Regina kembali melayani pelanggan, hingga pukul 17.00. "Re, waktunya pulang," ucap Bella memberi tahu.
"Hah? Serius, Bell," jawab Regina dengan antusias.
"Beneran, pulang gih sana," titah Bella sambil tersenyum.
"Terima kasih, Bell."
"Untuk apa, Re. Ini kewajibanku untuk membantumu," balas Bella, enggan menerima rasa terima kasih Regina.
Regina masuk ke ruang ganti, ia langsung mengganti pakaiannya. Regina berjalan keluar Restoran, di mana tempat ia berkerja. Regina berdiri lama di pinggir jalan. Regina memandangi sebuah kartu nama, di mana ada alamat rumah Antonio. "Biasanya, alamat kantor yang di tulis, 'lah ini kenapa alamat rumah." Regina bermonolog.
Regina mengambil ponselnya ingin menelepon Antonio, ternyata ponselnya lowbat. Regina ingin mengabari Melvin agar tidak menjemputnya, tetapi, ponselnya terburu mati. "Yah, mati," ucap Regina kesal.
Akhirnya Regina memakai uang yang ia punya, untuk pergi ke rumah Antonio. Regina pergi menggunakan taksi, dipastikan uang Regina menipis jika naik taksi. "Naik bajaj aja ya?" ucap Regina berpikir.
"Sudahlah, naik bajaj aja yang murah," gumam Regina sambil menghentikan bajaj tersebut.
Saat Regina menaiki bajaj, ternyata mobil Melvin masuk ke dalam restoran. Waktu tidak memihak kepada mereka berdua. Melvin dengan antusias masuk ke dalam restoran ingin menjemput Regina. Sampai di dalam Regina tidak, karena sudah pergi pergantian shift.
"Om, di mana Regina?" tanya Melvin kepada Farhat.
"Dia, sudah pulang, Vin," jawab Farhat.
Kenapa Regina meninggalkan aku begitu saja, 'kan aku sudah bilang, aku akan menjemputnya. Melvin bergeming.
"Vin," panggil Farhat sambil menepuk pundak Melvin.
"I-iya, Om," jawab Melvin sambil tergagap.
"Kamu nih, ngelamun apa sih? Serius banget."
"Bukan apa-apa kok, Om," elak Melvin.
"Jujur sama, Om. Kamu kenal Regina di mana?" selidik Farhat.
"Di suatu tempat, Om. Kenapa si? Curiga banget," balas Melvin.
"Om curiga saja, lulusan luar negeri, hingga kenal dengan pengacara hebat, Om jadi penasaran, Vin." Farhat berjalan mendekati jendela kaca.
"Aku masa lalu Regina belum tahu banyak, Om. Nanti aku coba cari tahu ya," jawab Melvin pergi dari ruangan Farhat.
Melvin berinisiatif untuk mencari keberadaan Regina, ia mencari ke kosan Regin. Namun, Regina belum pulang, pukul sudah menunjukkan tengah malam. Akhirnya, Melvin kembali pulang ke Apartemennya, ia sudah lelah menunggu Regina tak kunjung datang.
***
Kamar yang luas penuh dengan hamparan bunga, seisi kamar. Wildan sedang asik memadu kasih dengan istri sahnya. Waktu terus berputar mereka berdua asik dengan dunianya. Wildan menikmatinya, sampai candu baginya.
"Mas," panggil Selvi dengan manja sambil mengusap-usap dada sang suami.
"Hem." Wildan hanya berdehem.
"Mas beneran 'kan?" tanya Selvi yang ambigu.
"Apaan, Sayang?" Wildan binggung.
"Mau ceraikan Regina," ucap Selvi sedikit ketus.
"Iya, aku janji sama, kamu," jawab Wildan sambil menggenggam tangan Regina.
"Beneran?" tanya Selvi sekali lagi.
"Iya," jawab Wildan singkat.
Selvi langsung memeluk Wildan, lalu memberikan kenikmatan yang Wildan senangi. "Aku akan membuatmu hamil, Sayang," bisik Wildan di telinga Selvi.
***
"Pak, sudah sampai di sini saja," ucap Regina kepada supir bajaj.
Regina keluar dari bajaj lalu ia berjalan masuk ke halaman rumah Antonio. Regina membunyikan bell pintu berulang kali, ia bunyikan. Namun, tak kunjung ada jawaban, Regina menyerah di tambah ponselnya mati. Saat Regina baru saja melangkah beberapa langkah, pintu pun terbuka.
"Regina!" panggil Vanessa.
Regina memutar tubuhnya. "Tante," gumamnya.
Regina berjalan mendekati Vanessa. "Ayo, masuk, Sayang," ajak Vanessa. Regina mengikuti perintah Vanessa.
"Ayo, duduk makan dulu," ucap Vanessa lagi.
"Baik, Tante."
"Tante panggil dulu si, Om." Vanessa pergi meninggalkan Regina di meja makan sendirian.
Cukup lama Vanessa dan Antonio datang menghampiri Regina. "Loh kenapa belum di makan?" tanya Vanessa.
"Nggak enak Tante makan sendirian, jadi nunggu Om sama Tante saja," jawab Regina.
"Kamu tidak pernah berubah, Re," ucap Antonio sambil menarik kursinya.
"Ah, Om bisa saja," jawab Regina sambil tersipu malu.
Selesai makan malam, Antonio mengajak Regina masuk ke dalam ruang kerjanya. Regina duduk di sofa, sedangkan Antonio berdiri bersandar kepada meja kerjanya. "Re," panggil Antonio.
"Iya, Om," jawab Regina.
"Kamu mau mendengarkan kisah orang tuamu? Sebelum ia meninggal." Antonio Menyilangkan tangan di depan dada, banyak sekali yang ingin Antonio bicarakan.
"Tentu, Om. Aku hanya tahu, jika mereka telah tiada karena kecelakaan saja," jawab Regina penasaran.
"Pasti kamu akan kecewa mendengar ini semuanya, apa lagi kepada keluarga suamimu," ucap Antonio penuh keyakinan.
"Kenapa, Om? Sebenarnya ada apa?" desak Regina.
"Om sudah menyelidiki kasus kedua orang tuamu, tetapi, sayangnya orang yang menabrak kedua orang tuamu sudah, meninggal karena bunuh diri," ucap Antonio memberi tahu.
"Lalu apa hubungannya dengan Mas Wildan, Om?" Regina bingung.
"Laki-laki itu adalah suruhan Ibu mertuamu, Belina menyuruh orang agar mencelakai orang tuamu. Belina ingin menguasai hartamu, untung saja, Papamu mengetahui itu, Re. Sebelum, Belina berbuat jahat nama perusahaan sudah di balik nama menjadi Andreas, lalu kedua orang tuamu mengaku bangkrut, perusahan di akuisisi oleh Andreas. Jadi, Belina kesal, lalu membunuh ayahmu, Om ingin sekali memasukkan Belina ke penjara. Namun, tidak ada bukti sekarang."
"Lalu siapa Andreas itu, Om?"
"Itu anak Om, dia sekarang berada di luar negeri mempunyai usaha di sana," terang Antonio.
"Kenapa, Om baik sekali denganku? Tidak membawa pergi harta kedua orang tuaku?" tanya Regina.
"Kamu itu, Re. Ada-ada saja, mana mungkin, Om bawa kabur harta kedua orang tuamu," jawab Antonio sambil tertawa.
"Besok kita urus, kita legalkan kembali nama itu, memakai nama aslimu," titah Antonio.
"Aku ingin bercerai dengan Mas Wildan, Om. Aku tidak terima dengan semua ia lakukan kepadaku," ucap Regina.
"Baguslah, Om akan bantu kamu, kita balas perbuatan keluarga Wildan, ini kunci rumahmu lalu ini kartu ATM, dan kartu kredit." Antonio memberikan kunci rumah kedua orang tua Regina, tak lupa memberikan barang-barang peninggalan.
"Om," ucap Regina sambil menitikkan air matanya.
"Kedua orang tuamu, itu sangat baik dengan, Om. Memang sepantasnya Om membalas Budi mereka, melalui dirimu," ucap Antonio sambil menepuk pundak Regina.
Regina menyeka air matanya. "Terima kasih, Om."
Regina keluar dari ruang kerja Antonio lalu pamit pergi pulang ke rumah kedua orang tuanya. Saat Regina keluar dari rumah Antonio, tiba-tiba hujan lebat. Membuat sekujur tubuhnya basah kuyup, Regina mencoba berteduh di halte. Ia buka isi tasnya, ternyata ponselnya basah membuat Regina frustasi.
Bersambung.....
Happy reading guys,
Jagan lupa memberi like, komentar, vote & gift.
Stay tune terus ya guys, jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.
Terimakasih atas dukungan kalian.
1 like pun sangat berarti untukku ❤❤❤
yuhuuu mampir ke tempat kak Jika Laudia ♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
🤒
Tuh Regina lebih kaya dari Selvi.
2022-05-31
0
Mayya_zha
jadi orang kayah...... si Regina... sok balas dendam re...
2022-05-09
1
🎤ImaEdg🎧
ponsel sekarang kebanyakan udah anti air.
2022-05-05
0