Bertemu Dokter

"Kamu dari mana saja, aku merindukanmu." Rumi memeluk Regina dengan erat.

"Aku nggak mau ngerepotin kamu, Rum. Jadi aku pergi, aku cari kerjaan, di bantu seseorang pria," ucap Regina sambil tersenyum membayangkan Melvin.

Rumi mengerutkan keningnya. "Kamu nggak lagi jatuh cinta 'kan?" tanya Rumi yang menerka-nerka.

"Apaan sih, Rum." Regina sedikit menghindar lalu duduk di sofa ruang tengah.

"Itu mobil siapa, Re?" tanya Rumi penasaran.

"Mobil aku 'lah, masak udah lupa?" Regina berbalik bertanya.

"Bentar, aku ingat-ingat dulu. What! Ini mobil sport kamu sebelum menikah 'kan?" ucap Rumi masih tidak percaya.

"Iya, kenapa?" jawab Regina dengan santai.

"Loh, kenapa masih ada? Bukannya, Papamu bangkrut?" Regina langsung duduk di samping Regina sambil menunggu jawabannya.

"Oh, kemarin aku nggak sengaja ketemu, Om Antonio dia cerita semuanya. Atas kecelakaan yang dialami kedua orang tuaku, bangkrut hanya pura-pura saja, Rum. Ternyata, Ibu mertuaku dia adalah biang keladi semua ini," terang Regina. "Aku akan meminta cerai kepada, Mas Wildan," lanjutnya.

"Yakin? Nanti kamu berubah pikiran lagi." Rumi tak begitu percaya dengan ucapan Regina, karena selama ini Regina sering berubah pikiran.

"Yakin, aku ingin menemui temanmu, ayo, antar aku ke sana," ajak Regina.

"Teman yang mana, Re?" Rumi tampak berpikir.

"Apa kamu sudah lupa? Kamu menyuruhku operasi bedah plastik."

"Astaga, serius kamu?" Rumi tampak tidak percaya.

"Serius," ucap Regina penuh keyakinan.

Akhirnya mereka berdua pergi ke tempat Dokter ahli bedah plastik. Dokter muda yang sangat berpengalaman waktu dia berada di luar negeri. Dia harus pulang ke negara ini hanya demi menghindari perjodohan yang diajukan oleh kedua orang tuanya.

"Cepat turun, aku sudah menelepon Dokternya, dia sudah menunggu," titah Rumi, mereka berdua sudah berada di rumah sakit.

"Iya, bawel."

Alangkah bodohnya Regina, tidak bertanya dengan Rumi. Siapa Dokter yang akan membantunya untuk merubah wajahnya. Saat mereka berdua masuk ke dalam ruangan. Melvin yang sedang fokus dengan komputernya. Regina hanya bisa mematung di depan pintu.

"Melvin," gumam Regina.

Melvin hafal dengan suara tersebut, ia langsung menoleh ke arah sumber suara. Melvin langsung berdiri menghampiri Regina. Tanpa menganggap Rumi yang berada di tempat itu.

"Kamu dari mana saja, aku mencarimu," ucap Melvin sedikit panik.

"Aku semalam tidak pulang ke kosan." Regina menatap Melvin, merasa bersalah.

"Aku menunggumu, sampai pukul 00.00, Re."

Gila! Sejak kapan Regina mengenal Melvin? Sepertinya, Melvin menyukai Regina. Rumi sedikit syok dengan kejadian yang tepat dihadapannya.

"Panjang, Vin."

Melvin meraih tangan Regina. "Aku berulang kali meneleponmu, tapi tak tersambung?"

"Maaf, ponselku rusak, semalam hujan, ponselku terkena air, niatnya hari ini aku beli ponsel baru," terang Regina.

"Ehem." Rumi berdehem untuk memecah keheningan.

Melvin langsung tersadar melepaskan tangan Regina. "Rumi," panggil Melvin.

"Hem." Rumi hanya menjawab degan gumaman.

"Di mana Brian?" tanya Melvin basa-basi.

"Di kantor 'lah kerja," jawab Rumi sedikit ketus.