burung hantu sembari tertawa cekikikan. Sontak Fani histeris, ia berteriak hingga terbangun gelagapan. Dia bahkan mendorong Lilis yang tengah coba menenangkannya sebab ia mengira bahwa Lilis adalah hantu wanita yang muncul di mimpinya.

"Mbak Fani.."

"Pergi! pergi kamu!"

"Mbak Fani tenang! ini Lilis mbak."

"Lilis?"

"Iya, mbak Fani lihat baik-baik!"

Fani menegaskan pandangannya seraya mengatur deru napasnya.

"Astaga Lilis, maaf ya!"

"Mbak Fani kenapa?"

Fani menimbang hendak bercerita atau tidak. Fani khawatir membuat Lilis ketakutan dan akhirnya memilih untuk tidak bercerita.

"Gak kenapa-kenapa kok. Cuma mimpi buruk, bunga tidur."

"Hemm.. minum dulu mbak!"

"Iya Lis terima kasih."

"Mbak Fani beneran baik-baik aja?"

"Iya beneran. Kamu tidur lagi gih!"

"Mbak Fani gimana?"

"Aku juga tidur habis ini."

"Yaudah, Lilis tidur lagi ya mbak!"

"Iya Lis."

Lilis kembali merebahkan tubuhnya di ranjang, begitu pun dengan Fani. Mimpi buruknya masih tergambar jelas di ingatan membuat Fani bergidik ngeri. Dia juga takut kalau hantu wanita itu datang lagi.

"Ya Alloh, aku takut banget. Tolong jaga aku dalam tidurku aamiin!"

Fani menghela napas panjang lalu mulai memejamkan mata. Fani tidak tahu kalau ternyata hantu wanita itu memang sedang berada di kamar, mengamatinya, duduk berayun di atas lemari.

...🌸🌸🌸...

Keesokan harinya, Fani tak dapat lagi menahan diri. Akhirnya, dia bertanya kepada Lilis.

"Lis.."

"Iya mbak."

"Kamu kan sudah menginap semalam di sini, apa tidak mengalami kejanggalan apa pun?"

"Apa ya mbak, kejanggalan apa?"

"Hemm.. gimana ya bilangnya?"

"Terus terang aja mbk, ada apa?"

"Maksudku penampakan, kamu lihat hantu gak di rumah ini?"

"Hantu... enggak tuh."

"Masak sih enggak? aku tuh langsung digangguin di malam pertama menginap di sini."

"Hantu apa mbak?"

"Perempuan, gak tahu lah itu apa, mungkin sejenis kuntilanak kali."

"Serem juga ya?"

"Kok kamu aman-aman aja sih?"

"Jangan nakutin gitu dong mbak!"

"Aku gak nakutin. Nih ya.. semalem yang aku mimpi buruk itu, kamu tahu aku mimpi apa?"

"Mimpi apa?"

"Mimpiin hantu itu."

"Pantesan mbak Fani sampai kayak gitu."

"Sial banget kan?"

"Kalau menurut Lilis sih, mbak Fani ini emang peka deh sama hal-hal yang begituan. Kalau Lilis, enggak. Soal mimpi mbak Fani itu, kayaknya karena rasa takutnya mbak Fani aja sampai akhirnya terbawa ke alam mimpi."

"Masuk akal juga kata-katamu tapi soal peka, rasanya enggak juga deh Lis. Sebelumnya, gak pernah tuh aku ngalamin hal kayak gini."

"Gak pernah kan bukan tolak ukur pasti untuk gak peka."

"Ah bener lagi ucapanmu."

Lilis tersenyum.

"Kita sarapan dulu mbak?"

"Iya-iya, kita sarapan dulu. Ayo!"

Lilis menganggukkan kepalanya.

...🍂 BERSAMBUNG... 🍂...

Terpopuler

Comments

yuli Wiharjo

yuli Wiharjo

ahh mau berhenti Baca tapi aku Penasaran

2024-01-10

2

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝙗𝙞𝙨𝙖" 𝙁𝙖𝙣𝙞 𝙨𝙩𝙧𝙚𝙨 𝙠𝙡 𝙙𝙞 𝙜𝙖𝙣𝙜𝙜𝙪 𝙩𝙧𝙪𝙨 𝙩𝙞𝙖𝙥 𝙝𝙖𝙧𝙞 😱😱😱

2023-07-26

1

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

kayak nya s Lilis mah betemen ama tuh s kunti

2022-11-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!