"Jangan, Sayang. Kamu itu tamu, pamali jika menyuruh tamu," terang Belina selembut mungkin.
Malas sekali rasanya, selembut ini kalo tidak dia yang membantu keuangan perusahaan, batin Belina hanya berpura-pura.
Makan malam pun selesai, Selvi kembali ke rumahnya di antar oleh Wildan. Belina berjalan menaiki anak tangga menuju kamar Wildan dan Regina. "Regina! Buka pintunya," titah Belina sambil mengetuk pintu dengan keras.
Regina buru-buru berlari membuka pintu dengan cepat. "Ada apa, Ma," jawab Regina sendu, terlihat sekali mata sembabnya yang baru saja selesai menangis.
"Itu, makanannya di bereskan, kamu di sini hanya jadi tukang bersih-bersih. Ingat, Selvi akan jadi Nyonya besar di sini, kamu hanya akan jadi nomor dua," ucap Belina sambil mengejek Regina.
Regina mendengar pernyataan dari Belina rasanya ingin pingsan saja. Regina sudah tidak kuat, untuk menerima kenyataan ini. Rasa sakit di dadanya seperti akan meledak. Ingin sekali protes kepada Wildan, apa Wildan akan mendengarkan ucapan Regina? Tentu saja tidak mungkin, karena Selvi menjadi penyelamat hidup Wildan dan keluarganya. Selvi telah membantu keuangan perusahaan hampir saja bangkrut. Regina tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima keadaan.
Regina selesai membersihkan meja makan, ia lalu pergi ke kamarnya kembali. Ia berjalan mondar-mandir menunggu kedatangan Wildan. Regina butuh penjelasan dari Wildan, apa benar Selvi akan menjadi istri keduanya. Cukup lama Regina menunggu kedatangan Wildan, sekitar pukul 23.00 Wildan datang.
"Mas," panggil Regina.
"Iya, kenapa?" tanya Wildan sambil berjalan ke arah walk in closet tanpa melihat ke arah Regina.
"Apa benar, kata Mama ...." Regina menghentikan ucapannya, rasanya lidah kelu untuk berbicara.
"Kata Mama, apa?" Wildan membalikkan tubuhnya.
"Jika Mas akan menikahi, Selvi?" tanya Regina, tanpa sadar air matanya lolos di pipi.
"Benar, acaranya besok, di hotel xxx," jawab Wildan santai.
Regina mendekati Wildan sambil memukul-mukul dadanya. "Kenapa Mas? Kamu lakuin itu sama aku," ucap Regina sambil tersedu-sedu.
Wildan mendorong Regina hingga terjatuh di sofa, Wildan acuh masuk ke dalam walk in closet. Regina tetap saja menangis sambil menekuk kedua kakinya lalu kepalanya ia sandarkan di kedua kakinya. Wildan keluar dari walk in closet yang sudah mengganti pakaiannya menjadi baju tidur.
"Sudahlah, nggak usah kamu menangisi ini semua. Kamu sudah tidak ada gunanya untuk aku lagi," ucap Wildan lalu pergi meninggalkan Regina di dalam kamar sendirian. Ucapan Wildan sangat menyakiti Regina.
Mas, jadi selama ini kita bersama, hampir dua belas tahun, dari zaman SMA kita menjalin hubungan, hingga sekarang tidak ada artinya di matamu, aku ini, batin Regina menjerit.
***
Pagi yang indah telah di nanti oleh Wildan dan Selvi di mana mereka akan menyatukan janji suci. Belina bagun sangat pagi ingin mempersiapkan semuanya, akan pergi ke hotel pada pukul 08.00. Belina masuk ke kamar Regina, ternyata tidak ada keberadaan Regina di dalam kamar. Belina masuk ke dalam kamar mandi juga tidak ada keberadaan Regina. Belina sangat kesal, karena tidak Regina di dalam kamar.
"Regina!" teriak Belina dari lantai atas. Tidak ada jawaban membuat Belina tambah emosi.
"Regina!" teriaknya sekali lagi membuat semua orang keluar dari kamar masing-masing.
"Ma, kenapa sih, teriak-teriak! Aku masih ngantuk," gerutu Intan dengan muka bantalnya.
"Masih banyak yang ingin, Mama persiapkan, Sayang." Belina pusing di tinggal Regina pergi dari rumah.
"Ma, kerjakan sendiri saja, jika tidak ada Regina," titah Arsen.
Hanya Wildan yang tidak bangun dengan teriakan Belina. Akhirnya Belina mempersiapkan semuanya sendiri tanpa bantuan siapa-siapa. Regina sebenarnya mendengarkan teriakan Belina. Saat itu Regina baru saja keluar dari rumah, baru sampai halaman rumah. Mendengar namanya di panggil-panggil Regina malah mempercepat langkahnya.
"Mau ke mana aku?" Regina bermonolog.
Tiba-tiba Regina ingat dengan Rumi, jadi ia berjalan mencari taksi lewat cukup jauh dia berjalan sambil membawa tas besar berisi pakaiannya. Butuh waktu tiga puluh menit, Regina menuju rumah Rumi. Mungkin saja Rumi masih tertidur saat ia sampai di rumahnya.
"Pak, Nona Rumi ada di dalam?" tanya Regina kepada penjaga.
"Ada, Nona. Mungkin masih tertidur, ini 'kan baru pukul 05.00," jawab Penjaga.
"Boleh saya masuk, Pak?" tanya Regina.
"Masuk saja, Nona." Penjaga membukakan pintu gerbangnya.
Regina masuk ke dalam rumah Rumi, ia duduk di ruang tamu hingga tertidur. Sampai Rumi bangun tidur dengan Brian, sang suami. Berjalan ke bawah untuk sarapan pagi dengan Brian. Brian menengok ke arah ruang tamu, melihat Regina tertidur Brian terkejut.
"Siapa wanita itu, Sayang?" tanya Brian.
"Wanita apa si, Mas. Pagi-pagi udah ngaco aja," jawab Rumi.
"Itu di ruang tamu." Rumi pun berjalan ke arah ruang tamu untuk melihat siapa yang dimaksud oleh Brian.
"Oh my God, Re!" teriak Rumi yang terkejut.
Regina pun kaget langsung Bagun dari tidurnya, langsung duduk tegap. Rumi mendekati Regina, melihat Regina membawa tas besar ia sangat binggung. Rumi duduk di samping Regina, Brian hanya berdiri melihat dari kejauhan.
"Kamu di usir sama Wildan?" cecar Rumi.
"Aku kabur, Rum."
"Hebat kamu, akhirnya mata kamu terbuka lebar, Wildan bukan yang terbaik untuk kamu, Re."
"Maaf, aku selalu nyusahin kamu, Rum."
"Sebenarnya ada apa, Re?" Rumi penasaran.
"Hari ini Mas Wildan menikah dengan Selvi," ucap Regina dengan suara bergetar.
"Wildan? Selvi?" Brian memanggil nama mereka untuk memastikan.
"Iya, Sayang. Kamu kenal?" tanya Rumi kepada suaminya.
"Bagaimana tidak kenal, Sayang. Dia klien kita juga, maaf aku baru cerita," jawab Brian.
"Apa! Kenapa kamu menerimanya," sungut Rumi.
"Sudahlah, Rum. Suamimu 'kan tidak tahu masalah ini," ucap Regina menenangkan hati Rumi.
"Kita hari ini dapat undangan pernikahannya, Sayang," timpal Brian.
"Tenang, Re. Aku akan balas dendammu," ucap Rumi sambil memeluk Regina.
"Tidak usah, Rum. Biarkan Tuhan saja yang membalasnya," jawab Regina mencoba tegar.
"Aku punya ide sebenarnya, kenapa kamu tidak operasi bedah plastik saja. Mas Brian punya sahabat, lulusan terbaik di luar negeri, di jamin kamu puas."
"Iya, Aku punya, jika kamu mau," timpal Brian.
"Untuk apa, Rum. Aku operasi bedah plastik, lagian aku tidak punya uang," tolak Regina.
"Untuk membalas Selvi dong, kesel aku, Re. Soal biaya jangan khawatir. Aku akan membayar semuanya, karena kamu sudahku anggap seperti saudara perempuanku," ucap Rumi mencoba meyakinkan Regina.
Kira-kira Regina mau nggak ya? Operasi bedah plastik?
Bersambung.....
Happy reading guys,
Jagan lupa memberi like, komentar, vote & gift.
Stay tune terus ya guys, jangan lupa tekan tanda favorit agar kalian tidak ketinggalan.
Terimakasih atas dukungan kalian.
1 like pun sangat berarti untukku ❤❤❤
author Asyfa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
IG: Warnyiwarnyi
semangat Regina💪
2022-06-01
0
🤒
Bagus Regina 👍👍👍 tinggalkan saja si Wildan.
2022-05-31
0
Lestari 23
kalau sdh cantik ngapain operasi...
2022-05-31
0