Hari Pertama

"Melvin ...." Dengan cepat Regina menutup pintunya.

"Astaga, kenapa aku ini b*doh sekali sih!" Regina bermonolog, sambil memukul-mukul kepalanya.

Regina dengan cepat memakai pakaiannya, ia hanya mengenakan handuk saja tadi. Beberapa menit kemudian, Regina telah siap. Regina buru-buru keluar dari kamar kosnya.

"Vin, maaf," ucap Regina, sedikit merasa bersalah.

"Maaf untuk apa?" tanya Melvin berpura-pura tidak mengerti.

"Ya sudahlah, ayo berangkat, nanti terlambat," elak Regina sambil mengalihkan pembicaraan.

"Kamu," ucap Melvin sedikit mendekatkan tubuhnya ke arah Regina. Otomatis mereka saling bertatapan, Regina langsung membuang wajahnya.

"Re, jangan gitu lagi ya. Kalo itu orang lain, misalnya mereka melihat tubuhmu, cantikmu ini, tergoda bagaimana?" lirih Melvin.

"Iya, maaf," jawab Regina.

Melvin memundurkan tubuhnya. "Ayo, kita jalan," ajak Melvin sambil mengandeng tangan Regina.

***

Sampai di depan restoran bintang lima, Renita sedikit gugup. Melvin membukakan pintu mobil untuk Regina. "Ayo, masuk ke dalam," ajak Melvin.

"Tapi aku gugup, Vin."

"Apa yang perlu pikirkan, Re? Di sini kamu kerja, tinggal pilih mau kerja apa," ucap Melvin dengan yakin.

Pikiran Regina sudah ke mana-mana, ia pikir dia akan kerja sebagai manager dan kenyataannya tidak. Sampai di dalam Melvin menemui sang om, untuk membantu Regina bekerja. Padahal restoran mewah itu milik keluarga Melvin sendiri. Omnya hanya bekerja di sana, Melvin hanya berpura-pura di hadapan Regina.

"Bagaimana, Tuan?" tanya Melvin.

"Ini teman kamu, Vin?" Farhat berbalik bertanya.

"Iya, Tuan. Ini yang aku bicarakan semalam," jawab Melvin.

"Sudah bekerja di mana?"

"Saya belum pernah bekerja, Tuan," jawab Regina jujur.

"Tapi dia lulusan luar negeri, Tuan," timpal Melvin.

"Bukan itu yang kami butuhkan, Vin. Kami butuh yang berpengalaman, kalo mau ada lowongan yang kosong, yaitu pelayan," ucap Farhat dengan tegas.

Aduh, si Om gimana sih! Sudah kubilang, jadi manager, malah pelayan, gerutu Melvin di dalam hatinya.

Melvin hanya bisa diam, ia ingin sekali memarahi sang om. "Ya, sudah. Hari ini kamu mulai berkerja. Tanya, Bella apa tugasmu," titah Farhat, Regina pun keluar dari ruangan Farhat lalu mencari yang namanya Bella.

Melvin yang berada di satu ruang dengan Farhat, ia langsung mendekati sang om. "Maksudnya, Om tadi apa? Malah menyuruh Regina jadi pelayan."

"Apa kamu sudah gila, Vin. Memberi kepercayaan kepada perempuan yang baru kamu kenal? Tugas manager itu nggak gampang, apa kamu ingin lihat restoran ini hancur, dalam waktu dekat? Maaf, Vin. Om nggak mau mengecewakan Papamu." Farhat menatap Melvin sambil memegang kedua lengan Melvin.

Melvin yang kesal langsung pergi meninggalkan ruangan Farhat lalu mencari keberadaan Regina. "Re," panggil Melvin sambil menarik tangan Regina.

"Iya, Vin, kenapa?" tanya Regina.

"Maaf ya, kamu malah kerja kaya gini, bukan apa kamu pikirkan," ucap Melvin merasa bersalah.

"Apa si, Vin. Bisa kerja saja sudah bahagia, aku. Sudah, ya, aku pergi kerja," pamit Regina berjalan mendekati Bella.

"Bella," panggil Regina.

"Sini, aku kasih tahu tugas, kamu," ucap Bella sambil membawa buku menu.

Bella tengah mengajari Regina tentang menjamu tamu, karena Regina wanita yang cerdas. Ia mudah menguasai apa yang di perintahkan kepadanya. Melvin pun pergi dari restoran, waktu cepat berputar. Waktu makan siang pun tiba, restoran pun ramai dengan pengunjung kelas atas. Regina menghampiri pelanggan yang datang bersama keluarganya. Tak di sangka itu adalah Antonio, dia adalah seorang pengacara kepercayaan keluarganya. Awalnya, Regina tak berpikir aneh, ia pun tahu jika itu Antonio.

"Selamat siang, Tuan. Ini buku menunya," ucap Regina sambil memberikan buku menu.

Antonio sibuk dengan ponselnya,ia tidak menyadari jika itu Regina. Setelah istri Antonio, berucap ia baru melihat ke arah Regina. "Pa, mirip Regina, ya?" tanya Vanessa.

"Regina," panggil Antonio.

"Iya, Om," jawab Regina, tersenyum.

"Bisa kita bicara di sini?" tanya Antonio.

"Tapi, saya masih kerja, Om. Nggak enak sama yang lain," jawab Regina.

"Biarkan Om, yang urus." Tepat sekali Farhat sengaja menghampiri Regina, karena Farhat berpikir Regina membuat kesalahan sangat lama untuk melayani tamu.

"Ada bisa saya bantu, Tuan." Farhat tahu jika Antonio dan keluarganya adalah langganan restoran tersebut.

"Saya, minta waktu makan bersama dengan Nona Regina, sampai saya selesai makan, di sini," pinta Antonio.

"Tapi, pelanggan ramai sekali siang ini, Tuan," tolak halus Farhat.

"Saya akan ganti rugi, Tuan. Agar bisa makan bersama dengan Nona Regina," ucap Antonio penuh penekanan.

"Baik, Tuan." Farhat pergi, karena tidak ingin memperpanjang masalah.

"Duduk, Re," titah Antonio.

"Baik, Om. Bagaimana kabar, Om selama ini? Setelah kepergian, Papa, Mama, aku kehilangan kontak."

"Baik, Re. Kenapa waktu kematian kedua orang tuamu kamu tidak datang, aku menunggumu?" tanya Antonio yang penasaran.

"Aku sakit, Om di rawat di rumah sakit. Kata Mas Wildan, Papa, Mama, kecelakaan lalu meninggal," terang Regina.

"Om binggung, Re. Mencarimu, sampai Om mencarimu ke tempat tinggalmu dahulu, ternyata kamu sudah pindah. Om, bahagia bisa melihatmu sekarang ada di sini, baik-baik saja. Di mana kamu tinggal sekarang bersama Wildan?"

"Aku kabur dari rumah, Om."

"Kenapa!" Suara Antonio meninggi.

"Mas Wildan, Om." Regina menangis tersedu-sedu.

"Wildan meninggal?"

"Yang jelas, meninggalkan aku demi wanita lain, Om."

"Kurang ajar Wilda ini!" teriak Antonio yang tersulut emosi.

"Sabar, Mas," ucap Vanessa sambil menggenggam tangan suaminya.

"Ini alamat rumah, Om. Nanti malam Om tunggu di rumah."

"Kenapa harus ke rumah, Om?" tanya Regina binggung.

"Ada hal penting, Sayang. Kamu datang ya," timpal Vanessa.

"Baik, Tante."

Makan siang telah selesai, Antonio dan Vanessa pun pergi meninggalkan Restoran. Regina melihat lagi kartu nama yang telah diberikan oleh Antonio. "Om Antonio, pindah rumah, pantas saja waktu aku pulang ke Indonesia tidak ada di sana. Apa jangan-jangan Om Antonio pindah ke juga, kantornya? B*dohnya aku, kenapa tidak bertanya tadi." Regina bermonolog.

"Re," panggil Farhat.

"Iya, Tuan," jawab Regina dengan tidak enak hati.

"Kamu kenal dengan, Tuan Antonio?" selidik Antonio, sangat penasaran.

"Oh, itu mantan pengacara keluarga saya, Tuan. Ceritanya panjang," terangnya.

"Oh, baiklah. Sana kamu kembali bekerja," titah Antonio.

"Baik, Tuan."

Siapa orang tua Regina? Mampu membayar mahal jasa Antonio?

Regina kembali melayani pelanggan, hingga pukul 17.00. "Re, waktunya pulang," ucap Bella memberi tahu.

Wah, Antonio mau ngasih rahasia apa ya, kira-kira?

Bersambung.....

Happy reading guys,

Jagan lupa memberi like, komentar, vote & gift.

Stay tune terus ya guys, jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.

Terimakasih atas dukungan kalian.

1 like pun sangat berarti untukku ❤❤❤

Terpopuler

Comments

It's me

It's me

maraton lagi kak

2022-06-04

0

🤒

🤒

Harta warisan 😁😁

2022-05-31

0

Um_bell29

Um_bell29

warisaaaannnn ... 😆😆😆😆

2022-04-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!