SAMBUTAN

Fani dan Rifki celingukan, coba mencari si empunya rumah. Saat itulah, datang seorang laki-laki paruh baya. Laki-laki itu menyapa mereka dan memperkenalkan diri sebagai pak eko, penjaga puskesmas.

"Saya Rifki pak dan ini Fani, bidan yang ditugaskan di puskesmas ini."

"Oh bu bidan Fani, iya-iya. Saya sudah mendapat kabar perihal kedatangan bu bidan. Kok sudah tahu kalau bu bidan Fani akan tinggal di sini?"

"Tidak, saya tidak tahu. Tadi, kami ke puskesmas dulu tapi kosong makanya kami kemari. Rencananya sih mau tanya ke warga sekitar pak."

"Oh begitu," jawab pak Eko sembari membuka kunci pintu rumah tersebut.

"Loh, bentar pak!" tahan Fani.

"Ada apa bu bidan?"

"Kok kunci rumah ini, bapak yang bawa?"

"Iya bu, saya memang ditugaskan menjaga dan membersihkan puskesmas serta rumah dinas. Ada tiga rumah dinas di sini. Ini rumah tinggal bu bidan, lalu di sebelah kiri puskesmas, ada rumah tinggal pak dokter Agung dan di sebelahnya lagi rumah tinggal perawat Adi dan perawat Fahmi."

"Begini, maksud saya.. di dalam rumah ini kan ada orang, kok dikunci dari luar?"

"Orang siapa? tidak ada orang, bu bidan ini orangnya, yang akan menempati rumah ini nantinya."

"Tapi kan.."

Rifki menarik lengan Fani agar tidak membantah ucapan pak Eko.

"Mari silahkan masuk!"

"Iya pak."

"Nah, beginilah rumah yang akan bu bidan tinggali. Besok, akan datang seorang perawat perempuan yang akan tinggal serumah dengan bu bidan Fani. Namanya Lilis."

"Alhamdulillah ada temannya. Saya takut pak kalau harus tinggal di sini sendirian."

"Iya bu bidan, di sini ada dua kamar. Ruang tamu berukuran sedang ini, ruang makan, dapur dan kamar mandi."

Fani berjalan perlahan melihat satu persatu ruangan di rumah tersebut. Tidak ada yang janggal hanya saja, Fani belum terbiasa.

"Kayak di vila nih," gumam Rifki.

"Vila apanya? tiga bulan tinggal di sini, sudah terbayang bosannya. Terpencil, jauh dari mana-mana dan terbatas dalam banyak hal," sahut Fani di dalam hati.

"Ohya pak, rencananya malam ini, saya akan menginap. Enaknya gimana ya pak?"

"Emm.. begini saja, mas Rifki tidur di salah satu kamar di sini. Nanti, bu bidan Fani biar ditemani istri saya untuk malam ini."

"Iya pak begitu saja."

"Kalian silahkan berbenah dulu! sebentar lagi istri saya datang."

"Baik pak, terima kasih banyak," ucap Fani dan Rifki."

Fani memilih kamar yang berada di balik ruang tamu tepat lalu lekas mengeluarkan barang-barangnya dan menatanya. Sedangkan Rifki ke dapur untuk memanaskan air yang nantinya akan ia gunakan untuk menyeduh teh.

...🌸🌸🌸...

"Sudah beres nata bajunya?" tanya Rifki seraya masuk ke dalam kamar.

"Sudah, gimana dapur?"

"Udah juga, mie instan udah aku tata dan semua sayuran yang kamu bawa juga sudah rapi di sana."

"Calon suami yang baik."

Pujian Fani membuat Rifki tertawa lalu mengacak-acak rambut kekasihnya.

"Ayo ke depan, aku buatin teh tadi!"

"Oke."

Beberapa menit kemudian, istri pak Eko datang.

"Assalamualaikum bu bidan."

"Waalaikumsalam, istrinya pak Eko ya?"

"Iya bu."

"Mari silahkan masuk!"

"Saya akan menemani bu bidan malam ini."

"Iya buk. Ohya buk, kalau mau belanja sayuran di mana ya? kayaknya jauh dari mana-mana."

"Ada penjual sayur di dekat sini. Bu baeah namanya, rumahnya selang tujuh rumah dari sini."

"Gila tujuh rumah, orang jarak antar rumah aja lumayan jauh, apa kabar yang tujuh rumah?" gerutu Fani di dalam hati.

"Kalau begitu, saya akan belanja sekaligus untuk seminggu."

Jawaban Fani mengundang gelak tawa semuanya.

...🌸🌸🌸...

Selepas maghrib, suasana kian mencekam. Suara jangkrik dan tonggeret bersahut-sahutan. Fani termangu sembari menggerutu di dalam hati.

"Satu hari saja terasa sangat lama, gimana tiga bulan?"

"Bu bidan.."

"Iya buk ada apa?"

"Sudah malam, mari tidur!"

"Iya."

Fani merebahkan tubuhnya di atas kasur kapuk seraya memejamkan matanya. Saat tidur, samar-samar Fani merasa ada yg meniup matanya.

Perlahan Fani terbangun dan langsung membulat terkejut karena melihat penampakan seorang wanita yang melayang di atas tubuhnya tepat dimana wajah mereka saling berhadapan dengan jarak yang cukup dekat.

Dada Fani terasa dihantam dengan kencang. Dia terdiam sesaat sebelum kemudian berteriak. Istri pak eko bangun gelagapan dan seketika itu juga hantu wanita menghilang. Rifki yang mendengar suara teriakan Fani, lekas menghampiri di kamar.

"Ada apa yang?" tanya Rifki.

Fani menceritakannya dengan terbata-bata, dia sangat ketakutan. Rifki memeriksa seluruh sudut kamar namun tak menemukan apa-apa.

"Gak ada apa-apa yang. Mungkin, hantu itu sudah menghilang atau kamu sedang bermimpi tadi."

"Bukan mimpi, ini nyata. Dia benar-benar berada di atasku. Wajah kami saling berhadapan."

"Seperti apa rupanya?"

"Pucat dan menyeramkan, aku tidak bisa menggambarkan detilnya."

"Minum dulu bu bidan!" pinta istri pak Eko seraya mengulurkan segelas air putih.

"Terima kasih," ucap Fani seraya meneguknya.

Butuh waktu lama untuk membuat Fani kembali tenang, barulah kemudian, Fani bisa kembali terlelap dan Rifki pun kembali ke kamarnya. Kini, giliran Rifki yang merasa terganggu. Penampakan yang Fani ceritakan menyita sebagian besar ruang di otaknya.

"Fani tidak pernah berbohong sebelumnya. Terlebih, dia terlihat sangat ketakutan. Pasti apa yang ia katakan jujur. Jika benar ada penampakan, kasihan Fani juga jika harus ditinggal di sini hingga tiga bulan lamanya."

"Aku juga tidak mungkin menemaninya terus dan bagaimana pun, Fani harus tetap melalui semua ini untuk melangkah maju. Terlebih, dia punya mimpi untuk membuka praktik sendiri nanti."

Rifki menghela napas lalu mulai memejamkan mata dan hal yang tak terduga, ia alami. Rifki merasa ada yang menggelitiki telapak kakinya hingga membuatnya terbangun namun, saat diperiksa tak ada siapa pun. Hal ini, terjadi hingga tiga kali dan saat yang ketiga kalinya inilah, Rifki berinisiatif untuk memeriksa lebih seksama.

Dia duduk di pinggiran ranjang sembari mengedarkan pandangan. Sudut demi sudut ruangan ia perhatikan. Tak ada keanehan apa pun hingga saat ia mengintip ke kolong ranjang. Rifki seketika terkejut melihat sesosok perempuan tertawa cekikikan di bawah ranjangnya. Hanya dalam hitungan detik, sosok itu menghilang.

Beberapa saat kemudian, Rifki kembali memeriksa kolong ranjangnya. Sosok perempuan itu benar-benar telah menghilang. Rifki menghela napas lega seraya kembali merebahkan diri di ranjang.

"Seperti dugaanku, Fani berkata jujur. Baru juga menginap sehari, sudah dapat sambutan seperti ini," gumam Rifki.

"Kasihan Fani, aku tidak akan menceritakan hal ini padanya."

...🍂 BERSAMBUNG... 🍂...

Terpopuler

Comments

Diankeren

Diankeren

dsr setan.... untung w tdr'y lesehan 👅 g bisa lu nakutin w mah 🤣

2024-01-24

1

Diankeren

Diankeren

tuh, kmaren bda 1 hruf doank
skrg antiq
suka² otor bae ah 👻👻

2024-01-24

1

Diankeren

Diankeren

masook Pak Eko.... 🤭

2024-01-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!