Mengalah

"Temanmu yang mana?" Melvin masih belum mengerti.

"Ini, Regina. Dia ingin meminta bantuanmu untuk merubah bentuk wajahnya," jawab Rumi santai.

"Apa!" Melvin terlihat terkejut dengan ucapan Rumi.

"Re, ini nggak benar 'kan?" desak Melvin.

Terlihat dari wajahnya, Melvin sedang menolak permintaan Rumi. Regina hanya bisa tersenyum melihat wajah Melvin yang kesal. "Benar, Vin. Aku ingin merubah bentuk wajahku."

"Kenapa?" Melvin berdiri, seperti ingin meninggalkan tempat duduknya.

"Bentar-bentar, sebenarnya kalian berdua ada hubungan apa si?" tanya Rumi penasaran.

Melvin dan Regina saling menatap, seolah mereka juga binggung dengan hubungan mereka sendiri. "Kita cuma teman kok, Rum," jawab Regina.

Melvin berjalan menuju sofa dekat ruang kerjanya, ia duduk di sana. Regina dan Rumi pun mengikuti Melvin berpindah tempat. "Aku tidak setuju, jika kamu merubah wajah cantikmu seperti itu," tegas Melvin.

"Please, Vin." Regina yang duduk disebelah Melvin meraih tangannya dengan memohon.

"Apa alasannya?" desak Melvin.

"Alasannya ...." Regina menghentikan ucapannya, terasa berat untuk lidahnya untuk berbicara.

"Dia ingin membalas dendam kepada suaminya," timpal Rumi.

"What! Suami, Re." Melvin sangat terkejut bukan main.

Sakit, iya pasti sakit yang dirasakan Melvin. Merasa dikhianati oleh Regina, pikir Melvin yang sangat kecewa dengan pernyataan Rumi. "Maaf, bukan tidak mau bercerita, tapi aku takut, kamu tidak mau berteman denganku, Vin," ucap Regina sendu, terpancar dari wajahnya Regina jujur dengan ucapannya.

"Sudahlah," jawab Melvin.

"Maaf," ucap Regina lagi, sambil menggenggam tangan Melvin.

"Kenapa kamu ingin membalas dendam kepada suamimu? Apa kamu sudah tidak mencintainya lagi?" Melvin memberondong beberapa pertanyaan.

"Dia telah mengkhianatiku, Vin."

Melvin merasa iba saat melihat wanita yang ia sangat cintai merasa sedih. Re, apa kamu sudah lupa dengan kisah kita di masa lalu? Andai aku bisa bersamamu sejak dulu, akanku pastikan kamu tidak akan menderita, gumam Melvin di dalam hatinya.

"Baik, aku akan membantumu." Akhirnya Melvin mengalah.

"Benarkah!" seru Regina dengan antusias sampai memeluk Melvin tanpa sadar.

"Ehem." Rumi berdehem untuk menyadarkan sahabatnya yang sudah kelewat batas.

"Maaf," ucap Regina dengan malu-malu.

"Sebelumnya, aku ucapkan terima kasih untuk bantuanmu, Vin." Rumi mengulurkan tangannya untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya.

"Iya, Rum." Melvin menerima uluran tangan Rumi.

"Aku pulang dulu," pamit Rumi kepada Melvin.

"Sebentar, kalian berdua mau ke mana?" tanya Melvin, enggan ditinggal pergi oleh Regina.

"Ke mall," jawab Regina.

"Ngapain?" tanya Melvin yang lupa, jika ponsel Regina telah rusak.

"'Kan ponsel aku rusak, Vin," jawab Regina mencoba mengingatkan.

"Aku ikut." Melvin menawarkan dirinya, sebenarnya ia takut kehilangannya Regina kembali.

"Tapi, aku bawa mobil sport. Bagaimana, ya?" ucap Regina binggung.

"Udah gini saja solusinya, aku pulang bawa mobil kamu, Re. Kalian berdua saja yang pergi," usul Rumi yang mengerti akan isi hati Melvin.

"Tapi, Rum." Regina sedikit menolak.

"Nggak pakai tapi-tapian, udah sana pergi," titah Rumi sambil mendorong tubuh Regina dan Melvin.

Akhirnya Melvin dan Rumi berjalan keluar ruang kerja. Melvin di depan perawat-perawatnya dengan terang-terangan mengandeng tangan Regina. Regina sedikit canggung dengan perilaku Melvin.

Bersambung.....

Happy reading guys,

Jagan lupa memberi like, komentar, vote & gift.

Stay tune terus ya guys, jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.

Terimakasih atas dukungan kalian.

1 like pun sangat berarti untukku ❤❤❤

yuk, mampir punya Teh ijo, rekomendasi banget deh pokoknya ♥️

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***