Subuh di hari berikutnya, istri pak eko terbangun. Beliau lekas beranjak dari tempat tidur untuk mandi dan kemudian mulai memasak. Tak lama kemudian, Fani dan Rifki bangun. Fani celingukan mencari keberadaan bu Yanah, istri pak Eko. Hingga ia mendengar suara berisik dari arah dapur dan menduga bahwa bu Yanah sedang berada di sana sekarang.
"Bu Yanah bangun jam berapa?" tanya Fani sembari duduk di atas dipan kayu yang ada di dapur.
"Belum lama kok bu bidan. Maaf saya lancang masak di sini!"
"Tidak apa-apa bu, saya malah senang. Masak apa bu?"
"Kemarin, saya bawa bayam sama jagung dari rumah untuk saya masak jadi sayur kunci hari ini."
"Seger banget nih pasti. Ohya bu, saya mau ke rumah bu Baeah deh habis ini, mau nyoba belanja. Sekalian pingin tahu rumahnya juga."
"Iya bu bidan monggo, gak jauh kok."
"Yaudah deh, saya mandi dulu ya bu!"
"Iya."
Setelah mandi, Fani pamit ke bu Yanah karena dia ingin belanja ke rumah bu baeah sebentar. Rifki menemaninya berjalan kaki ke sana. Seperti yang telah Fani duga, jarak tujuh rumah itu lumayan jauh. Kurang lebih lima ratus meter dari rumah dinasnya. Tak ayal membuat Fani yang jarang berjalan kaki, terus mengeluh.
"Tuh kan bener, jauh kan?"
Rifki terkekeh.
"Namanya juga di desa yang, setiap rumah punya halaman yang luas. Selain itu, jarak satu rumah dengan yang lainnya juga sering kali di pisahkan oleh kebun milik mereka."
"Capek tahu?"
"Mau aku gendong?"
"Mau banget tapi malu lah, masak bidan kayak anak kecil gitu."
Rifki tersenyum.
"Yaudah ayo! tinggal dikit lagi," ajak Rifki seraya menarik tangan Fani.
Ketika sampai, Fani tak langsung berbelanja. Dia lebih memilih untuk duduk sembari mengatur napas. Rifki merapikan anak rambut Fani juga mengusap keringat yang hampir jatuh ke matanya.
"Malu tahu dilihat ibuk-ibuk!" gerutu Fani.
Para pembeli terlihat menahan senyum mereka kala melihat Rifki yang begitu perhatian.
"Iya-iya, udah sampai nih, mau beli apa?" tanya Rifki.
Fani bangkit lalu mendekat ke arah dagangan bu Baeah. Netranya berpendar mengamati satu persatu dagangan yang di jajakan.
"Mbak ini baru ya di sini? saya kok belum pernah lihat," tanya bu Baeah.
"Iya bu, saya baru, baru datang kemarin. Rencananya akan tinggal tiga bulan di sini," jawab Fani.
"Kok cuma tiga bulan?"
"Iya karena saya ditugaskan di sini hanya sampai tiga bulan saja."
"Oh ini bu bidan Fani ya? kami sudah banyak yang mendengar kalau akan datang seorang bidan."
"Benar bu, saya Fani."
"Syukurlah ada bidan sekarang. Para ibu hamil dan anak-anak sangat membutuhkan bantuan bu bidan."
"Semoga kedatangan saya bisa bermanfaat saya bu di sini!"
"Pasti bermanfaat bu."
Fani tersenyum seraya mengulurkan sayur dan lauk apa saja yang hendak ia beli.
"Mau masak besar bu, belanjaannya banyak sekali?"
"Tidak kok bu, rencananya untuk masak selama seminggu biar gak bolak balik."
"Oh begitu..."
Fani kembali mengulas senyum termanisnya.
"Itu.. suaminya ya bu bidan?" tanya bu Baeah sembari mengedipkan mata.
Fani terkekeh.
"Masih calon bu."
"Oh, masih calon. Pinter nih bu bidan milih pacar, cakep."
Fani hanya tersenyum menanggapi candaan bu Baeah.
...🌸🌸🌸...
Fani meluruskan kakinya di teras rumah usai berjalan pulang dari rumah bu Baeah. Bu Yanah lekas membawakan air putih untuk Fani dan Rifki.
"Kalau tiap hari gini, bisa kurus kering aku."
"Bukan kurus tapi sehat," timpal Rifki.
"Iya bu bidan, lama-lama akan terbiasa. Mari sarapan bu, mas!"
"Bu Yanah duluan saja, saja mau mandi lagi!"
"Iya bu bidan."
...🌸🌸🌸...
Usai mandi dan sarapan, Fani lekas bergegas ke puskesmas. Sementara Rifki, menunggu di rumah. Di sana, dokter Agung, perawat Adi dan perawat Fahmi menyambutnya.
"Pak Eko pasti sudah memberitahukan tentang kami kemarin, saya dokter Agung, ini perawat Adi dan perawat Fahmi. Hari ini juga akan datang satu perawat perempuan namanya Lilis."
"Iya dok, saya sudah tahu. Mohon bantuannya semua."
"Tentu saja, kita semua akan saling membantu."
"Fani sudah menginap semalam di sini, gimana , ada yang pengen diceritain ke kita gak?" tanya Adi.
"Tentang apa ya?"
"Apa aja.."
"Sudah-sudah, jangan hiraukan adi. Emang suka iseng dia. Fani bisa masuk ke ruangan ibu dan anak di sebelah kiri ini ya." timpal dokter Agung.
"Iya dok."
...🌸🌸🌸...
Fani duduk santai di ruangannya sembari menunggu pasien datang. Namun, hingga pukul dua belas siang, belum ada satu pun pasien yang datang.
"Kok belum ada pasien sih? apa karena sehat semua? atau lokasi puskesmas yang terpencil?"
Fani memutuskan untuk menengok ke ruang tunggu di depan yang ternyata memang kosong juga.
"Bisa mati bosan aku kalau setiap hari gak ada kerjaan."
Fani lantas meminta izin dokter Agung untuk kembali ke rumah sebentar karena Rifki hendak pulang siang ini.
"Iya Fani boleh, silahkan!"
"Terima kasih dok."
"Iya sama-sama."
Di rumah, Rifki tengah mengecek barang-barangnya di dalam ransel. Barang yang akan dia bawa kembali ke kota. Fani yang melihatnya lekas memeluk Rifki dari belakang.
"Udah mau pulang ya?" tanya Fani.
"Iya."
"Di sini tuh sepi, serem, terpencil. Kamu yakin mau ninggalin aku di sini?"
"Mau gimana lagi? ini tugas yang harus kamu jalani. Lagi pula, akan ada perawat Lilis yang menemanimu nanti."
"Sering-sering ke sini ya! tengokin aku!"
"Iya, dua atau tiga minggu sekali, aku bakalan ke sini."
"Janji?"
"Janji."
...Tok .. tok.. tok.....
Terdengar suara pintu diketuk lalu diikuti dengan salam.
"Suaranya pak Eko tuh," ucap Fani.
"Iya, ayo kita lihat!"
Fani menganggukkan kepala seraya melangkah ke ruang tamu dan kemudian membukakan pintu. Pak Eko datang bersama seorang perempuan yang lekas Fani tebak, dialah Lilis si perawat perempuan yang akan bertugas di puskesmas juga.
"Lilis ya?" tanya Fani.
"Iya bu bidan, saya Lilis."
"Akhirnya kamu datang juga. Aku jadi ada temennya deh."
Lilis tersenyum.
"Ayo masuk!"
Lilis menganggukkan kepalanya.
"Saya pamit dulu ya bu bidan, mari mas!"
"Iya pak Eko, terima kasih banyak!"
"Iya bu bidan."
Pak Eko pun kembali ke puskesmas, sedangkan Lilis dipersilahkan masuk oleh Fani dan diajak berkeliling.
"Sebenarnya, aku juga belum bisa beradaptasi sih di sini tapi dengan adanya kamu, semoga kita bisa lekas betah ya!" ucap Fani.
"Iya bu bidan."
"Jangan panggil gitu ah! panggil Fani aja!"
"Enggak enak saya, saya panggil mbak Fani aja ya!"
"Iya-iya boleh. Kamu beresin barang-barang kamu dulu gih, aku mau ke depan, nganterin Rifki, mau pulang!"
"Iya mbak."
...🍂 Bersambung... 🍂...
...🍂 Jangan Lupa, Baca KONTRAKAN BERHANTU dan KOS-an BERHANTU juga ya. 🍂...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Diankeren
et Bu be ah bisa aja klo ngliat yg licin, bwaan'y mo kpleset trus y Bu 🙊
2024-01-24
1
Diankeren
kolok... anak bntot psti 🤦🏻♀️ sama kyk anak w 🤭 lki ge kolok bner 🥴
2024-01-24
1
Diankeren
sayur kunci 🤔 sayur apa tu tooor? 🙈
2024-01-24
1